tag:blogger.com,1999:blog-24011712853842102122024-03-13T10:34:07.907-07:00aried_payyiedhaariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-2401171285384210212.post-85298948846501567552011-05-16T21:03:00.005-07:002011-05-16T21:03:06.688-07:00Termodinamika (KF)TERMODINAMIKA <br />
<br />
Termodinamika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari transformasi dari pelbagai bentuk energi, pembatasan-pembatasan dalam transformasi ini serta penggunaannya. Termodinamika didasarkan atas dua postulat pokok yang dikenal sebagai hukum pertama dan hukum kedua. Hukum pertama menyangkut masalah pertukaran energi, sedangkan hukum kedua membahas arah dari pertukaran tersebut. <br />
Bab ini berisi tentang konsep-konsep dasar termodinamika, kalor dan kerja, perumusan hukum pertama termodinamika, fungsi entalpi, kapasitas kalor dan aplikasi hukum pertama termodinamika (termokimia), serta kesetimbangan kimia. <br />
<br />
A. KONSEP-KONSEP DASAR TERMODINAMIKA <br />
1. Sistem dan Lingkungan <br />
Sistem adalah sejumlah zat atau campuran zat-zat yang dipelajari sifat-sifat dan perilakunya. Segala sesuatu di luar sistem disebut lingkungan. Suatu sistem terpisah dari lingkungannya dengan batas-batas tertentu yang dapat nyata atau tidak nyata. Sebagai contoh, bila dalam botol yang tertutup terdapat air yang terisi setengah, maka yang menjadi sistem adalah air. Sedangkan dinding dan tutup botol merupakan batas-batas sistem dan segala yang berada disekeliling botol adalah lingkungan. <br />
Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi pertukaran energi dan materi. Berdasarkan pertukaran ini dapat dibedakan tiga jenis sistem, yaitu sistem tersekat, sistem tertutup, dan sistem terbuka.<br />
Sistem tersekat merupakan sistem yang tidak dapat melakukan pertukaran materi maupun energi dengan lingkungannya. Sistem tersekat memiliki jenis energi yang tetap. Contoh untuk sistem tersekat adalah botol termos ideal.<br />
Sistem tertutup adalah sistem yang hanya dapat melakukan pertukaran energi dengan lingkungannya. Contoh untuk sistem tertutup ini adalah sejumlah gas dalam silinder tertutup.<br />
Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mempertukarkan materi dan energi dengan lingkungannya. Akibatnya komposisi dari sistem terbuka tidak tetap (berubah). Contoh untuk sistem terbuka ini adalah sejumlah zat-zat dalam wadah terbuka.<br />
2. Keadaan sistem dan Fungsi keadaan<br />
Keadaan sistem ditentukan oleh sejumlah parameter atau variabel, misalnya suhu, tekanan, volume, massa dan konsentrasi. Variabel sistem dapat bersifat intensif, artinya tidak bergantung pada ukuran sistem (tekanan, suhu, massa jenis, dan sebagai-nya), atau bersifat ekstensif yang berarti bergantung pada ukuran sistem (massa, volume, energi, entropi, dan sebagainya).<br />
Setiap besaran atau variabel yang hanya bergantung pada keadaan sistem dan tidak bergantung pada bagaimana keadaan sistem itu tercapai, disebut fungsi keadaan. Fungsi keadaan, misalnya suhu, tekanan, volume, energi dalam, entropi, dan lain-lain. <br />
<br />
3. Kalor dan Kerja <br />
Kalor dan kerja adalah dua konsep penting dalam termodinamika. Oleh karena itu pengertian tentang kedua konsep ini harus dipahami dengan baik. Kalor, q, didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan melalui batas-batas sistem sebagai akibat langsung dan perbedaan temperatur antara sistem dan lingkungannya. Menurut perjanjian, q dihitung positip bila kalor masuk sistem dan negatip bila kalor ke luar dan sistem. <br />
Kerja, w, adalah energi yang bukan kalor, yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungannya dalam suatu perubahan keadaan. Menurut perjanjian, w dihitung positip, bila lingkungan melakukan kerja terhadap sistem (misalnya pada proses pemampatan gas), dan negatip bila sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (misalnya bila gas memuai terhadap tekanan atmosfir). <br />
Kerja memiliki berbagai bentuk (misalnya, kerja ekspansi, kerja listrik, kerja mekanik, kerja permukaan, dan sebagainya). Salah satu bentuk kerja yang penting adalah kerja yang berhubungan dengan perubahan volume sistem yang disebut kerja ekspansi. Kerja ini dapat ditentukan sebagai berikut. Perhatikan sejumlah gas yang berada dalam sebuah silinder yang dilengkapi dengan pengisap (lihat gambar.1).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 1. Proses ekspansi gas dalam sebuah silinder<br />
Bila Penghisap bergerak sepanjang jarak dx terhadap tekanan luar p, maka kerja yang dilakukan oleh gas adalah,<br />
kerja = gaya x jarak<br />
δw = - p A dx..…………………………………………………………. ……..(1)<br />
dimana A dx merupakan perubahan volume dV, sehingga<br />
δw = - p dV..…………………………………………………………………...(2)<br />
Tanda minus dalam persamaan (1) adalah sesuai dengan perjanjian bahwa kerja yang dilakukan oleh gas dihitung negatip. Kerja yang dilakukan oleh gas bila volume berubah dan V1 ke V2 dapat mengintegrasikan persamaan (2), sehingga diperoleh persamaan berikut ini<br />
δw = - P ∆V………………………………………………………..………… (3)<br />
Untuk perubahan yang berlangsung secara reversibel, akan berlaku:<br />
<br />
wrev = -<br />
<br />
Dengan p adalah tekanan gas. Harga integral ini dapat dihitung bila persamaan keadaan dari gas yang bersangkutan diketahui. Misalnya untuk gas ideal pada temperatur tetap,<br />
<br />
wrev = - <br />
<br />
= -nRT<br />
<br />
wrev = - nRT ln (V2/V1)<br />
<br />
<br />
B. PERUMUSAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA<br />
<br />
Keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam suatu sistem, disebut energi dalam, U. Energi dalam merupakan fungsi keadaan karena besarnya hanya bergantung pada keadaan sistem. Bila dalam suatu perubahan sistem menyerap sejumlah (kecil) kalor, δq, dan melakukan kerja (kecil), δw, maka sistem akan mengalami perubahan energi dalam, dU, sebesar<br />
dU = δq + δw...………………………………………………………………………(7)<br />
untuk perubahan yang besar pada suatu sistem dari keadaan 1 (energi dalam U1) ke keadaan 2 (energi dalam U2), maka akan terjadi perubahan energi dalam (∆U), sebesar <br />
∆U = U2 - U1…………………………………………...……………………………(8)<br />
sehingga diperoleh <br />
U2 - U1 = q + w...……………………………….……………………………………(9)<br />
∆U = q + w…………………………………………………………………………..(10) <br />
Persamaan (10) merupakan bentuk matematik dari hukum pertama termodinamika. Menurut ungkapan ini, energi suatu sistem dapat berubah melalui kalor dan kerja. Bila kerja yang dilakukan oleh sistem hanya terbatas pada kerja ekspansi (misalnya pada kebanyakan reaksi kimia), maka persamaan (10) dapat diubah menjadi<br />
dU = δq – p dV.…….. ..……………………………………………………………(11)<br />
pada volume tetap, dV = 0, maka<br />
dU = δq..….……………………………………………………………………….. (12)<br />
atau untuk perubahan besar,<br />
<br />
∆U = q.....…………………………………………………………………………. (13)<br />
Menurut persamaan (13) perubahan energi dalam adalah kalor yang diserap oleh sistem bila proses berlangsung pada volume tetap.<br />
<br />
1. Fungsi Entalpi dan Perubahan Entalpi<br />
Kebanyakan reaksi-reaksi kimia dilakukan pada tekanan tetap yang sama dengan tekanan atmosfir. Dalam hal ini, bila pada persamaan (11)<br />
dU = δq – p dV diintegrasikan (dimana p ialah tekanan sistem) akan diperoleh <br />
U2 – U1 = q - p(V2 - V1)……………………………………………………………..(14)<br />
dan karena p1 = p2 = p,<br />
(U2 + p2V2) - (U1 + p1V1) = q……………………………………………………… (15)<br />
oleh karena U, p dan V adalah fungsi keadaan, maka (U + pV) juga merupakan fungsi keadaan. Fungsi ini disebut entalpi, H,<br />
H=U+pV . Jadi, menurut persamaan (15),<br />
H2 - H1 = q<br />
∆H = q……………………………………………………………………………...(16)<br />
Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa, kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan pada tekanan tetap besarnya sama dengan perubahan entalpi sistem.Mengingat entalpi, H merupakan fungsi keadaan, maka perubahan entalpi, ∆H, hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Pada reaksi-reaksi kimia, ∆H adalah kalor reaksi pada tekanan tetap.<br />
.<br />
<br />
<br />
2. Kapasitas Kalor<br />
Kapasitas kalor suatu sistem didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur sistem sebanyak satu derajat. Secara matematik diungkapkan, <br />
δq<br />
C = ─ ………………………………………………………………………………….(17)<br />
dT<br />
<br />
Karena δq hanya bergantung pada jalannya perubahan, maka sistem mempunyai banyak harga-harga untuk kapasitas kalor. Dua diantaranya yang paling penting, yaitu kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dan pada tekanan tetap (Cp).<br />
Apabila kerja yang dapat dilakukan oleh sistem terbatas pada kerja ekspansi, maka <br />
δq = dU + pdV, sehingga persamaan (17) dapat diubah menjadi,<br />
δq = dU + p dV …………………………………………………………………….…(18)<br />
dT<br />
Pada volume tetap, C = Cv dan dV = 0, maka,<br />
∂U<br />
Cv = ﴾ ﴿v …………………………………………………………………………(19)<br />
∂T<br />
<br />
Kapasitas kalor pada tekanan tetap dapat diturunkan sebagai berikut, <br />
δqp<br />
Cp = ─ = dU + p dV <br />
dT dT<br />
Pada p tetap,<br />
dH = dU + pdV<br />
dan ﴾ ∂H/∂T ﴿p = ﴾ ∂U/∂T ﴿p + p ﴾ ∂V/∂T ﴿p , sehingga <br />
<br />
∂q ∂H<br />
Cv = ﴾ ﴿p = ﴾ ﴿p ………………………………………………………………...(20) <br />
∂T ∂T<br />
Jadi, kapasitas kalor pada tekanan tetap adalah sama dengan penambahan entalpi sistem perderajat kenaikan temperatur pada tekanan tetap. Baik kapasitas kalor pada volume tetap maupun kapasitas kalor pada tekanan tetap biasanya dinyatakan per mol zat.<br />
Pada umumnya kapasitas kalor merupakan fungsi dan temperatur, fungsi ini biasanya dinyatakan secara empiris sebagai<br />
Cp = a + bT + cT2 ……………………………………………………………………...(21)<br />
dengan a, b, c adalah tetapan.<br />
<br />
C. APLIKASI HUKUM PERTAMA PADA REAKSI KIMIA (TERMOKIMIA)<br />
Termokimia mempelajari efek panas yang terjadi baik dalam perubahan secara kimia (reaksi kimia) maupun secera fisika (proses penguapan, peleburan, dsb.). Efek panas dapat bersifat eksoterm, yaitu bila terjadi pelepasan kalor, dan endoterm, yaituu bila proses disertai dengan penyerapan kalor. Jum!ah kalor yang bersangkutan dalam suatu reaksi bergantung pada jenis dan jumlah zat-zat yang béreaksi, pada keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi, pada temperatur dan pada tekanan (terutama pada reaksi gas). Oleh karena itu kalor reaksi dan suatu reaksi hendaknya dinyatakan bersama-sama dengan persamaan reaksinya, dimana kondisi-kondisi reaksi tertera dengan jelas.<br />
<br />
1. Kalor reaksi pada Volume Tetap dan pada Tekanan Tetap<br />
Dalam termokimia ada dua kondisi khusus yang penting, yaitu volume tetap dan tekanan tetap, oleh karena pada kedua kondisi ini kalor reaksi dapat dikaitkan dengan fungsi-fungsi termodinamika tertentu. Bila reaksi dikerjakan pada volume tetap (misalnya dalam kalorimeter bom), maka kalor reaksinya sama dengan perubahan energi dalam sistem, qp = ∆U, sedangkan pada tekanan tetap, kalor reaksi sama dengan perubahan entalpi, qv = ∆H. Hubungan antara kedua besaran ini dapat diturunkan sebagai berikut,<br />
H= U+pV<br />
dH =dU + d(pV) atau<br />
∆H = ∆U + ∆(pV) …………………………………………………………………….. (22)<br />
Bila semua zat-zat pereaksi dan hasil reaksi sebagai cairan atau padatan, maka harga ∆(pV) sangat kecil (kecuali bila tekanan sangat tinggi) dibandingkan terhadap ∆H atau ∆U sehingga dapat diabaikan, dalam hal ini ∆H ≈ ∆U. Dalam reaksi yang menyangkut gas, harga ∆(pV) bergantung pada perubahan jumlah mol gas yang terjadi dalam reaksi. Dengan pengandaian gas bersifat ideal, ∆(pV) = ∆n(RT), sehingga persamaan (22) menjadi;<br />
∆H = ∆U + ∆n(RT) (T tetap) ……………………………………………………...(23)<br />
dimana ∆n = jumlah mol gas hash reaksi — jumlah mol gas pereaksi. Persamaan ini berlaku apabila sistem hanya dapat melakukan kerja volume.<br />
<br />
2. Penentuan Kalor Reaksi Secara Eksperimen (Kalorimetri)<br />
Hanya reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat dapat ditentukan kalor reaksinya secara eksperimen, seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan dan reaksi pelarutan. Penentuan ini biasanya menyangkut pengukuran perubahan suhu dari larutan atau dari air dalam kalorimeter.<br />
<br />
<br />
<br />
3. Perhitungan Kalor Reaksi<br />
Reaksi kimia kebanyakan dikerjakan pada tekanan tetap, sehingga pada perhitungan ini hanya diperhatikan entalpi reaksi, ∆H.<br />
Perhitungan kalor reaksi ini dapat dilaksanakan dengan cara;<br />
1) Perhitungan dengan menggunakan Hukum Hess.<br />
2) Perhitungan dan data Entalpi Pembentukan Standar.<br />
3) Perkiraan Entalpi Reaksi dan data Energi Ikatan.<br />
<br />
4. Kebergantungan Entalpi Reaksi pada temperatur.<br />
Pada umumnya entapi reaksi merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan. Karena pengaruh tekanan cukup rumit, maka disini hanya akan diturunkan pengaruh temperatur pada ∆H.<br />
Perhatikan reaksi,<br />
v1 A1 + v2 A2 → v3 A3 + v4 A4 <br />
Perubahan entalpi reaksi diberikan oleh,<br />
∆H = Hhasil reaksi — Hpereaksi<br />
∆H = ∑ vi Hi …………………………………………………………………………...(24)<br />
Perubahan ∆H dengan temperatur diperoleh dengan cara mendeferensialkan persamaan (24) terhadap temperatur pada tekanan tetap,<br />
[∂(∆H)/∂T ]p = ∆Cp…………………………………………………………………….(25)<br />
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Kirchhoff. Persamaan (25) dapat diintegrasi apabila Cp, sebagai fungsi temperatur diketahui. Kalau Cp, dapat dianggap tetap antara T1 dan T2, misalnya kalau perbedaan antara kedua temperatur ini tidak besar, maka integrasi dan persamaan (25) menghasilkan,<br />
∆H2 - ∆H1 = ∆H (T2 – T1) …………………………………………………………. (26)<br />
Kalau Cp tidak dianggap tetap, maka<br />
<br />
∆H2 - ∆H1 = ∆Cp dT ……………………………………………………………(27)<br />
<br />
untuk dapat memudahkan perhitungan ∆H pada pelbagai temperatur, pada tekanan tetap, sebaiknya terlebih dahulu ditentukan ∆H = f(T). Hal ini dapat dilakukan dengan,<br />
<br />
∆HT = ∫∆Cp dT + I ……………………………………………………………………..(28)<br />
dengan I ialah tetapan integrasi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
RANGKUMAN<br />
<br />
<br />
Termodinamika merupakan ilmu yang mengkaji hubungan energi dari segala bentuk, bersifat mendasar untuk semua ilmu. Daerah termodinamika kimia ialah hubungan energi jenis-jenis tertentu dengan sistem kimia. Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan hukum pelestarian energi. Energi total suatu sistem adalah energi dalamnya, suatu fungsi keadaan. Suatu perubahan energi dalam, ∆U, dilaksanakan dengan transfer kalor ataupun perlakuan kerja.<br />
Termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai proses kimia. Kebanyakan pengukuran semacam itu dilakukan dengan sebuah kalorimeter.<br />
<br />
SOAL-SOAL LATIHAN<br />
Petunjuk: pilih salah satu jawaban yang benar<br />
1. Bagi suatu sistem pada volume tetap, ∆U sama dengan<br />
A. ∆H<br />
B. q<br />
C. ∆H + w<br />
D. P∆V<br />
E. q+w<br />
<br />
2. Jika gas ideal dimuaikan ke dalam ruang hampa, maka besaran yang mempunyai nilai nol ialah<br />
A.w<br />
B.q<br />
C. ∆U<br />
D. ∆H<br />
E. ∆S<br />
<br />
3. Jika suatu proses berlangsung dalam sistem tersekat, maka yang tidak benar adalah<br />
A. ∆U =0<br />
B. q = 0<br />
C. w = 0<br />
D. ∆S = 0<br />
E. ∆H = 0<br />
<br />
4. Diketahui:<br />
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCI (aq) + H20 (l), ∆H = - 56 kJ<br />
Jika 10 cm3 larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 20 cm3 larutan NaOH 0,15M, maka kalor yang dihasilkan ialah<br />
A. 56 J<br />
B. 5,5x56J<br />
C. 3x 56 J<br />
D. 2,5 x 5,6 J<br />
E. 0,5 x 56 J<br />
5. Jika kalor penguapan air ialah, ∆Hv= + 10,73 kkal/mol dan kalor pembekuan air ialah, ∆Hf = - 1,44 kkal/mol, maka kalor sublimasi es, ∆Hs, dalam kkal/mol, adalah<br />
A. — 12,17 <br />
B. —9,30<br />
C. + 1,44 <br />
D. + 9,30 <br />
E. +12,17 <br />
6. Sebanyak 2 x 1029 atom karbon bereaksi dengan hidrogen menghasilkan etuna<br />
2 C (s) + H2 (g) → C2H2 (g), ∆H = + 54 kJ. Kalor yang diserap dalam reaksi ini ialah<br />
A. 9 kJ<br />
B. 10 kJ<br />
C. 27 kJ<br />
D. 36 kJ<br />
E. 54 kJ<br />
7. Pembakaran satu mol dengan oksigen dalam kalorimeter bom (volume tetap),<br />
memberikan kalor sebanyak 393 kJ. Bagi reaksi ini<br />
A. ∆H = - 393 kJ<br />
B. ∆U = - 393 kJ<br />
C. q = +393kJ<br />
D. H = + 393 kJ<br />
E. U = + 393 kJ<br />
<br />
<br />
8. Dalam suatu proses sistem menyerap kalor 5100 J dan melakukan kerja 2800 J. Maka energi dalam sistem ialah<br />
A. 5100J<br />
B. 2300 J<br />
C. 7900 J<br />
D.—7900J<br />
E.—2300J<br />
9. Untuk menaikkan suhu satu mol gas ideal (C = 3 kal/K.mol) dan 25 °C hingga<br />
125 °C pada volume tetap, diperlukan kalor sebanyak<br />
A. 100 kal<br />
B. 200 kal<br />
C. 300 kal<br />
D. 450 kal<br />
E. 600 kal<br />
10. Suatu proses akan disertai dengan ∆U = 0, jika<br />
A. Proses tersebut berlangsung isoterm<br />
B. Pada proses tersebut kalor yang dilepaskan sama dengan kerja yang dilakukan oleh <br />
sistem.<br />
C. Proses tersebut berlangsung dalam sistem tersekat<br />
D. Proses tersebut berlangsung adiabatik<br />
E. Pada proses tersebut entalpi sistem tidak berubah<br />
<br />
Kunci Jawaban<br />
1.B 2.A 3.E 4.D 5.E 6.A 7.B 8.B 9.C 10.C<br />
HUKUM KEDUA DAN KETIGA TERMODINAMIKA<br />
<br />
Pada umumnya perubahan yang teqadi di alam disertai dengan perubahan energi. Dalam proses perubahan energi ini ada dua aspek penting, yaitu arah pemindahan energi dan pengubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.<br />
Walaupun hukum pertama termodinamika menetapkan hubungan antara kalor yang diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem, tetapi hukum ini tidak menunjukkan batas-batas mengenai sumber maupun arah aliran energi.<br />
Hukum kedua termodinamika dirumuskan untuk menyatakan pembatasan-pembatasan yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan juga untuk menunjukkan arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang paling umum, hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan yang disebut entropi.<br />
<br />
A. PROSES LINGKAR CARNOT<br />
Proses lingkar ialah deretan perubahan yang dqalankan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya sistem kembali lagi ke keadaan semula. Dari pengalaman diketahui bahwa mesin kalor yang bekerja secara berkala menurut suatu proses lingkar hanya dapat mengubah sebagian dari kalor yang diserap menjadi kerja, pengubahan ini hanya mungkin dengan adanya suatu perbedaan temperatur.<br />
Sadi Cannot (1824) berhasil menghitung kerja maksimum yang dapat diperoleh dan suatu mesin yang bekerja secara reversibel. Pada mesin Carnot, sejumlah gas ideal menjalani suatu proses lingkar yang terdiri atas empat langkah perubahan reversibel, yaitu ekspansi isotermal, ekspansi adiabatik, pemampatan isotermal dan pemampatan adiabatik. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 2. Diagram proses lingkar Carnot<br />
Kerja maksimum diungkapkan secara matematik adalah sebagai berikut ;<br />
T1 – T2<br />
w = - q1 ……………………………..………………………………...(29)<br />
T1<br />
<br />
dapat dilihat bahwa kerja yang dihasilkan dalam proses selalu lebih kecil dan kalor yang diserap.<br />
B. FUNGSI ENTROPI DAN PERUBAHAN ENTROPI<br />
Entropi adalah suatu fungsi keadaan yang secara matematis didefinisikan sebagai,<br />
dS = δqrev / T ………………………………………………………………………….. (30)<br />
dalam ungkapan ini δqrev ialah kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan secara reversibel. Karena dS merupakan diferensial total, maka perubahan entropi yang terjadi dalam setiap proses atau reaksi diberikan oleh,<br />
dS = S2 - S1 ……………………………………………………………………………..(31)<br />
dengan S1 dan S2 berturut-turut ialah entropi sistem dalam keadaan awal dan akhir.<br />
C. PERHITUNGAN PERUBAHAN ENTROPI<br />
a. Pada proses fisis<br />
1) Proses yang tidak disertai dengan pengubahan fasa.<br />
2) Proses pengubahan fasa secara revorsibel<br />
3) Proses pengubahan fasa secara tak-reversibel<br />
b. Perubahan entropi pada reaksi kimia<br />
<br />
D. PERUMUSAN HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA<br />
Menurut hukum ini : Semua proses atau reaksi yang terjadi di alam semesta, selalu disertai dengan peningkatan entropi. Jika ∆Sas ialah perubahan entropi yang terjadi di alam semesta, maka bagi setiap proses spontan berlaku, ∆Sas > 0.<br />
Dengan memandang alam semesta itu sebagai sistem dan lingkungan, maka dapat pula dikatakan bahwa untuk semua proses spontan berlaku,<br />
∆Ssistem + ∆Slingkungan > 0 ……………………………………………………………...(32)<br />
dengan ∆Ssistem ialah perubahan entropi sistem dan ∆Slingkungan ialah perubahan entropi lingkungan.<br />
<br />
1. Perubahan Entropi Sebagai Persyaratan Kesetimbangan<br />
Telah diuraikan bahwa setiap proses yang berlangsung secara spontan dalam sistem tersekat selalu disertai dengan peningkatan entropi. Bila entropi sistem mencapai harga yang maksimum, maka entropi tidak akan dapat berubah lagi dan bila ∆S = 0, keadaan ini akan tercapai apabila proses berjalan reversibel atau apabila sistem mencapai kesetimbangan. Jadi bagi setiap perubahan dalam ‘sistem tersekat’ berlaku:<br />
∆S ≥ 0 ………………………………………………………………………………….(33)<br />
dengan tanda > untuk proses spontan dan tanda = untuk reversibel dan sistem dalam kesetimbangan.<br />
<br />
2. Kebergantungan Entropi pada Temperatur<br />
Entropi reaksi (S) bergantung pada suhu. Kebergantungan ini dapat diturunkan sebagai berikut:<br />
α A + β B → γ C + δD<br />
∆S = γ SC + δ SD - α SA- β SB <br />
diferensiasi terhadap suhu pada tekanan tetap memberikan,<br />
dS = δqrev / T = dH / T = Cp dT / T<br />
<br />
maka [∂S/∂T]p = Cp dT /T ……………………………………………………………(34)<br />
ungkapan di atas dapat diubah menjadi,<br />
[∂ (∆S) /∂T]p = ∆Cp /T……..……..……………………………………………..(35)<br />
jika pada kurun suhu tertentu Cp , tidak banyak bergantung pada temperatur, sehingga dapat dianggap tetap, maka persamaan (35) dapat diintegrasi menjadi,<br />
∆S2 - ∆S1 = ∆Cp ln (T2/T1) ……………………………………………………………. (36)<br />
dengan ∆S1 dan ∆S2 berturut-turut ialah perubahan entropi pada suhu T1 dan T2.<br />
<br />
E. HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA<br />
1. Entropi zat mumi pada titik not absolut<br />
Perhatikan persamaan Planck-Boltzmann,<br />
S = k lnW …………….………………………………………………….…… (37)<br />
Entropi dapat dihubungkan dengan ‘kekacauan’ atau ketidakteraturan sistem. Keadaan sistem yang kacau ialah keadaan di mana partikel-partikel (molekul, atom atau ion)<br />
tersusun secara tidak teratur. Makin kacau susunan keadaan sistem, makin besar kebolehjadian keadaan sistem dan makin besar entropi. Oleh karena itu zat padat kristal pada umumnya mempunyai entropi yang relatif rendah dibandingkan dengan cairan atau gas. Gas mempunyai entropi yang paling tinggi karena keadaan sistem paling tidak teratur.<br />
Diuraikan di atas bahwa makin kacau atau tidak teratur susunan molekul, makin tinggi harga W dan entropi. Sebaliknya makin teratur susunan molekul sistem, makin rendah harga W dan entropi. Kalau suatu zat murni didinginkan hingga dekat 0 K, semua gerakan translasi dan rotasi terhenti dan molekul-molekul mengambil kedudukan tertentu dalam kisi kristal. Molekul hanya memiliki energi vibrasi yang sama besar sehingga berada dalam keadaan kuantum tunggal. Ditinjau dan kedudukan dan distribusi energi, penyusunan molekul-molekul dalam suatu kristal yang sempurna pad 0 K hanya dapat dilaksanakan dengan satu cara. Dalam hal ini W = 1 dan ln W = 0, sehingga menurut persamaan boltzmann S = 0. Jadi, entropi suatu kristal murni yang sempurna ialah nol pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai Hukum Ketiga Temomedinamika. Ungkapan matematik nya adalah<br />
0<br />
ST=0 == 0 ………………………………………………………………………….(38)<br />
<br />
<br />
2. Perhitungan Entropi Mutlak<br />
Entropi zat murni, pada temperatur T, dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan hukum ketiga termodinamika dan data termokimia dan dengan metoda mekanika statistik dari data spektroskopi. Di sini hanya dibicarakan cara yang pertama. <br />
Daripersamaan (34),<br />
[∂S/∂T]p = Cp dT /T (p tetap) jika diintegrasi persamaan ini menghasilkan,<br />
0 T<br />
ST = ∫ Cp d lnT ……………………………………………………….…………(39)<br />
0<br />
Secara eksperimen, kapasitas kalor Cp hanya dapat ditentukan hingga 15 K. Untuk memudahkan ektrapolasi hingga 0 °C biasanya dipergunakan ‘hukum pangkat tiga’ Debye,<br />
Cp = α T3 ………………………………………………………………..………………(40)<br />
Substitusi dari persamaan mi ke dalam persamaan (39) menghasilkan, <br />
dS0 = α T2 dT ( p tetap) ……………………………………………………………….(41)<br />
yang dapat diintegrasi dari temperatur 0 hingga T menjadi<br />
dS° = 1/3 α T3 …………………………………………………………………………(42)<br />
persamaan (42) mengungkapkan bahwa, pada temperatur rendah, entropi standar sama dengan sepertiga harga Cp.<br />
<br />
3. Fungsi Energi Bebas Helmholtz<br />
Bagi suatu perubahan kecil yang berlangsung tak reversibel pada temperatur T berlaku:<br />
dS > δq/T atau δq - TdS <0 …………………………………………………………….(43)
kalau sistem hanya dapat melakukan kerja volume, maka persamaan (43) dapat diubah menjadi
dU + pdV -TdS < 0 …………………………………………………………………….(44)
pada volume tetap, dV = 0, sehingga
dU - TdS < 0 atau d(U —TS)T,p < 0 ……………………………………………………(45)
fungsi U - TS, yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Helmholtz,A,
A=U-TS ………………………………………………………………………………..(46)
Bila persamaan (46) dideferensiasi, diperoleh
dA = dU - TdS - SdT
bagi proses yang berjalan reversibel dan isoterm,
dA = δW ……………………………………………………………………………….(47)
jadi penurunan energi bebas helmholtz, - ∆A, ialah kerja maksimum yang dapat dihasilkan dan suatu proses yang dikerjakan secara isoterm.
4. Fungsi Energi Bebas Gibbs
Kebanyakan proses biasanya dikerjakan pada temperatur dan tekanan tetap.
Pada kondisi ini, persamaan (44) dapat ditulis dalam bentuk,
d(U ÷ pV — TS)T,p < 0 …………………………………………………………………(48)
besaran U + PV — TS, yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Gibbs, G.
G =U+PV—TS =H -TS =A + PV ……………………………………………………..(49)
Jadi, suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan tetap disertai dengan penurunan energi bebar Gibbs,
(dG)T,p < 0 (hanya kerja volume) ……………………………………………………...(50) Suatu persamaan penting yang mengkaitkan ∆H, ∆S dan ∆G dapat diturunkan sebagai berikut,
∆G = ∆H - T ∆S ………………………………………………………………………(51)
RANGKUMAN
Apakah suatu reaksi kimia tertentu dapat terjadi secara sertamerta (spontan) atau tidak, tidak hanya bergantung pada perubahan entalpi, ∆H, tetapi juga pada temperatur dan perubahan entropi, ∆S, yang mengukur perubahan dalam derajat ketidakteraturan suatu sistem. Kecendrungan entropi yang selalu mencapai harga maksimum yang dimungkinkan oleh energi dalam sistem. Hal ini diungkapkan dalam hukum kedua termodinamika dan adanya harga positif dari entropi mutlak dan semua zat nyata adalah suatu akibat dari hukum ketiga termodinamika.
Dalam suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan konstan, komponen perubahan entalpi total yang dihubungkan dengan perubahan dalam entropi sistem dianggap sebagai energi yang tak dapat melakukan kerja yang berguna. Komponen sisanya, yang dianggap sebagal energi yang dapat melakukan kerja yang berguna, adalah perubahan energi bebas Gibbs, ∆G, dari sistem. Perubahan ini dapat dihitung dan harga-harga energi bebas pembentukan standar dan pereaksi dan produk.
SOAL-SOAL LATIHAN
Petunjuk : Pilih salah satu jawaban yang benar
1. Reaksi, A (g) + B (g) → 2 C (g), yang berlangsung pada T dan p tetap,
merupakan reaksi endoterm. Maka dapat dikatakan bahwa
A. ∆H>O, ∆S > 0<br />
B. ∆H<O,∆S >0<br />
C. ∆H=0,∆S >0<br />
D. ∆H <0, ∆S < 0
E. ∆H>0,∆S = 0<br />
2. Dan data : - entalpi sublimasi grafit = 725 kJ/mol<br />
- energi disosiasi ikatan H-H = 436 kJ/mol<br />
- entalpi pembentukan metana = - 76 kJ/mol<br />
dapat dihitung energi ikatan rata-rata C-H sebesar<br />
A. + 418 kJ/mol<br />
B. —255 kJ/mol<br />
C. + 255 kJ/mol<br />
D. + 76 kJ/mol<br />
E. —418 kJ!mol<br />
3. Untuk proses spontan selalu berlaku<br />
A. ∆G<O
B. ∆Sas>O<br />
C. ∆H<O
D. ∆S>O<br />
E. AH <O, ∆S>O<br />
4. Jika suatu proses, pada I atm dan 500 K, disertai dengan penurunan entalpi sebesar 42 kJ dan penurunan entropi sebesar 84 J/K, maka proses tersebut adalah<br />
A. spontan<br />
B. tidak spontan<br />
C. adiabatis<br />
D. reversibel<br />
E. tidak reversibel<br />
5. Pada reaksi, Na (g) + Cl (g) → NaCl (s),<br />
A. entropi berkurang, entalpi berkurang<br />
B. entropi berkurang, entalpi meningkat<br />
C. entropi berkurang, entalpi tetap<br />
D. entropi meningkat, entalpi meningkat<br />
E. entropi meningkat, entalpi berkurang<br />
6. Jika entalpi penguapan dan entropi penguapan HCl berturut-turut ialah 16,15 kJ/mol dan 85,8 JK-1, pada 1 atm, maka titik didih normal HCl adalah<br />
A. 188°C<br />
B. 5,3°C<br />
C. -34°C<br />
D. -85°C<br />
E. —110°C<br />
7. Jika bagi reaksi, A + 2 B —, 3 C, S > 0, maka hal ini berarti<br />
A. reaksi tersebut spontan C. produk C harus merupakan gas<br />
B. reaksi tersebut endoterm D. ∆G < 0
E. bukan salah satu jawaban di atas
8. Pada reaksi manakah ∆S < 0?
A. 2 H20 (g) → 2 H2 (g) + 02 (g)
B. Na (s) + ½ Cl2 (g) → NaCl (s)
C. H2O (s) → H20 (l)
D. 2 NH3 (g) → N2 (g) + CO2 (g)
E. CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g)
9. Suatu proses yang dikerjakan pada suhu tetap 27 °C disertai peningkatan entalpi sebesar 900 J. Pernyataan bahwa ∆S = 3 J/K hanya benarjika proses tersebut berlangsung
A. tanpa ada kerja yang dilakukan
B. reversibel
C. dalam sistem tersekat
D. isobar
E. reversibel dan isobar
10. Suatu proses tidak akan terjadi jika
A. ∆G>O<br />
B. ∆S<O
C. ∆H>O<br />
D. ∆G=O<br />
E. bukan salah satu jawaban di atas<br />
Kunci Jawaban<br />
l.A 2.A 3.B 4.D 5.A 6.D 7.E 8.B 9.E lO.E<br />
<br />
KESETIMBANGAN KIMIA<br />
<br />
Studi dari peristiwa kimia menyangkut tiga aspek penting, yaitu mengapa suatu reaksi dapat berjalan pada kondisi tertentu, bagaimana dan dengan kecepatan apa reaksi berjalan dan bilamana reaksi itu selesai. Suatu reaksi akan mencapai kesetimbangan apabila memiliki kecepatan reaksi yang sama besar dalam kedua arah. Dalam hal ini rekasi masih berjalan terus, sehingga konsentrasi hasil reaksi dan pereaksi tidak berubah dengan waktu. <br />
Kesetimbangan kimia merupakan suatu kesetimbangan dinamik. Suatu aspek penting dalam kesetimbangan kimia ialah kedudukan kesetimbangan. Kedudukan kesetimbangan menentukan jumlah hasil reaksi yang dapat diperoleh dari suatu reaksi dan dinyatakan secara kuantitatif dengan tetapan kesetimbangan.<br />
1. Reaksi Kimia sebagai Sistem dengan Komposisi yang Berubah-ubah<br />
a. Koordinat reaksi<br />
Dalam sistem dimana terjadi reaksi kimia, komposisi selalu berubah-ubah oleh karena ada zat yang berkurang (pereaksi). Pada setiap saat, jumlah mol dan tiap zat dalam campuran reaksi bergantung pada jumlah reaksi yang terjadi<br />
Perhatikan reaksi umum, va A + vb B ↔ vc C + vd D <br />
dengan A dan B ialah zat-zat pereaksi, C dan D ialah zat-zat hasil reaksi, dan va, vb , vc dan vd adalah koefisien stoikiometri. Bila va mol A bereaksi dengan vb mol B, maka akan terbentuk vc mol C dan vd mol D.<br />
b. Syarat bagi Kesetimbangan Kimia<br />
Sistem berada dalam kesetimbangan, bila ∆G = ∑ vi μi = 0 …………………………. (52)<br />
contoh reaksi,<br />
N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)<br />
mencapai kesetimbangan pada T dan P tetap, kalau<br />
∆G = 2 μ - 2 μ + 3 μ = 0<br />
NH3 N2 H2<br />
<br />
μ = potensial kimia<br />
<br />
c. Isotermal Reaksi<br />
Dalam raksi kimia yang dikerjakan pada p dan T tetap, energi bebas Gibbs ditentukan oleh konsentrasi atau keaktifan zat-zat dalam campuran reaksi. Kaitan antara ∆G reaksj dengan keaktifan dapat diturunkan sebagai berikut.<br />
Perhatikan kembali reaksi umum,<br />
va A + vb B ↔ vc C + vd D <br />
∆G = vc μ C + vd μ D - va μ A + vb μ B <br />
karena μi = μio + RT ln vi, maka pada tekanan dan temperatur tetap,<br />
<br />
vc vd va vb<br />
∆G = ∆G ° + RT ln {(aC aD )/( aA . aB)}…………………………………………. (53)<br />
Persamaan ini terkenal sebagai ‘reaksi isotermal van’t Hoff’ yang menyatakan perubahan energi bebas Gibbs, pada setiap saat, sebagai fungsi dan keaktifan zat-zat dalam reaksi, bila reaksi berjalan pada T dan P tetap. ∆G ° ialah perubahan energi babas Gibbs standar, yaitu harga ∆G pada ai, = 1.<br />
Untuk reaksi antara gas-gas ideal, ai, = pi, sehingga persamaan (53) mengambil bentuk:<br />
vc vd va vb<br />
∆G = ∆G ° + RT In {(pc pd ) / (pa pb)}……………………………………………... (54)<br />
Dalam persamaan ini ∆G° ialah perubahan energi bebas Gibbs pada tekanan parsial dan semua gas sama dengan 1 atm.<br />
<br />
2. Tetapan Kesetimbangan<br />
a. Pelbagai Bentuk Tetapan Kesetimbangan<br />
Pada bagian terdahulu sudah dijelaskan bahwa reaksi akan mencapai kesetimbangan, jika<br />
∆G = ∑ vi μi = 0 <br />
pada kondisi ini,<br />
vc vd va vb<br />
∆G = ∆G ° + RT ln {(aC aD )/( aA . aB)} kesetimbangan = 0 atau<br />
vc vd va vb<br />
∆G ° = - RT ln {( aC aD )/( aA . aB)}kesetimbangan …………………………………(55)<br />
∆G° hanya fungsi temperatur, jadi pada temperatur tetap harganya tetap. ini berarti bahwa pada temperatur tetap, besaran dibelakang tanda ln dalam persamaan (55) juga tetap. Besaran ini disebut tetapan kesetimbangan termodinamika, K.<br />
vc vd va vb<br />
K = {( aC aD )/( aA . aB)} ………………………………………………………………(56)<br />
Substitusi dari persamaan (56) ke dalam persamaan (55) memberikan suatu persamaan yang mengkaitkan tetapan kesetimbangan dengan perubahan energi bebas Gibbs standar<br />
∆G° = - RT ln K …… ………………………………………………………………….(57)<br />
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung tetapan kesetimbangan kalau ∆G° diketahui.<br />
Untuk reaksi antara gas-gas ideal, persamaan (57) mengambil bentuk;<br />
∆G° = - RT ln Kp ……………………………………………………………………….(58)<br />
dengan Kp ialah tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dalam tekanan parsial. Jika untuk gas ideal,<br />
pi =( ni / v ) RT, maka :<br />
<br />
∑vi<br />
Kp = Kc (RT) …………………………………………………………………………...(59)<br />
Dengan Kp ialah tetapan kesetimbangan, dinyatakan dalam konsentrasi molar. Tekanan parsial suatu komponen dalam campuran gas ideal dapat dihubungkan dengan fraksi molnya melalui hukum Dalton,<br />
pi = xi p<br />
Dengan p ialah tekanan total campuran gas. Jika persamaan ini disubstitusikan ke dalam persamaan (56) diperoleh:<br />
∑vi<br />
Kp = Kx p …………...………………………………………………………………...(60)<br />
<br />
Dengan Kx ialah tetapan kesetimbangan, dinyatakan dalam fraksi mol. K menjadi sama dengan Kp kalau ∑vi = 0.<br />
<br />
3. Sifat-sifat Tetapan Kesetimbangan<br />
Pada perhitungan kesetimbangan ada beberapa hal tentang tetapan kesetimbangan yang perlu diperhatikan.<br />
a. Dari pelbagai bentuk tetapan kesetimbangan yang dibahas di atas, hanya tetapan kesetimbangan termodinamika, K, yang benar-benar merupakan<br />
tetapan. K hanya bergantung pada temperetur dan tidak bergantung pada tekanan atau konsentrasi. Kp atau Kc hanya merupakan tetapan pada sistem ideal.<br />
b. Prinsip tetapan kesetimbangan hanya berlaku pada sistem dalam kesetimbangan.<br />
c. Tetapan kesetimbangan bergantung pada temperatur. Kalau temperatur berubah, K akan berubah pula.<br />
d. Besarnya tetapan kesetimbangan menentukan sampai seberapa jauh reaksi telah berlangsung. Harga K yang besar menunjukkan konsentrasi hasil reaksi yang lebih besar dari pada konsentrasi pereaksi dalam sistem. Jadi K yang besar menguntungkan pembentukan hasil reaksi.<br />
e. Besarnya tetapan kesetimbangan bergantung pada cara menuliskan reaksinya.<br />
f. Tetapan kesetimbangan menyatakan secara kuantitatif pengaruh konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi terhadap tingkat selesai reaksi.<br />
<br />
4. Pengaruh Temperatur terhadap Tetapan Kesetimbangan<br />
Persamaan (57) dapat disusun ulang menjadi,<br />
ln K = -∆G° / RT <br />
kalau persamaan inididiferensiasikan terhadap T pada tekanan tetap diperoleh, <br />
<br />
d ln K = - 1 d( ∆G°) sehingga,<br />
dT R RT <br />
d ln K = ∆H° (p tetap) ……………………………………………..……………(61)<br />
dT RT 2<br />
untuk reaksi gas dan dengan pengandaian bahwa gas bersifat ideal, K = Kp, dan persamaan (61) menjadi,<br />
d ln Kp = ∆H° (p tetap) ………………………………………...…..……………(62)<br />
dT RT 2<br />
Persamaan (61) dan (62) terkenal sebagai isobar reaksi van’t Hoff. Kedua persamaan ini digunakan untuk menghitung kesetimbangan sebagai fungsi dari temperatur. Pada selang temperatur yang cukup kecil, ∆H° dapat dianggap tetap dan integrasi dari persamaan (62) memberikan,<br />
ln Kp = ∆H° + I (p tetap) ……………………………………...…..……………(63)<br />
RT <br />
dengan I ialah tetapan integrasi yang dapat dievaluasi kalau harga Kp pada suatu temperatur diketahui.<br />
Persamaan (61) dapat pula diintegrasikan antara dua temperatur T1 dan T2. Hasilnya, dengan pengandaian bahwa AH° antara kedua temperatur mi bukan fungsi dan temperatur, ialah<br />
ln K2 = ∆H° (T2 – T1)... ………………………………………...…..……………(64)<br />
K1 R T1 T2<br />
dengan K1 dan K2 masing-masing ialah harga Kp pada T1 dan T2. Persamaan ini digunakan untuk menghitung ∆H° rata-rata antara T1 dan T2 atau untuk menghitung Kp pada T2 kalau harganya pada T1 dan ∆H° diketahui.<br />
<br />
5. Kesetimbangan pada Sistem Serbasama<br />
a. Kesetimbangan dalam Fasa Gas<br />
Sebagai contoh reaksi dalam fasa gas, perhatikan reaksi pembentukan amoniak dari nitrogen dan hidrogen,<br />
½N2 (g) + 3/2H2 (g) ↔ NH3 (g)<br />
tetapan kesetimbangan reaksi ini diberikan oleh,<br />
a<br />
K = NH3 ……………………………………………………………..(65)<br />
a1/2 a3/2 <br />
N2 H2<br />
Atau, karena untuk gas, keaktifan, ai, sama dengan fugasitas, fi<br />
f<br />
K = NH3 ……………………………………………………………..(66)<br />
f1/2 f3/2 <br />
N2 H2<br />
b. Kesetimbangan dalam Fasa Cair<br />
Pembahasan ini terbatas pada reaksi antara zat-zat bukan elektrolit yang terlarut dalam pelarut tertentu. Perhatikan reaksi umum,<br />
va A + vb B ↔ vc C + vd D <br />
vc vd va vb<br />
K = {( aC aD )/( aA . aB)}<br />
Evaluasi dari keaktifan dalam persamaan ini memerlukan pengetahuan tentang keadaan standar yang digunakan. Oleh karena keaktifan merupakan ukuran dan selisih antara potensial kimia dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan standar.<br />
Jika konsentrasi dinyatakan dalam mol per liter, ai = χi Ci, dan persamaan (65) dapat diubah menjadi,<br />
K =Kχ.Kc …………………………………………………………………………...….(67)<br />
dengan Kc ialah tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dalam konsentrasi molar,<br />
vc vd va vb<br />
K = {( CC CD )/( CA . CB)}…………………………………………………………(68)<br />
<br />
6. Kesetimbangan dalam Sistem Serbaneka<br />
Sistem serbaneka (heterogen) ialah menyangkut fasa padat dan fasa gas. Perhatikan reaksi penguraian kalsium karbonat,<br />
CaCO3 (s) →CaO (s) + CO2 (g)<br />
Perubahan energi bebas reaksi mi diberikan oleh isoterm reaksi van’t Hoff; <br />
∆G = ∆G° + RT ln (aCaO. aCO2)/( aCaCO3) ..……………………………………………(69)<br />
Seperti pada cairan, sebagai keadaan standar padatan diambil padatan murni pada tekanan 1 atm dan temperatur percobaan. Jadi untuk padatan murni pada 1 atm, a = 1. pada umumnya pengaruh tekanan terhadap keaktifan padatan dapat diabaikan sehingga keaktifan padatan sama dengan satu pada semua tekanan. Karena dalam reaksi di atas CaO dan CaCO3 berada sebagai padatan murni, aCaO = 1 dan aCaCO3 = 1, sehingga persamaan (69) dapat diubah menjadi,<br />
∆G = ∆G° + RT ln aCO2 ………………... ..……………………………………………(70)<br />
kesetimbangan akan tercapai jika AG = 0, jadi<br />
∆G° + RT ln ( aCO2 )kstb = 0 atau<br />
∆G° + RT ln ( aCO2 )kstb = - RT ln K ……………………………………………………(71) <br />
dengan tetapan kesetimbangan K, diberikan sebagai tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dalam tekanan parsial. Karena tekanan gas dalam sistem biasanya rendah, keaktifan dapat disamakan dengan tekanan, sehingga persamaan (72) berubah menjadi,<br />
K = (pCO2)kstb …………………………………………………………………………..(72)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
RANGKUMAN<br />
Perubahan kimia reversibel membentuk produk-produk yang dapat bertindak untuk menghasilkan (kembali) produk aslinya. Suatu keadaan kesetimbangan kimia terjadi dalam suatu sistem reversibel bila reaksi maju dan balik memiliki laju yang sama.<br />
Kesetimbangan yang melibatkan hanya satu fasa homogen disebut kesetimbangan homogen. Sedangkan kesetimbangan yang melibatkan dua atau lebih fasa yang berbeda adalah kesetimbangan heterogen.<br />
<br />
LATIHAN SOAL<br />
Petunjuk: Pilih salah satu jawaban yang benar<br />
1. Perhatikan lima buah reaksi, dalam keadaan standar, masing-masing dengan perubahan entalpi yang tertera di bawah. Dalam hal manakah temperatur mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap tetapan kesetimbangan?<br />
A. —20 kkal/mol <br />
B. — 10 kkal/mol <br />
C. 0 kkal/mol <br />
D. 10 kkal/mol <br />
E. 15 kkal/mol<br />
2. Kedudukan kesetimbangan dan suatu reaksi, pada temperatur tertentu, dapat<br />
ditentukan dari harga<br />
A. ∆E° D. ∆S° dan ∆H°<br />
B. ∆H° E. ∆S°dan ∆E°<br />
C. ∆S° <br />
3. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi, A + B ↔ C + D Kc = 100. Jumlah mol B yang <br />
harus dicampurkan pada 4 mol A untuk menghasilkan 2 mol C pada kesetimbangan <br />
ialah<br />
A. 1 mol D. 4 mol<br />
B. 2 mol E. 5 mol<br />
C. 3 mol<br />
4. Bila tetapan kesetimbangan dari reaksi N2 (g) + 3 H2 (g) ↔2 NH3 (g) adalah Kp = K1, <br />
maka tetapan kesetimbangan dari reaksi, 1/2 N2 (g) + 3/2 H2 (g) ↔ NH3 (g), adalah<br />
A. 2K1 D. K12<br />
B. K1 E. √K1<br />
C. 1/2 K1<br />
5. Untuk reaksi kesetimbangan, 2 NO (g) + O2 (g) ↔ 2 NO2 (g) berlaku<br />
A. Kx = Kp / p C. Kx = Kc<br />
B. Kx = Kp p D. Kc= Kp . p E. Kc = Kp / RT<br />
6. Pada temperatur, harga tetapan kesetimbangan dan reaksi 2 NO (g) + O2 (g) ↔ 2 NO2 (g) <br />
sebesar 16, maka tetapan kesetimbangan dari reaksi NO (g) + 1/2 O2 (g) ↔ NO2 (g)<br />
adalah<br />
A. 1/16 B. 1/4 C.4 D. 8 E. 1/8<br />
7. Jika tetapan kesetimbangan K suatu reaksi adalah K < 1, maka bagi reaksi tersebut
berlaku
A. ∆G° > 1 B. ∆H° > 1 C. ∆ H° < 1
D. ∆G° <O E. ∆G° >O<br />
<br />
8. Suatu reaksi kesetimbangan A (g) ↔ B (g) + C (g)<br />
Mempunyai harga Kp = 0,328 pada suhu 127 °C. Harga Kc sama dengan<br />
A. 1 x 10-2 D. 3,2x10-2<br />
B. 2x10-2 E. 1,6x10-2<br />
C. 4x10-2<br />
9. Pada suatu temperatur, harga tetapan kesetimbangan dari reaksi<br />
N2 (g) + 2 O2(g) ↔ 2NO2 (g) adalah 36, maka tetapan kesetimbangan dan reaksi<br />
NO2 (g) ↔ N2 (g) + O2 (g) adalah<br />
A. 1/36 B. 1/8 C. 1/6 D.6 E. 9<br />
10. Suatu reaksi kimia mempunyai kalor reaksi, ∆H = + a kal pada suhu T1 dengan tetapan kesetimbangan K1. Bila suhu dinaikkan menjadi T2, tetapan kesetimbangan menjadi K2. Dalam hal ini<br />
A. K2 > K1 <br />
B. K2 < K1<br />
C. K2 = K1<br />
D. K2 = ∆H/RT2<br />
E. K2 = ∆/RT22<br />
<br />
Kunci Jawaban<br />
l.A 2.D 3.D 4.E 5.B 6.B 7.E 8.A 9.C l0.Dariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2401171285384210212.post-60896657305811564152011-05-16T20:59:00.003-07:002011-05-16T20:59:38.672-07:00elektrolisis (kimdas 2)Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan elektrolit. Agar dapat terjadi reaksi, ada beberapa reaksi yang membutuhkan arus listrik. Suatu reaksi membutuhkan arus listrik untuk penguraian elektrolit menjadi ion-ionnya yang disebut elektrolisis. Kation bermuatan positif bergerak menuju katoda (-) sedangkan anion bermuatan negatif akan bergerak menuju anoda (+). Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi.<br />
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.<br />
<br />
Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara elektrolit dan elektroda menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis.<br />
Bagan reaksi sel elektrolisis : (dibuku)<br />
Bagan Reaksi-reaksi Elektrolisis <br />
Reaksi Pada Katode Reaksi pada Anode <br />
- ion logam aktif (golongan IA, IIA, Al, dan Mn) yang tereduksi adalah air<br />
2H2O + 2e 2OH- + H2 <br />
- kation lainnya yang tereduksi adalah kation itu sendiri <br />
Lx+ (aq) + ne L (s) <br />
- ion H+ dari asam direduksi menjadi gas hidrogen (H2) <br />
2H+ + 2e H2<br />
- jika yang dielektrolisis adalah leburan (cairan) elektrolit tanpa air, maka akan diperoleh logam endapan pada permukaan katode (reaksi pada point 2) <br />
- ion-ion yang mengandung atom dengna bilangan oksidasi maksimum, misalnya SO42- atau NO3- yang teroksidasi adalah air<br />
2H2O 4H+ + 4e + O2<br />
- ion-ion halida (X-),dioksidasi menjadi halogen (X2)<br />
2X- X2 + 2e<br />
- ion OH- dari basa dioksidasi menjadi gas oksigen (O2) <br />
4OH- 2H2O + 4e + O2<br />
-pada proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anode adalah suatu logam (buka Pt, C, Au), sehingga anode (logam) mengalami oksidasi dan larut <br />
<br />
Hukum elektrolisis Faraday<br />
Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.<br />
Hukum elektrolisis Faraday<br />
Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui sel.<br />
Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya.<br />
C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday F, 9,65 x104 C, yang didefinisikan sebgai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu.<br />
(dibuku)<br />
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel electron. <br />
1 Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)<br />
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :<br />
<br />
F = Q/96500<br />
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik (Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :<br />
Q = i.t<br />
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :<br />
W = (e.i.t)/96500<br />
W = (e.Q)/96500<br />
W = e.F<br />
Jika arus listrik dialirkan ke dalam dua atau lebih sel elektrolisis, perbandingan massa zat yang diendapkan sama dengan perbandingan massa ekivalennya.<br />
W_a/W_b = e_a/e_b <br />
Keterangan : (dibuku)<br />
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk elektrolisis dapat ditemukan.ariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2401171285384210212.post-49301640907533183032011-01-20T05:50:00.000-08:002011-01-20T05:50:16.595-08:00Laporan Akhir Kimia DasarALAT-ALAT LABORATORIUM DAN FUNGSINYA PADA HASIL PENGAMATAN<br />
<br />
Seperti yang telah kita ketahui, dalam melakukan suatu percobaan tentunya memerlukan alat-alat praktikum. Adapun beberapa alat yang dapat kalian ketahui sebagai berikut dan akan di lampirkan pada sebuah tabel.<br />
<br />
No. Gambar Alat Fungsi<br />
1. <br />
Kaca Arloji<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : 80 mm, 150 mm, diameter 76 cm, dan 150 cm<br />
Fungsi : sebagai penutup gelas kimia saat dipanaskan, tempat menimbang dan mengeringkan.<br />
<br />
<br />
2. <br />
<br />
Corong<br />
<br />
Bahan : plastik atau kaca<br />
Ukuran : diameter 60 mm, 75 mm, 100 mm.<br />
Fungsi : sebagai tempat kertas saring yang digunakan untuk membuat campuran ke dalam tabung yang mulutnya kecil.<br />
<br />
3. <br />
<br />
Batang pengaduk<br />
<br />
Bahan : kaca<br />
Ukuran : 15 cm, 20 cm, 30 cm<br />
Fungsi : untuk mengaduk larutan agar tetap homogen atau agar zat padat cepat larut<br />
<br />
<br />
4. <br />
<br />
Neraca digital<br />
<br />
Bahan : logam atau kaca<br />
Ukuran : ketelitian 0,01 gr sampai 0,1 mg<br />
Fungsi : untuk menimbang bahan kimia dalam skala atau jumlah yang besar<br />
<br />
<br />
5.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Oven<br />
<br />
Bahan : logam<br />
Ukuran : _<br />
Fungsi : tempat untuk memanaskan atau mengeringkan suatu sampah<br />
<br />
<br />
6. <br />
<br />
<br />
Rak tabung<br />
<br />
Bahan : kayu atau plastic<br />
Ukuran : diameter tabung 15 mm, 20 tabung<br />
Fungsi : untuk meletakkan tabung reaksi supaya tersusun rapi dan indah<br />
<br />
7. <br />
<br />
<br />
<br />
Labu Erlenmeyer<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml<br />
Fungsi : untuk menyimpan dan memanaskan larutan, untuk menampung filtrate hasil penyaringan, untuk menampung titran pada proses hasil titrasi, dapat pula digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung aquadest<br />
<br />
8. <br />
Pipet gondok<br />
<br />
Bahan : kaca jenis borosilikat<br />
Ukuran : volume ukuran 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml<br />
Fungsi : untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tetap<br />
<br />
<br />
<br />
9. <br />
Kertas saring<br />
<br />
Bahan : Kertas selulosa murni<br />
Ukuran : 58x58 cm, dengan diameter 10 cm<br />
Fungsi : untuk menyaring larutan yang bersifat heterogen<br />
<br />
<br />
10. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Multimeter<br />
<br />
Bahan : alat listrik<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : sebagai voltmeter dalam mengukur tegangan listrik<br />
11. <br />
<br />
<br />
<br />
Desikator<br />
<br />
Bahan : kaca<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : 1. Tempat menyimpanan sampel yang harus bebas air<br />
2. Untuk mengeringkan padatan<br />
<br />
<br />
<br />
12. <br />
<br />
<br />
Penjepit kayu<br />
<br />
Bahan : kayu<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : untuk menjepit tabung reaksi saat dipanaskan<br />
<br />
<br />
<br />
13. <br />
<br />
<br />
Plat tetes<br />
<br />
Bahan : porselen<br />
Ukuran : 6 lubang dan 12 lubang<br />
Fungsi : untuk menguji keasaman larutan, mereaksikan zat dalam jumlah kecil<br />
<br />
<br />
14.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
. <br />
<br />
<br />
Kasa abses<br />
<br />
Bahan : logam<br />
Ukuran : 14x14 cm, 16x16 cm, 20x20 cm, 30x30 cm<br />
Fungsi : sebagai alat pemanas atau pembakar api dan wadah yang dipanaskan<br />
<br />
<br />
15. <br />
<br />
Buret<br />
<br />
Bahan : kaca jenis borosilikat<br />
Ukuran : volume ukuran 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml<br />
Fungsi : untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi<br />
<br />
16. <br />
<br />
<br />
Kaki tiga<br />
<br />
Bahan : besi<br />
Ukuran : diameter 13 cm dan tinggi 15 cm<br />
Fungsi : sebagai tungku atau penyangga wadah yang digunakan saat pemanasan<br />
<br />
17. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gelas ukur<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml<br />
Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah besar<br />
18. <br />
<br />
Termometer<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : 1. Termometer Air raksa -10-110 oC, 0-150oC, 0-200oC, 0-250oC, 0-360oC<br />
2. Termometer Akohol -10-110oC, 0-50oC, 0-150oC<br />
Fungsi : untuk mengukur suhu<br />
19. <br />
Penjepit logam<br />
<br />
Bahan : logam<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : untuk menjepit atau memegang sesuatu yang panas, tetapi bukan untuk tabung reaksi<br />
20. <br />
<br />
Pembakar spiritus<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur dan tembaga<br />
Ukuran : volume 100 ml<br />
Fungsi : sebagai sumber untuk memansakan zat-zat kimia<br />
<br />
21. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tabung reaksi<br />
<br />
Bahan : logam atau kaca<br />
Ukuran : ketelitian 0,01 gr sampai 0,1 mg<br />
Fungsi : melarutkan zat-zat padat dan mencampurkan zat-zat padat<br />
<br />
<br />
22. <br />
<br />
Cawan penguapan<br />
<br />
Bahan : porselen<br />
Ukuran : 50 ml, 75 ml, 100 ml, 125 ml<br />
Fungsi : untuk menguapkn larutan atau mengeringkan zat padat yang basah<br />
<br />
<br />
<br />
23. <br />
<br />
<br />
<br />
Klem dan statif<br />
<br />
Bahan : besi atau baja <br />
Ukuran : diameter klem 10 mm dan panjang statif 60 cm<br />
Fungsi : 1. Klem : untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi<br />
2. Statif : untuk menegakkan buret, corong pisah dan peralatan kimia lain<br />
<br />
<br />
<br />
24. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Erlenmeyer hisap<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : 100 ml sampai 2000 ml<br />
Fungsi : menampung cairan hasil titrasi. Dapat menahan tekanan sampai 5 atm<br />
25. <br />
<br />
<br />
<br />
Hot plate<br />
<br />
Bahan : logam<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : 1. Untuk memanaskan suatuan larutan dalam jumlah besar<br />
2. Untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan<br />
<br />
26. <br />
<br />
<br />
Spatula<br />
<br />
Bahan : stainless steel atau alumunium<br />
Ukuran : panjang 150 mm<br />
Fungsi : mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan atau butiran halus untuk mengduk larutan<br />
<br />
27. <br />
<br />
<br />
<br />
Sendok porselen<br />
<br />
Bahan : porselen<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : Untuk mengambil zat padat<br />
28. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Labu bundar<br />
<br />
Bahan : kaca jenis borosilikat<br />
Ukuran : mulai dari 250 ml sampai 2000 ml<br />
Fungsi : 1. Untuk memanaskan larutan dan menyimpan larutan<br />
2. Tempat menabung hasil destilasi, evaporasi, ekstraksi dan merefuks<br />
29. <br />
Corong pisah<br />
<br />
Bahan : kaca jenis borosilikat<br />
Ukuran : volume ukuran 125 ml, 250 ml, 500 ml<br />
Fungsi : untuk memisahkan dua macam cairan yang tidak bercampur atau memiliki densitas berbeda<br />
30. <br />
<br />
<br />
<br />
Botol pembersih<br />
<br />
Bahan : plastic<br />
Ukuran : 250 ml, 500 ml, 1000 ml<br />
Fungsi : 1. Untuk membilas atau membersihkan alat-alat laboratorium<br />
2. Untuk pengenceran larutan<br />
3. Sebagai tempat penyimpanan aquadest<br />
31. <br />
<br />
Pipet volum<br />
<br />
Bahan : kaca<br />
Ukuran : 5 ml, 10 ml, dan 25 ml<br />
Fungsi : untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat<br />
<br />
32. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Cawan petri<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : 100 x 15 mm biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml<br />
Fungsi : sebagai wadah menimbang dan menyimpan bahan kimia<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
33. <br />
<br />
<br />
Pipet tetes<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur dan karet<br />
Ukuran : panjang 150 mm, 1 ml = 20 tetes<br />
Fungsi : untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil dengan mengukur volume yang teliti<br />
34. <br />
<br />
<br />
Lumpang dan alu<br />
<br />
Bahan : porselen, kaca, atau granit<br />
Ukuran : diameter lumping 8 cm, panjang alu 9 cm<br />
Fungsi : untuk menghancurkan dan menghaluskan bongkahan zat padat dengan cara digerus pakai alu<br />
35. <br />
<br />
<br />
Labu ukur<br />
<br />
Bahan : kaca, sumbatnya kaca atau karet<br />
Ukuran : 10 cm3, 25 cm3, 100 cm3, 250 cm3, 500 cm3, 1000 cm3<br />
Fungsi : Membuat larutan dengan volume tertentu dan untuk pengenceran<br />
36. <br />
<br />
<br />
<br />
Gelas kimia<br />
<br />
Bahan : kaca jenis borosilikat<br />
Ukuran : 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml<br />
Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu<br />
37. <br />
<br />
pH meter<br />
<br />
Bahan : plastic, besi, kawat<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : untuk mengukur pH suatu larutan, juga dapat digunakan sebagai voltmeter untuk tegangan rendah<br />
<br />
38. <br />
<br />
Spectronic 20<br />
<br />
Bahan : logam atau alat listrik<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : untuk mengukur absorbansi larutan berwarna dalam proses spektrometri<br />
<br />
39. <br />
<br />
Pipa U<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : -<br />
Fungsi : sebagai alat elektrolisis beberapa larutan tertentu atau dalam proses jembatan<br />
<br />
<br />
40. <br />
<br />
Botol pembersih<br />
<br />
Bahan : kaca jenis soda kapur<br />
Ukuran : volume 250 ml, 500 ml, 1000 ml<br />
Fungsi : untuk menyimpan zat hasil reaksi<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
<br />
Achmad, Hiskia.1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum. Depdikbud<br />
<br />
Anwar, Chairil dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kedudayaan.<br />
Dosen-Dosen Kimia Perguruan Tinggi Wilayah Barat. 1993. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. ITB: Bogor<br />
<br />
Hadiat dkk. 1998. Daftar Alat-Alat Laboratorium Beserta Penjelasan. Jakarta : Argon Karya.<br />
Indrawati dkk. 1998. Pendayagunaan Alat – Alat dan Bahan Praktikum Kimia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
LAMPIRAN DISKUSI<br />
<br />
Penanya : Desy Amelia (A1C310205)<br />
Pertanyaan :- jelaskan mengapa alat – alat lab menggunakan bahan – bahan yang berbeda? Apakah akan mempengaruhi hasil percobaan?<br />
<br />
Bagaimana cara kerja spektronik?<br />
Jawaban : - karena alat – alat lab mempunyai fungsi yang berbeda – beda,jadi bahan – bahan yang digunakan harus menyesuaikan terhadap fungsi alat – alat lab. Tentu saja sangat mempengaruhi,karena penggunaan alat yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil percobaan. Misalnya, dalam penguapan kita tidak mungkin menggunakan alat yang terbuat dari bahan plastik.<br />
Cara kerja spektronik adalah :<br />
<br />
Cara kerja Spectronic 20 :<br />
<br />
Periksa apakah instrumen dihidupkan. Tombol kiri-tangan harus diputar searah jarum jam. Biarkan 10 menit untuk pemanasan.<br />
<br />
Atur panjang gelombang dengan nilai yang dikehendaki dengan menggunakan tombol di atas.<br />
<br />
<br />
Dengan kompartemen sampel tertutup, putar tombol kiri untuk dapat membaca 0% T. Gunakan cermin di belakang jarum untuk menghindari kesalahan paralaks.<br />
<br />
Lap kuvet dengan tisu kering untuk menghilangkan tetes larutan atau sidik jari.<br />
<br />
<br />
Sejajarkan tanda pada kuvet dengan garis pada wadah sampel.<br />
Masukkan kuvet diisi dengan pelarut dalam kompartemen sampel.<br />
Tutup penutup.<br />
<br />
Putar tombol kanan untuk mendapatkan pembacaan 100% T.<br />
<br />
Untuk menganalisis sampel, masukkan kuvet sampel dan membaca nilai Absorbance pada skala. Gunakan cermin di belakang jarum untuk menghindari kesalahan paralaks.<br />
<br />
<br />
Penanya : Sofia Indah Putri (A1C310201)<br />
Pertanyaan : apa fungsi kran gas?<br />
Jawaban : fungsi dari kran gas adalah untuk mengalirkan gas yang kita perlukan dalam percobaan.<br />
<br />
Penanya : Putri Adeyantina (A1C310216)<br />
Pertanyaan : apa saja alat – alat lab yang tahan terhadap panas?<br />
Jawaban : alat – alat lab yang tahan terhadap panas antara lain:<br />
Gelas kimia,labu distilasi, tabung reaksi, buret, thermometer, corong Buchner,lumping dan alu serta plat tetes.<br />
Gelas kimia diktakan tahan terhadap panas, karena di tandai dengan pyrex.<br />
Corong Buchner,lumping dan alu,serta plat tetes terbuat dari bahan porselen sehingga tahan terhadap suhu tinggi/panas.<br />
<br />
<br />
<br />
PERCOBAAN II<br />
Judul : Pemisahan dan pemurnian<br />
Tujuan : Mempelajari teknik cara pemisahan dan pemurnian satu atau beberapa zat dari campuran zat.<br />
Hari/tanggal : Sabtu/23 Oktoberi 2010<br />
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin<br />
<br />
<br />
I. DASAR TEORI<br />
Sebagian besar zat-zat di alam semesta masih bercampur dengan zat lain, khususnya zat-zat kimia baik anorganik maupun organik. Garam dapur dari laut masih bercampur dengan garam-garam yang lainnya, logam masih bercampur dengan pengotornya dalam bijihnya, gula tebu mash harus dipisahkan dari air tebunya dan sebagainya.<br />
Untuk berbagai keperluan diperlukan zat murni, sehingga teknologi pemisahan dan pemurnian mutlak di perlukan untuk memperoleh zat murni dari campurannya.<br />
Pemisahan dan pemurnian merupakan sesuatu hal yang sangat besar manfaatnya dalam pengembangan dan aplikasi ilmu kimia, hal ini akan terasa penggunaannya dalam analisis zat secara kualitatif dan secara kuantitatif. Ada beberapa cara yang lazim di gunakan untuk memisahkan campuran dari pengotornya, antara lain :<br />
A.Ekstraksi<br />
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.<br />
Dalam hal semacam ini, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berulang-ulang, dengan cara ini senyawa akan terekstraksi dengan lebih baik.<br />
Teknik ekstraksi menggunakan corong pisah. Untuk menghindari adanya tekanan pelarut ketika mengocok, sesekali keran dibuka. Seringkali pada pengocokan yang keras terbentuk emulsi sehingga sulit terjadinya pemisahan. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan pengadukan dengan gelas pengaduk, memutar larutan, pemusingan(setrifugasi), atau menambahkan garam. Langkah terakhir ini memberikan manfaat ganda yaitu mengurangi kelarutan solute dan ekstraktan dalam air. Peristiwa ini disebut efek garam(salting out).<br />
B.KRISTALISASI DAN REKRISTALASI<br />
Kristalisasi yaitu pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan kelarutan. kristalisasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Larutan yang dijenuhkan akan membentuk kristal padat. Pembentukkan kristal melalui rekristalisasi dimulai dari satu titik dan kemudian berkembang ke segala arah atau arah tertentu.Kristalisasi merupakan proses untuk memperoleh padatan dari larutan melalui proses penguapan.<br />
Cara melakukan kristalisasi yaitu mula-mula molekul zat terlarut membentuk agregat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi di zat antara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih besar di antara molekul pelarutnya. Kristal yang terbentuk disaring vakum dari larutannya menggunakan corong buchner.<br />
Ada dua cara dalam melakukan rekristalasasi, yaitu :<br />
Jika pengotornya sedikit larut dalam pelarut, langkah yang harus dilakukan yaitu campuran zat padat dengan pelarut panas di saring biasa hingga terpisahkan antara zat terlarut ( larutan ) dengan pengotornya ( tidak larut ). Kemudian mendinginkan dan menyaring zat terlarut dengan di isap hingga terbentuk pelarut dan krisal<br />
Jika pengotornya lebih larut dalam pelarut, maka langkah yang harus di lakukan yaitu campuran zat padat dengan pelarut panas yang menghasilkan larutan, kemudian didinginkan dan di saring dengan di isap hingga terbentuk pelarut dan kristal.<br />
Apabila larutan yang akan di kristalkan ternyata berwarna, padahal kita tahu zat padatnya tak berwarna, maka kedalam larutan panas sebelumnya di saring di tambahkan arang aktif. Tidak semua zat warna dapat di serap dengan baik. Zat warna yang tidak terserap ini akan hilang pada waktu pencucian dan penyaringan.<br />
C.KROMATOGRAFI<br />
Kromatografi merupakan cara paling modern dalam pemisahan dan pemurnian. Kromatografi yaitu pemisahan yang didasarkan pada perbedaan migrasi senyawa. Ada beberapa cara kromatografi, salah satunya adalah kromatografi kertas. Salah satu penggunaan kromatografi kertas adalah pemisahan zat warna dalam tinta hitam.<br />
Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat bertindak sebagai melarutkan zat terlarut hingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak.<br />
<br />
II.ALAT DAN BAHAN<br />
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :<br />
Tabung reaksi 3 buah<br />
Pipet tetes 1 buah<br />
Rak tabung 1 buah<br />
Gelas ukur 1 buah<br />
Neraca analis 1 buah<br />
Kaca arloji 1 buah<br />
Cawan porselin 1 buah<br />
Corong biasa 2 buah<br />
Gelas kimia 2 buah<br />
Batang pengaduk 1 buah<br />
Hot plate 1 buah<br />
<br />
Bahan – bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah :<br />
Larutan KI 0,5molar<br />
Kloroform ( CHCL4 )<br />
Kertas saring 2 lembar<br />
Aquades<br />
Kristal ( I2 )<br />
Garam dapur<br />
Kertas kromatografi<br />
CuSO4<br />
III. PROSEDUR KERJA <br />
Ekstraksi<br />
Memisahkan I2 dari larutannya dengan pelarut CHCl3<br />
Mengambil 3 tabung reaksi dan memberi label I, II, III.<br />
Mengisi tabung I dengan 7,5 ml larutan KI dan menambahkan sebutir kristal I2, mengocok larutan hingga larut dan mengamati warna larutannya.<br />
Memindahkan 5 ml larutan dari tabung I ke dalam tabung II, menambahkan 2 ml Kloroform (CHCl3) dan mengocok, mendiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, mengamati warna larutan yang terjadi. Membandingkan warna larutan bagian atas dari tabung II dengan warna larutan dari tabung I. Mana yang lebih tua.<br />
Memindahkan lagi separuh dari larutan bagian atas tabung II ke dalam tabung III. Menambahkan lagi 2 ml Kloroform (CHCl3), mengocok dan mendiamkan. Mengamati warna larutan yang terjadi, membandingkan dengan tabung II.<br />
Menyimpulkan apa yang dapat diambil dari percobaan.<br />
<br />
KRISTALISASI DAN REKRISTALASI<br />
Memperoleh garam dapur bersih dari garam dapur kotor dan memurnikan CuSO4 melalui kristalisasi dan rekristalisasi.<br />
Melarutkan 2 gram dapur kotor dalam 10 ml air dalam becker glass (menambahkan air jika belum larut).<br />
Menyaring larutan garam tersebut beberapa kali dengan kertas saring (membasahi kertas saring sebelum digunakan). Menguapkan filtratnya hingga kering.<br />
Membandingkan kristal garam dengan garam sebelumnya, mana yang lebih bersih?<br />
Melarutkan 5 gr CuSO4 dengan 25 ml air. Menguapkan larutan ini hingga volumenya kurang dari 15 ml, menyaring dan mendinginkan sampai terbentuk kristal. Jika pada pendinginan ini belum terbentuk kristal, mendiamkan selama 1 malam. Membandingkan kristal yang terbentuk dengan kristal sebelumnya.<br />
<br />
<br />
Kromatografi<br />
Memisahkan komponen warna dari spidol dengan kormatografi.<br />
Mengukur 1 cm dari kertas kromatografi, dan menotolkan spidol yang tersedia.<br />
Menjepit ujung kertas yang lain dengan lidi.<br />
Mencelupkan kertas sedemikian hingga totolan spidol tidak terendam air dan melakukan kromatografi hingga pelarut mencapai ujung kertas.<br />
Mengamati pemisahan yang terjadi.<br />
<br />
IV. HASIL PENGAMATAN<br />
Ekstaksi<br />
No. Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1. Tabung I<br />
KI 0,5 M + sebutir kristal I2 Larutan KI mula-mula bening kemudian menambahkan sebutir kristal I2 larutan berubah menjadi kuning keemasan.<br />
2. Tabung II<br />
5 ml larutan dari tabung I + 2 ml CHCl3 Larutan membentuk 2 lapisan.<br />
Lapisan bawah berwarna merah muda dan lapisan atas berwarna kekuning-kuningan. Warna larutan bagian atas tabung II lebih muda dibandingkan warna larutan tabung I.<br />
3. Tabung III<br />
Setengah larutan bagian atas tabung II + 2 ml CHCl3 Larutan membentuk 2 lapisan.<br />
Lapisan atas bening dan bagian bawah berwarna merah muda lebih bening. Warna pada larutan tabung III lebih muda dibandingkan larutan tabung II dan I.<br />
<br />
Kristalisasi dan Rekristalisasi<br />
Memurnikan garam dapur<br />
No. Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1. 2 gr garam dapur kotor + 10 ml air Larutan garam kotor yang bening.<br />
2. Menyaring larutan garam dengan kertas saring. Terbentuk filtrat yang bersih.<br />
3. Menguapkan filtrat hingga kering. Larutan filtrat membentuk kristal yang lebih halus dan bersih.<br />
<br />
Memurnikan CuSO4<br />
No. Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1. 5 gr CuSO4 + 25 ml air Serbuk CuSO4 berwarna biru tua. Larutan CuSO4 berwarna biru muda.<br />
2. Menguapkan hingga volume kurang dari 15 ml. Warna larutan menjadi lebih tua dari sebelumnya yaitu menjadi biru tua.<br />
3. Menyaring larutan CuSO4 dengan kertas saring. Terbentuk filtrat CuSO4.<br />
4. Mendinginkan larutan. Larutan menjadi bongkahan kecil yang berwarna biru muda.<br />
5. Membandingkan kristal yang terbentuk dengan kristal sebelumnya. Kristal berupa bongkahan yang lebih kecil daripada kristal CuSO4 yang terbentuk sebelumnya yaitu berupa bongkahan yang besar.<br />
<br />
<br />
Kromatografi<br />
No. Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1. Mengukur 1 cm kertas kromatografi dan menotolkan spidol hitam pada kertas kromatografi. Terbentuk komponen warna yaitu :<br />
Hitam (warna awal)<br />
Ungu<br />
Coklat<br />
Biru<br />
<br />
Lintasan warna hingga 9 cm<br />
2. Menjepit ujung kertas lain dengan lidi. <br />
3. Mencelupkan kertas hingga totolan spidol tidak terendam air dan melakukan kromatografi hingga pelarut mencapai ujung kertas. <br />
4. Mengamati perubahan yang terjadi. <br />
<br />
V. ANALISIS DATA<br />
A. Ekstraksi<br />
Pada percobaan mengenai ekstraksi, larutan KI ditambahkan dengan sebutir kristal I2 di masukkan ke dalam tabung I dan mengocoknya. Setalah beberapa saat larutan menjadi berwarna kuning keemasan. Pada percobaan 5mL lrutan tabung I di tambahkan 2mL CHCl4 yang dicampur, kemudian di kocok dan di amati di tabung I ternyata membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna putih bening dan lapisan bawahnya berwarna merah muda lebih bening. Jika di bandingkan warna larutan pada tabung I lebih tua di banding kan larutan tabung II. Sedangkan pada percobaan tabung III, separuh dari larutan bagian atas tabung II di tambahka 2mL CHCl4, kemudian di kocok dan didiam kan ternyata warna yang terjadi pada tabung III lebih muda dari tabung II. . Hal ini terjadi karena CHCl3 selalu ditambahkan pada tabung-tabung reaksi yang akan diuji sedangkan pelarut yang baik untuk ekstraksi seperti CHCl3 harus memiliki daya melarut zat terlarut lebih besar daripada pelarut semula. Jadi semakin banyak menambahkan CHCl3 maka daya melarut zat terlarut semakin besar daripada pelarut semula sehingga warna kekuning-kuningan akan semakin memudar.<br />
Percobaan ini menunjukkan bahwa pemisahan campuran dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda, tetapi memiliki perbandingan yang tidak sama. Dalam suatu campuran ditambahkan pelarut yang mempunyai kemampuan melarutkan lebih besar dalam melarutkan senyawa, tetapi pelarut tidak bercampur dengan pelarut sebelumnya.<br />
B. Kristalisasi dan Rekristalasi<br />
Pada percobaan mengenai kristalisasi dan rekristalisasi. Melarutkan 2 g garam dapur kotor dalam becker gelas sehingga dihasilkan larutan yang kelihatan keruh, tetapi larutan garam tersebut disaring terus beberapa kali sehingga di didapat larutan yang lebih bersih dari keadaan sebelumnya, kemudian larutan diuapkan filtratnya hingga kering dan terbentuk kristal garam dan kristal yang terbentuk lebih bersih dibandingkan dengan garam sebelumnya<br />
Pada percobaan 5 g CuSO4 ditambah 25 ml air dan menguapkan larutan hingga volumenya kurang dari 15 ml dan setelah disaring dan didinginkan selama satu malam terbentuk kristal yang warnanya lebih muda dibandingkan semula. Kristal CuSO4 ini berupa bongkahan yang lebih kecil dari sebelumnya yang berupa bongkahan yang lebih besar.<br />
Pada percobaan air dan garam terjadi proses rekristalisasi yaitu memperoleh padatan dari larutan melalui proses penguapan berdasarkan perbedaan titik beku komponen garam dapat dipisahkan dengan air karena garam berupa padatan yang perbedaan titk bekunya cukup besar dengan air. Air garam yang dipanaskan atau diuapkan terus-menerus maka air akan menguap sedikit demi sedikit sampai larutan tepat jenuh dan dibiarkan akan terbentuk kristal garam. Kristal garam ini tentu saja lebih bersih dari larutan sebelumnya karena mengalami proses penyaringan atau pemurnian padatan menggunakan air tersebut.<br />
Pada percobaan 5 g CuSO4 ditambah 25 ml air terjadi proses kristalisasi. Lerutan CuSO4 yang di panaskan terus-menerus airnya akan menguap sedikt demi sedikit dan terbentuk kristal yang berwarna biru. Kristal ini yang terbentuk warnanya lebih muda atau lebih bersih dari sebelumnya karena proses pembentukan kristal lebih lama.<br />
C. Kromatografi<br />
Pada percobaan kromatografi ini adalah kromatografi kertas. Mengukur kertas kromatografi sepanjang 1 cm dan menotolkan spidol hitam kemudian mencelupkan kertas kromatografi tersebut ke dalam air hingga totolan tidak terceluk air. Pada totolan spidol hitam menghasilkan komponen warna yaitu ungu, coklat, dan biru.<br />
Dasar percobaan kromatografi ini adalah perbedaan fase gerak untuk membawa zat terlarut dalam fase diam atau perbedaan daya serap pada kertas. Pada percobaan ini akan terlihat komponen-komponen warna akan terpisah satu sama lain berdasarkan perbedaan daya serapnya pada kertas. Ini membuktikan bahwa suatu warna mempunyai komponen-komponen warna yang lain, tidak berupa hanya satu jenis warna saja. Jadi, warna-warna yang terurai adalah akibat dari proses pemurnian tersebut yang merupakan komponen satu warna dan naiknya air menyebabkan komponen penyusun warna terurai.<br />
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:<br />
Rf=Jn/Jp=(9 )/(9 )= 1<br />
VI. KESIMPULAN<br />
Cara pemisahan dan pemurnian antara lain ektraksi, kristalisasi dan rekristalisasi, dan kromatografi.<br />
Ekstraksi yaitu proses pemisahan komponen zat dari suatu campuran berdasarkan perbedaan kelarutan.<br />
Pada percobaan ektraksi semakin banyak menambahkan CHCl3 maka daya melarut zat terlarut semakin besar daripada pelarut semula sehingga warna ungu semakin memudar.<br />
Pada percobaan garam ditambahkan air, terjadi proses rekristalisasi. Kristal yang terbentuk lebih bersih dari kristal sebelumnya.<br />
Pada rekristalasi peran air sebagai pelarut sangat penting karena syarat pelarut yang mampu memisahkan kristal dengan mudah harus memilki titik didih yang relatif rendah.<br />
Pada percobaan CuSO4 ditambahkan dengan air terjadi proses kristalisasi. Kristal yang terbentuk berupa bongkahan kecil berwarna biru muda.<br />
Kertas kromatografi di anggap sebagai fase diam dan air sebagai fase bergerak.<br />
Pada totolan spidol hitam menghasilkan komponen warna yaitu ungu, coklat, dan biru.<br />
<br />
<br />
VII.DAFTAR PUSTAKA<br />
Achmad. Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Bandung: ITB.<br />
Bettleheim & Lendersberg. 1996. Laboratory Experiment general, Organic and Biochemistry Fourth Edition, Harcourt Inc.<br />
Sudjaji. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Kanisius<br />
Syahmani dan Leny. 2007. Petunjuk praktikum KimiaOrganik I. Banjarmasin: FKIP UNLAM<br />
Syurki. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB<br />
<br />
LAMPIRAN<br />
Sebutkan perbedaan kristalisasi dengan rekristalasi ?<br />
Jelaskan prinsip ekstraksi ?<br />
Pengertian destilasi ?<br />
<br />
Jawab :<br />
Kristalisasi adalah proses cara pembuatan menjadi kristal sedangkan rekristalasi suatu proses dimana butir logam yang terdefomasi di gantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk di dalamnya.<br />
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry)Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.<br />
Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginyya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkain untuk destilasi dan Zosimus dan Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses destilasi pada sekitar abad ke -4. Bentuk modern destilasi pertama kali ditemukan oleh ahli – ahli kimia Islam pada masa Bani Abbasiah, terutama oleh Al – razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relative murni melalui alat alembic,bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkankan rancangan destilasi skala mikro, The Hicman Stillhead dapat terwujud. Tulisan Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu jabir menyebutkan tentang uapmanggur yang dapat terbakar, ia juga menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al – Kindi (801-873).<br />
Destilasi merupakan suatu teknik pemishan larutan yang berdasrkan pada perbedaan titik didhnya. Destilasi terfraksi digunakan untuk larutan yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh sekitar 300 C atau lebih. Dasr pemisahan suatu campuran dengan destilasi adalah adanya perbedaan titik didh dua cairan atau lebih yang jika campuran tersebut dipanaskan,maka komponen yang titik didihnya yang lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen – komponen secara bertahap.<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 1.1 Alat dan Bahan Gambar 1.2 Hasil Ektraksi <br />
<br />
<br />
Gambar 1.3 Gambar 1.4 <br />
Penyaringan larutangaram Membandingkan Kristal Garam<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 1.5 Gambar 1.6 <br />
Memanaskan larutan CuSO4 Hasil Rekristalisasi CuSO4<br />
<br />
Gambar 1.7 Proses Kromatografi Gambar 1.8 Hasil Kromatografi<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
FLOW CHART<br />
PERCOBAAN I<br />
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN<br />
<br />
Ekstraksi<br />
Tabung I <br />
Mengisi ke dalam tabung reaksi I<br />
Mengocok larutan<br />
Mengamati warna larutan<br />
<br />
<br />
Tabung II <br />
Mengisi kedalam tabung reaksi II<br />
Mengocok larutan<br />
Mendiamkan sampai terbentuk 2 lapisan<br />
Mengamati warna larutan<br />
<br />
<br />
Catatan : Menbandingkan warna bagian atas tabung I dan tabung II<br />
<br />
<br />
<br />
Mengisi kedalam tabung reaksi II<br />
Mengocok larutan<br />
Mendiamkan sampai terbentuk 2 lapisan<br />
Mengamati warna larutan<br />
<br />
<br />
<br />
KRISTALISASI DAN REKRISTALASI<br />
<br />
MEMURNIKAN GARAM DAPUR<br />
<br />
Melarutkan kedalam becker glass<br />
Larutan garam<br />
Menyaring dengan kertas saring<br />
<br />
<br />
Menguapkan hingga kering<br />
<br />
Catatan : Membandingkan kristal garam dengan sebelumnya<br />
<br />
MEMURNIKAN CuSO4<br />
- Melarutkan kedalam becker glass<br />
<br />
<br />
<br />
Menguapkan larutan hinggavolume 15 ml<br />
Menyaring dengan kertas saring<br />
<br />
<br />
Mendinginkan<br />
<br />
<br />
<br />
Catatan :<br />
Mendiamkan satu malam jika belum terbentuk kristal<br />
Membandingkan kristal dengan kristal sebelumnya<br />
C. KROMATOGRAFI<br />
<br />
Mengukur 1 cm dari kertas kromatografi<br />
Menotolkan spidol pada kertas<br />
<br />
Menjepit ujung kertas lain dengan lidi<br />
Mencelupkan kertas hingga totolan spidol tidak terendam air<br />
Melakukan kromatografi hingga pelarut hingga ujung kertas<br />
Mengamati pemisahan warna<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PERCOBAAN III<br />
<br />
Judul Percobaan : Reaksi-reaksi kimia<br />
Tujuan Percobaan :1. Mengetahui perubahan-perubahan yang menunjukkan terjadinya reaksi-reaksi kimia<br />
2.Mempelajari jenis-jenis reaksi kimia<br />
Hari/Tanggal : Sabtu/30 0ktober 2010<br />
Tempat : Labaratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin<br />
<br />
I. DASAR TEORI<br />
Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa ikmia yang ditandai dengan berubahnya suatu zat menjadi zat lain .Contohnya padda pembakaran Etanol dan Oksigen berubah menjadi karbondioksida dan uap air .perubahan itu dapat dituliskan sebagai berikut:<br />
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O<br />
Zat mula-mula disebut pereaksi dan zat yang terbentuk disebut hasil reaksi . Dalam reaksi diatas ,Etanol dan Oksigen merupakan pereaksi ,sedangkan Karbondioksida dan uap air sebagai hasil reaksi .<br />
Reaksi kimia dialam terus berkembang dan zat-zat hasil reaksi dapat diketahui dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:<br />
Terjadinya perubahan warna, <br />
Terjadinya perubahan suhu,<br />
Terbentuknya gas,dan<br />
Terbentuknya endapan.<br />
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan perubahan senyawa kimia .Senyawa kimia ataupun senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan .reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi ,dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan .<br />
Secara klasik ,reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan electron dalam pembentukkan dan pemutusan ikatan kimia ,walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada tranformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi Nuklir.<br />
Reaksi kimia dapat dibagi menjadi kelompok besar ,yaitu reaksi asam basa dan reaksi redoks .Secara garis besar terdapat perbedaan yang mendasar pada kedua jenis reaksi tersebut ,yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks),sedangkan pada reaksi asam basa tidak ada perubahan biloks.<br />
Ada pula dua jenis reaksi kimia biasa .jenis peertama adalah sintesis ,yakni satu jenis senyawa dari dua jenis zat atau lebih .jenis ini dinamakan Reaksi penggabungan .<br />
A + Z → AZ<br />
Jenis kedua disebut Reaksi Penguraian ,yakni terpecahnya satu senyawa menjadi dua zat atau labih ,biasanya dengan memasukkan kalor.<br />
AZ → A + Z<br />
Jenis ketiga dinamakan reaksi penggantian ,yaitu dimana satu unsur menggantikan unsure lain dalam senyawa .Unsur yang digantikan adalah unsur yang letaknya lebih bawah dalam Deret Elektromotif. (Deret Elektromotif : Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, AL, Zn, Fe, Cd, Ni, Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Au).<br />
A + BZ → AZ + B<br />
Jenis keempat adalah Reaksi Penggantian rangkap ,dimana dua zat dalam larutan bertukar pasang antar anion.<br />
AX + BZ → AZ + BX<br />
Jenis kelima adalah Reaksi Netralisasi,yaitu dimana dau zat yaitu asam dan basa bereaksi membentuk garam dalam air. <br />
HX + BOH → BX + H2O<br />
Disamping kelima jenis reaksi itu,perlu pula dikaji reaksi reduksi oksidasi (redoks).Banyak logam bereaksi denagan asam membentuk garam dari logam tersebut dan gas hidrogen .Beberapa logam tidak aktif dapat bereaksi dengan asam Nitrat (NHO3) ,yang terjadi bukan hanya gas hidrogen melainkan Oksigen dan Nitrogen.<br />
Reaksi kimia tidak dapat mengubah massa zat ,karena dalam reaksi hanya terjadi penataulangan atom-atom zat pereaksi membentuk susunan baru dalam zat hasil reaksi .Dengan demikian ,tidak ada atom yang hilang atau ercipta akibat berlangsungnya reaksi kimia .Keaadan ini harus tercermin pada persamaan reaksi.<br />
Oleh karena itu ,pada persamaan reaksi tiap zat harus diberikoofesien ,yakni bilangan bulat ynag menyebabkan jumlah atom tiap unsure diruas kiri dan kanan persamaan reaksi sama.<br />
<br />
II. ALAT DAN BAHAN <br />
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :<br />
Pipet Tetes 2 Buah<br />
Rak Tabung Reaksi 1 Buah<br />
Tabung Reaksi 4 Buah<br />
Gelas ukur berukuran 10 mL 2 Buah<br />
<br />
Sedangkan bahan yang diperlukan adalah :<br />
Larutan HCl 0.1 N dan 1,0 M<br />
Larutan Al2(SO4)3 0,1 M<br />
Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 0,1 M<br />
Larutan CH3COOH 0,1 M<br />
Larutan K2CrO4 0,1 M<br />
Larutan NH4OH 1 M<br />
Larutan KMnO4 0,1 M<br />
Larutan NaOH 0,1 N dan 1,0 M<br />
Larutan K2Cr2O7 0,1 M<br />
Larutan H2C2O4 0,1 M<br />
Indikator PP <br />
<br />
III. PROSEDUR KERJA<br />
Kedalam dua tabung reaksi memasukkan masing-masing 1 mL HCl 0,1 N dan CH3COOH 0,1 M.menambahkan masing-masing dua tetes indicator PP .Mengamati apa terjadi.<br />
Kedalam dua tabung reaksi yang lain memasukkan denagan tetep masing-masing 1 mL NaOH 1 N,menambahkan dua tetes indicator PP .Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
Mencampurkan masing-masing larutan dari prosedur 1 dan 2 .Mengamati perubahan terjadi.<br />
Memasukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing 1 mL larutan K2Cr2O7 0,1 M.Pada tabung 1 menambahkan HCl 1 M dan pada tabung 2 menambahkan dengan NaOH 1 M.Mengamati perubahan warna terjadi.<br />
Kedalam tabung reaksi yang lain memasukkan masing-masing 1 mL larutan K2CrO4 0,1 M dan memperlakukan seperti prosedur diatas(No.4).Menyimpulkan dari kedua kegiatan ersebut.<br />
Memasukkan kedalam 1 tabung reaksi masing-masing 1 mL Al2(SO4)3 0,1 M.Menambahkan tetes demi tetes NaOH hingga terbentuk endapan pada salah satunya menambahkan NH4OH dengan perlakuan yang sama.<br />
Memasukkan kedalam tabung reaksi 1 mL larutan asam oksalat (H2Cr2O4) 0,1 M dan menambahkan 0,5 mL asam sulfat 0,1 M.Meneteskan larutan KMnO4 sambil mengocok.Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
IV. HASIL PENGAMATAN<br />
<br />
No Percobaan Hasil Pengamatan<br />
1 Memasukkan masing-masing 1 mL HCl 0,1 N dan CH3COOH o,1 M ke dalam 2 tabung reaksi, lalu meneteskan masing-masing 2 tetes indikator PP. Larutan HCl yang ditetesi 2 tetes indikator PP tidak mengalami perubahan warna karena setelah diteteskan tidak mengalami perubahan indikator PP warnanya tetap bening seperti semula.<br />
Larutan CH3COOH yang ditetesi 2 tetes indikator PP mengalami perubahan warna, dari warna bening menjadi putih keruh.<br />
2 1 mL NaOH 0,1 M + 2 tetes indikator PP Mengalami perubahan warna dari warna bening menjadi menjadi warna ungu tua, lama-kelamaan menjadi warna ungu muda.<br />
3 (HCl+ Indikator PP) + (NaOH + Indikator PP)<br />
(CH3COOH + Indikator PP) + (NaOH + Indikator PP) Warnanya menjadi ungu muda.<br />
Warnanya menjadi ungu tua.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
4 Masing-masing 1 mL K2CrO4 0,1 M + HCl 1 M<br />
K2CrO4 1 mL 0,1 M + NaOH 1 M Mengalami perubahan warna, dari warna kuning berubah menjadi warna jingga.<br />
Tidak mengalami perubahan warna, dari warna kuning didiamkan untuk beberapa saat tidak berubah menjadi warna yang lain.<br />
5 1 mL K2Cr2O7 0,1 M + HCl 1 M<br />
1 mL K2Cr2O7 0,1 M + NaOH 1 M Tidak mengalami perubahan warna (tetap berwarna jingga).<br />
Mengalami perubahan warna, dari warna jingga menjadi warna kuning.<br />
6 1 mL Al2(SO4)3 0,1 M + NaOH 1 M<br />
1 mL Al2(SO4)3 0,1 M + NH4OH 1 M Terjadi endapan berwarna putih keruh.<br />
Terjadi endapan berwarna putih keruh dan lebih keruh.<br />
<br />
7 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M + 0,5 mL H2SO4<br />
H2C2O4 0,1 M + H2SO4 0,1 M + KMnO4 Tidak mengalami perubahan warna (tetap warna putih bening).<br />
Terjadi perubahan warna, dari putih bening menjadi ungu tua.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
V. ANALISIS DATA<br />
Pada prosedur pertama, di dalam tabung reaksi 1 mL larutan HCl 0,1 M di tambah 2 tetes indikator PP tidak mengalami perubahan warna karena setelah diteteskan, warnanya tetap bening seperti semula. Sedangkan pada tabung reaksi 2, 1 mL CH3COOH ditambah 2 tetes indikator PP menghasilkan larutan yang awalnya berwarna bening menjadi putih keruh. Dilihat dari keduanya, terjadinya perbedaan hasil larutan pada tabung 1 terdapat larutan HCl yang merupakan asam kuat. Sedangkan pada tabung 2 terdapat CH3COOH yang merupakan basa lemah. Diketahui bahwa indicator PP merupakan asam dioptri yang tidak berwarna yang berfungsi untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral. Maka pada kedua larutan tersebut dapat terlihat perbedaan yang jelas yaitu bening dan putih keruh.<br />
Pada prosedur dua, yakni 1 mL NaOH 0,1 M + 2 tetes indikator PP menghasilkan warna ungu tua, yang lama-kelamaan menjadi warna ungu muda pada tabung reaksi 3 dan 4. Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa NaOH merupakan basa kuat. Hal ini dapat dilihat dari hasil warna yang menyolok, yaitu ungu tua. Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa indicator PP merupakan penguji, pakah larutan itu asam, basa, atau netral. Dari sini dapat dianalisis bahwa larutan yang bersifat basa lemah, basa kuat, asam lemah, dan asam kuat mempunyai perbedaan warna, yaitu basa lemah menyolok, basa kuat kurang menyolok, asam lemah sangat keruh dan asam kuat kurang keruh atau bening.<br />
Pencampuran antara larutan HCl (tabung 1) dengan larutan NaOH (tabung 3) menghasilkan warna ungu muda, sedangkan pencampuran antara larutan CH3COOH (tabung 2) dengan larutan NaOH (tabung 4) menghasilkan warna ungu tua. 2 reaksi tersebut termasuk reaksi penetralan yang merupakan asam kuat+basa kuat dengan persamaan reaksi sebagai berikut :<br />
HCl + NaOH NaCl + H2O<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
CH3COOH yang ditambah NaOH menjadi basa kuat dengan persamaan reaksi sebagai berikut :<br />
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O<br />
Garam yang dihasilkan adalah garam CH3COONa yang ditambah dengan air dan warna larutannya menjadi lebih tua. Perubahan warna pada reaksi tersebut dipengaruhi oleh pH, asam kuat mempunyai pH tinggi sehingga menghasilkan warna yang menyolok sedangkan yang ber-pH rendah menghasilkan warna yang kurang menyolok.<br />
Pada pencampuran K2CrO4 0,1 M yang ditambah dengan larutan HCl 1 M mengalami perubahan warna, yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi jingga. Ini disebabkan karena adanya penambahan biloks (bilangan oksidasi) dari K2CrO4menjadi K2Cr2O7 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :<br />
2 K2CrO4 + 2 HCl K2Cr2O7 + 2 KCl + H2O<br />
Sedangkan pencampuran K2CrO4 0,1 M yang bertambah dengan Larutan NaOH tidak terjadi perubahan warna, tetap berwarna kuning. Dapat dianalisis bahwa NaOH tidak memberikan pengaruh apa-apa pada reaksi tersebut.<br />
Pencampuran K2Cr2O7 0,1 M dengan HCl 1 M menghasilkan warna jingga, sedangkan pada pencampuran K2Cr2O7 0,1 M dengan NaOH 1 M menghasilkan warna kuning. Hal ini terjadi karena pada reaksi ini stabil dalam suasana asam.<br />
K2Cr2O7 + 2 HCl 2 KCl + H2Cr2O7<br />
K2Cr2O7 + 2 NaOH 2 KOH + 2 CrO3 + Na2O<br />
Dari persamaan-persamaan reaksi di atas dapat diketahui bahwa dalam suasana basa ion dikarbonat yang berwarna jingga berubah menjadi ion kromat yang berwarna kuning.<br />
Al2(SO4)3 + 6 NaOH 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4<br />
Dari reaksi di atas aluminium sulfat + natrium hidroksida terbentuk endapan Al2(SO4)3 berwarna putih keruh. Ini menunjukkan bahwa basa kuat (NaOH) ditambah dengan aluminium sulfat akan terjadi Al3+ bermuatan positif akan segera menarik ion-ion OH- dari NaOH membentuk Al(OH)3 berbentuk solid. Apabila dilanjutkan dengan penambahan NaOH maka endapan akan hilang karena senyawa natrium aluminat merupakan senyawa yang mudah larut dalam air karena mengandung kation alkali yaitu Na+. Kemudian Al2(SO4)3 + NH4OH larutan kembali menjadi cair namun ada sedikit endapan yang tersisia dan lebih jernih di bagian atasya.<br />
Al2(SO4)3 + NH4OH 2 AlOH3 + 3 (NH4)2SO4<br />
Pengendapan terjadi karena ion Al3+ dari aluminium sulfat menarik ion OH- dan NH4OH membentuk endapan AlOH3 yang berbentuk solid.<br />
H2C2O4 + H2SO4 dicampurkan lebih dulu berwarna bening kemudian ditetesi dengan KMnO4 yang berwarna ungu, setelah larutan tersebut dikocok, larutan tidak mengalami perubahan warna. Dan pada reaksi H2C2O4 + H2SO4 + KMnO4 menghasilkan warna ungu tua. Hal ini terjadi karena KMnO4 terurai menjadi ion K+ dan ion Mn2+ (oksidator) H2C2O4 merupakan reduktor. Bilangan oksidasi Mn2+ menjadi Mn+ menyebabkan warna berubah-ubah. Reaksi ini dapat dikatakan sebagai reaksi redoks.<br />
H2C2O4+H2SO4+ KMnO4 MnO2 + K2SO4 + CO2 + H2O<br />
<br />
VI. KESIMPULAN<br />
Dari eksperimen tersebut kini dapat ditarik kesimpulan, yakni :<br />
Perubahan-perubahan reaksi kimia di tandai dengan adanya perubahan warna, perubahan suhu, terjadinya endapan, dan terbentuknya gas.<br />
Reaksi kimia dapat digolongkan menjadi reaksi sintesis, reaksi penetralan, reaksi redoks (reduksi oksidasi), dan reaksi pembentukan kompleks.<br />
Reaksi redoks terjadi karena adanya peristiwa pengurangan dan penambahan bilangan oksidasi.<br />
Reaksi penetralan dapat terjadi antara larutan yang bersifat basa dan larutan yang bersifat asam yang membentuk garam dan air.<br />
Pada larutan yang diteteskan dengan indikator PP tidak terjadi reaksi kimia karena warnanya akan tetap, sedangkan pada larutan yang bersifat basa akan terjadi reaksi kimia yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi ungu. <br />
<br />
<br />
VII. DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Adelyra, Rara. 2010. Makalah Reaksi Kimia (online). http://radelyrachemistry.blogspot.com/2010/12/makalah-reaksi-kimia.html<br />
Diakses Pada Tanggal 01 Januari 2011<br />
<br />
Ahmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Bandung: ITB<br />
<br />
Anonim. 2007. Reaksi-Reaksi Kimia (online). http://www.scribd.com/doc/16383788/Reaksi-reaksi-Kimia<br />
Diakses Pada Tanggal 01 November 2010<br />
<br />
Anonim. 2008. Asam Basa (online). http://dennifa.com.files.wordpress.com/2008/06/asam-dan-basa.pdf Diakses pada Tanggal 06 November 2010<br />
<br />
Anonim. 2008. Reaksi Kimia (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi-Kimia<br />
Diakses Pada Tanggal 01 November 2010<br />
<br />
Anonim. 2008. Reaksi Redoks (online).<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/redoks?wasRedirected=true<br />
Diakses Pada Tanggal 01 November 2010<br />
<br />
Lestari, Sri. 2003. Kumpulan Rumus Kimia SMA. Jakarta: Kawan Pustaka<br />
<br />
Syahmani. 2010. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Banjarmasin: FKIP UNLAM<br />
<br />
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
LAMPIRAN DISKUSI<br />
<br />
Penanya : Irmayanti<br />
Pertanyaan : Mengapa pada reaksi asam basa tidak terjadi perubahan biloks (bilangan oksidasi)?<br />
Jawaban : Pada reaksi asam basa tidak terjadi perubahan biloks (bilangan oksidasi) karena pada umumnya ion H+ dan ion OH- pada senyawa asam dan basa bilangan oksidasinya tidak berubah. Begitu juga dengan unsur lainnya yang ada di dalam senyawa asam maupun basa, semuanya memiliki bilangan oksidasi namun tidak terjadi perubahan di setiap reaksinya.<br />
<br />
Penanya : Akhmad Gajali<br />
Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi sintesis dan reaksi penguraian? Berikan Contoh persamaan reaksinya!<br />
Jawaban : Reaksi sintesis merupakan suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa). Sedangkan reaksi penguraian merupakan suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat- zat yang lebih sederhana.<br />
Contoh persamaan reaksinya;<br />
Reaksi Sintesis:<br />
2 H2 + O2 2 H2O<br />
Reaksi Penguraian:<br />
2 Ag2O 4 Ag + O2<br />
<br />
Penanya : Wardatul Ilmah<br />
Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi redoks dan reaksi asam basa? Berikan Contoh persamaan rekasnya!<br />
Jawaban : Reaksi Redoks (Reduksi Oksidasi) merupakan suatu reaksi tang mengalami perubahan bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah reaksi kimia. Sedangkan reaksi asam basa merupakan suatu reaksi dimana senyawa asam bereaksi dengan senyawa basa membentuk garam.<br />
<br />
Contoh persamaan reaksinya;<br />
Reaksi Redoks: Fe2O3 + 3 CO 2 Fe + 3 CO2<br />
Reduksi<br />
Oksidasi<br />
Reaksi Asam Basa: CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O<br />
CH3COOH adalah senyawa asam (Asam Lemah)<br />
NaOH adalah senyawa Basa ( Basa Kuat)<br />
CH3COONa adalah senyawa garam yang bersifat Basa<br />
H2O adalah air.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar percobaan reaksi – reaksi kimia<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
FLOWCHART<br />
PERCOBAAN III<br />
REAKSI – REAKSI KIMIA<br />
<br />
<br />
1.Kegiatan I<br />
a.Tabung Reaksi c. Tabung reaksi 3 <br />
<br />
<br />
-Mengamati apa yang terjadi - mengamati apa yang terjadi<br />
<br />
<br />
mencampurkan dengan - mencampurkan<br />
larutan 3 dengan larutan 4<br />
<br />
<br />
b.Tabung Reaksi 2 d. tabung reaksi 4 <br />
<br />
<br />
<br />
-Mengamati perubahan - Mengamati perubahan<br />
yang terjadi yang terjadi <br />
- Mencampurkan - Mencampurkan <br />
dengan larutan 3 dengan larutan 3 <br />
2. Kegiatan II<br />
<br />
a.Tabung Reaksi 1 b.Tabung Reaksi 2 <br />
-Mengamati perubahan - Mengamati perubahan<br />
warna yang terjadi warna yang terjadi <br />
<br />
<br />
c.Tabung Reaksi 3 d.Tabung Reaksi 4 <br />
- Mengamati perubahan - Mengamati perubahan<br />
warna yang terjadi warna yang terjadi <br />
<br />
3.Kegiatan III<br />
<br />
<br />
Memasukkan kedalam 2 tabung reaksi<br />
Mengamati perubahan yang terjadi <br />
Hingga terbentuk endapan pada salah satu hilang <br />
Membagi larutan menjadi 2 <br />
<br />
Mengamati perubahan warna <br />
yang terjadi <br />
<br />
4. Kegiatan IV<br />
<br />
<br />
-Mengocok larutan<br />
-Mengamat perubahan yang terjadi <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PERCOBAAN IV<br />
<br />
Judul Percobaan : Variasi Kontinu<br />
Tujuan Percobaan : Untuk mempelajari stiokiometri sistem CuSO4, NaOH dan Stiokiometri asam basa<br />
Hari/Tanggal : Sabtu/4 Desember 2010<br />
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin<br />
<br />
DASAR TEORI<br />
Ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan pada percobaan, setelah mempelajari beberapa bulan, seseorang dapat menuliskan beberapa senyawa, tetapi dapatkah anda membuktikan rumus suatu zat yang anda tulis dengan data pengamatan?<br />
Dalam metode variasi kiontinu dilakukan sederetan pengamatan yang kuantitatif berubah-ubah (variasi). Salah satu sifat sistem kimia dipilih untuk diperiksa, seperti massa, volume, suhu, atau daya serap. Oleh karena kuantitas molar reaksi berlainan, perubahan harga sifat dari sistem ini digunakan unutk meramalkan stiokiometri sistem.<br />
Bila digambarkan grafik secara fisik yang diamati atau diukur terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan diperoleh suatu titik maksimum atau minimum yang sesioa dengan titik stiokiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.<br />
Dasar percobaan ini adalah metode job atau metode variasi kontinu. Dalam metode ini dilakukan sederetan pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama, tetapi masing-masing kuantitas molar pereaksinya berubah-ubah (bervarias). Salah satu sifat fisika tertentu fipililh untuk diperiksa. Perhatikan misalnya percobaan untuk sistem perak nitrat kallium kromat air dengan metode variasi kontinu. Volume dan jumlah mol dari 0,24 M larutan AgNO3 dan 0,24 M K2CrO4 yang digunakan untuk kesembilan percobaan.<br />
Konsentrasi pereaksi-pereaksi dibuat sehingga pada setiap percobaan, jumlah mol pereaksi total sama dengan 1,2 x 10-2 volume pereaksi total sama dengan 50,0 ml. Tatapi untuk deret itu seluruhnya jumlah mol AgNO3 bervariasi dengan 10,8 x 10-3 sampai 1,2 x 10-3 sampai 10,8 x 10-3 dan jumlah mol K2CrO4 bervariasi dari 10,8 x 10-3 sampai 1,2 x 10-3.<br />
Sesudah mengikat kuantitas-kuantitas pereaksi itu dicampur, maka endapan yang terjadi disaring ”Dicuci”, kemudian dikeringkan dan ditimbang massa endapan terhadap jumlah mol AgNO3.<br />
Stiokiometri merupakan kajian tentang hubungan bobot dalam reaksi-reaksi kimia, yang berarti mengukur undur. Topik ini merupakan dasar untuk menentukan komponen senyawa dan campuran , dan dapat digunakan untuk memperkirakan hasil dalam pembuatan senyawa kimia. Perhitungan ini jmerupakan hasil dalam perbuatan senyawa kimia. Perhitungan ini merupakan dasar dari koknsep mol, dan digunakan untuk mengembangkan persamaan kimia.<br />
Mengubah Mol ke Gram<br />
Dalam ilmu kimia, mol adalah satuan pengukuran jumlah yang standar. Ketika kita merasakan zat-zat tertentu, zat-zat tersebut bereaksi dengan perbandingan mol yang bulat dan sederhana, tetapi kita tidak bisa mengatur jumlah zat-zat tersebut secara alangsung dengan neraca, karena neraca hanya bisa dibaca dalam satuan kimia yaitu mol.<br />
Masalahnya adalah kita membandingkan jumlah satu zat denga zat lainnya dengan menggunakan satua kimia yaitu mol, sementara untuk bekerja dilaboratorium kita tidak bisa menggunakan mol melainkan dengan satuan massa yaitu gram.<br />
Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Caranya adalah kita harus mengubah mol ke gram.<br />
Sesuai diferensi massa molar unsur atau senyawa, dimana satu mol unsur atom atau senyawa diperoleh jika kita menimbang unsur atau senyawa tersebut sebesar massa atom relatif atau massa rumus ralatifnya dalam gram. Oleh karena itu, kita memerlukan data massa molar zat tersebut untuk bis mengubah mol zat tersebut ke gram.<br />
Begitupun sebaliknya jika kita harus menghitung jumlah zat mol dari gram suatu zat kita juga dapat menggunakan data massa molar.<br />
Stiokiometri berdasarkan tiga konsep<br />
Kekekalan Massa<br />
Salah satu hukum dasr alam adalah hukum kekalan massa. Massa tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Bila hukum ini dipergunakan dalam reaksi kima, maka massa total dari produk harus sama dengan massa total reaktan. Hubungan antara kuantitas produk dan reaktan ini sangat penting sebab hal ini sangat penting untuk m engetahui reaktan mana yang harus ada dalam jumlah berlebihan. Sebab tergantung pada jumlah relatif dari reaktan yang pipergunakan kadang-kadang memberikan keadaan yang berlainan.<br />
Massa Atom Relatif<br />
Massa atom relatif dengan lambanag Ar adalah istilah modern sebagai pengganti istilah berat alam.<br />
Pada permulaan abad ke-19 hydrogen diginakan sebagai unsur standar. Dalton menekankan bahwa massa atom adalah sifat yang paling utama suatu unsur Hydrogen adalah unsur yang mempunyai atom yang paling ringan dan massanya ditentikan sebesar satu-satuan.<br />
Menurut definisi lama:<br />
Massa atom relatif=(Massa satu atom unsur)/(Massa satu atom Hydrogen)<br />
Konsep Mol<br />
Dalam ilmu kimia, satuan jumlah azt yang akan kita pakai adalah “Mol”. Satuan mol adalah julah azt yang mengandung 6,02 x 1023 butir partikel. Zat apa saja akan dikatakan berjumlah satuan mol, asalkan jumlah partikelnya 6,02 x 1023. Satu mol besi mengadung 6,02 x 1023 Molekul air, satu molekul elektron mengadung 6,02 x 1023butir elektron dsb.<br />
Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang mengandung sejumlah besaran elementer (atom, molekul, dsb) sebanyak atom yang trerdapat 12 gram tepat isotop karbon -12 (12C).<br />
Jumlah besaran elementer ini disebut tetapan Avogadro. 6,02 x 1023 merupakan “bilangan Avogadro”.<br />
Penerapan Konsep Mol Pada Gas<br />
Perdamaan gas ideal yang terkena adalah PV = nRt dengan “R” adalah tetapan jumlah mol gas pada tekanan standar 1 atm dan suhu 273 k (STP), satu mol gas menempati volume 22,414 L, biasanya secara sederhana digunakan 22,4 L.<br />
<br />
Penerapan Konsep Mol Pada Larutan<br />
Larutan satu molar (M) adalah larutan yang mengandung satu mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.<br />
kemolaran=mol/liter=mmol/ml<br />
kemolaran=(konsentrasi dalam 2 per 1)/(massa molar zat terlarut)<br />
Jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah larutan dapat dinyatakan dengan:<br />
Jumlah mol=kemolaran x volume<br />
<br />
ALAT DAN BAHAN<br />
Alat-alat yang digunakan<br />
Gelas kimia 4 Buah<br />
Gelas ukur 4 Buah<br />
Batang pengaduk 2 Buah<br />
Pipet tetes 4 Buah<br />
Termometer alkohol 2 Buah<br />
Termometer air raksa 2 Buah<br />
Baskom 2 Buah<br />
Bahan-bahan yang digunakan<br />
Larutan NaOH<br />
Larutan CuSO4<br />
Larutan HCl<br />
Air <br />
<br />
PROSEDUR KERJA<br />
Stiokiometri sistem CuSO4-NaOH<br />
Memasukkan masing-masing 50 ml NaOH 0,1 M dan 10 Ml CuSO4 0,1 M ke dalam dua gelas kimia yang berisi larutan kedalamnya dengan mencelupkan gelas kimia yang berisi larutan kedalam air bersama-sama. Mencatat temperaturnya (temperatur awal).<br />
Sambil mengaduk, mencampurkan kedua larutan dan mencatat suhu tertinggi yang dicapai (temperatur akhir)<br />
Mengulangi dengan prosedur yang sama dengan perbandingan volume sesuai tabel pengamatan, mencabut tempertur yang didapat dari percobaan tersebut.<br />
Membuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap ΔT.<br />
Membuat kesimpulan mengenai stiokiometri sistem diatas.<br />
<br />
Stiokiometri sistem asam kuat-basa kuat (NaOH-HCl)<br />
Kedalam 2 gelas kimia memasukkan masing-masing 40 ml NaOH 1 M dan 20 Ml HCl 1 M. Menyamakan temperaturnya dan mencata sebagai temperatur awal.<br />
Sambil mengaduk, mencampurkan kedua larutan dan mencatat suhu tertinggi yang dicapai (temperatur akhir)<br />
Mengulangi dengan prosedur yang sama dengan perbandingan volume sesuai tabel pengamatan, mencabut tempertur yang didapat dari percobaan tersebut.<br />
Membuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap ΔT.<br />
Membuat kesimpulan mengenai stiokiometri sistem diatas. Jika sistem diganti dengan NaOH dan H2SO4 dengan konsentrasi yang sama. Memprediksikan perbandingan volume kedua larutan yang menghasilkan titik stiokiometri.<br />
<br />
HASIL PENGAMATAN<br />
Stiokiometri NaOH-CuSO4<br />
No NaOH (ml) CuSO4 (ml) Tm (Suhu Awal) Ta (Suhu Akhir) ΔT<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5<br />
6<br />
7<br />
8<br />
9 50<br />
45<br />
40<br />
35<br />
30<br />
25<br />
20<br />
15<br />
10 10<br />
15<br />
20<br />
25<br />
30<br />
35<br />
40<br />
45<br />
50 29°C<br />
29°C<br />
28,5°C<br />
29°C<br />
29°C<br />
29°C<br />
29,5°C<br />
29°C<br />
29°C 28,5°C<br />
29°C<br />
29°C<br />
29°C<br />
29,5°C<br />
29°C<br />
29,5°C<br />
29°C<br />
29°C - 0,5°C<br />
0°C<br />
0,5°C<br />
0°C<br />
0,5°C<br />
0°C<br />
0°C<br />
0°C<br />
0°C<br />
<br />
Stiokiometri Sistem NaOH-HCl<br />
No NaOH (ml) CuSO4 (ml) Tm (Suhu Awal) Ta (Suhu Akhir) ΔT<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5 40<br />
35<br />
30<br />
25<br />
20 20<br />
25<br />
30<br />
35<br />
40 30°C<br />
29°C<br />
29°C<br />
29°C<br />
29°C 30°C<br />
31°C<br />
32°C<br />
32°C<br />
31°C 0°C<br />
2°C<br />
3°C<br />
3°C<br />
2°C<br />
<br />
ANALISIS DATA<br />
Percobaan ini adalah untuk mempelajari stiokiometri sistem NaOH-CuSO4 dan stiokiometri asam basa yang dilakukan dengen metode variasi kontinu. Dimana untuk melakukan sederetan reaksi diperlukan volume larutanyang bervarias jumlahnya. Pereaksi tersebut adalah larutan NaOH, CuSO4 dan HCl.<br />
Berdasarkan hasil pengamatan, apabila NaOH bereaksi dengan CuSO4, maka akan menghasilkan Na2SO4 + Cu(OH)2 sesuai dengan reaksi persamaan reaksi titik stiokiometri.<br />
Karena volume reaksi berbeda-beda (bervariasi). Maka setiap perubahan nilai dapat dipakai untuk meramalkan stiokiometri sistem. Untuk mendapatkan jumlah mol dapat menggunakan rumus sebagai berikut:<br />
Mol = Molaritas (Mol/l) x Volume (l)<br />
NaOH CuSO4 Perbandingan<br />
50<br />
45<br />
40<br />
35<br />
30<br />
25<br />
20<br />
15<br />
10 10<br />
15<br />
20<br />
25<br />
30<br />
35<br />
40<br />
45<br />
50 5 : 1<br />
3 : 1<br />
2 : 1<br />
1,4 : 1<br />
1 : 1<br />
1 : 1,4<br />
1 : 2<br />
1 : 3<br />
1 : 5<br />
<br />
Dari tabel pengamatan sebelumnya dapat diketahui bahwa titik maksimum terbentuk pada saat pencampuran NasOH sebanyak 40 ml, sedangkan CuSO4 sebanyak 20 ml. Dan sesuai dengan reaksi tersebut, perbandingan adalah 2 : 1 yang dipenuhi pada saat pencampuran 40 ml NaOH dengan 20 Ml CuSO4.<br />
Jadi perbandingan mol yang sesuai dengen koefisienpada reaksi diatas. Maka massa pada reaksi diatas dihitung sebagai berikut:<br />
Mol NaOH = M x V = 0,1 x 0,04 = 0,004 mol<br />
Massa NaOH = n x Mr = 0,004 x 40 = 0,16 gr<br />
<br />
Mol CuSO4 = M x V =0,1 x 0,02 = 0,002 mol<br />
Massa CuSO4 = n x Mr = 0,002 x 159,5 = 0,319 gr<br />
Karena koefisien Na2SO4 dan Cu(OH)2sama dengan koefisien CuSO4 maka untuk perbandingan nilai molnya pun sama:<br />
Massa Na2SO4= mol x Mr = 0,002 x 142 = 0,284 gr<br />
Massa Cu(OH)2= mol x Mr = 0,002 x 97,5 = 0,195 gr<br />
Massa pereaksi dengan massa hasil reaksi:<br />
Massa Pereaksi = Massa Hasil Reaksi<br />
Massa (NaOH + CuSO4) = Massa (Na2SO4 + Cu(OH)2)<br />
0,16 + 0,319 = 0,284 + 0,195<br />
0,479 gr = 0,479 gr<br />
Dari hasil perhitungan, terbukti bahwa pada massa pereaksi sama dengan massa hasil reaksi. Hal ini berkaitan erat hubungannya dengan hukum kekekalan massa yang merupakan dasar-dasar perhitungan dasar kimia pada ruang lingkup stiokiometri.<br />
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa titik maksimum terbentuk pada saat pencampuran NaOH sebanyak 40 ml, dan 30 ml sedangkan CuSO4 sebanyak 20ml dan 30 ml.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi variasi suhu. Namun, variasi suhu yang diperoleh ini, tidak dapat dinyatakan kebenarannya karena terjadi akibat kesalahan dalam perilaku termometer. Sehingga suhu yang diperoleh tidak mengalami perubahan yang signifikan, bahkan tetapi tidak terjadi perubahan.<br />
Percobaan kedua adalah stiokiometri sistem asam kuat – basa kuat (NaOH-HCl) dengan volume masing-masing 40 ml dan 20 ml dengan konsentrasi 1 M. Maka yang dilakukan sama dengan percobaan pertama yaitu menyamakan temperaturnya dengan mencelupkan gelas kimia yang berisi larutan ke dalam air bersama-sama dan diperoleh temperatur awal yaitu 30°C. Setelah dicampurkan kedua larutan menghashilkan temperatur 30°C. sehingga ΔT adalah 0°C.<br />
ΔT = Ta-Tm<br />
= 30°C – 30°C<br />
= 0°C<br />
Langkah selanjutnya yaitu melakukan perlakuan yang asma terhadap larutan NaOH dan HCl denga volume yang bervariasi, sehigga suhu yang diperoleh (ΔT) bervariasi pula.<br />
Perubahan ΔT dapat dilihat pada data pengamatan. Sehingga dapat dibuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap ΔT sebagai koordinat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dari grafik diatas terlihat bahwa terjadi variasi ΔT yang dikarenakan oleh perbedaan jumlah volume sehingga mol yang diperoleh juga berbeda-beda. Hal inilah yang berpengaruh terhadap perubahan temperatur.<br />
Dari hasil pengamatan dan percobaan diperoleh persamaan reaksi NaOH dan HCl yaitu sebagai berikut:<br />
NaOH + HCl →NaCl + H2O<br />
Perbandingan koefisien pada persamaan reaksi diatas adalah 1 : 1, berarti perbandingan molnya 1: 1. Hal ini berarti reaksi yang berada pada titik stiokiometri adalah larutan yang memiliki perbandingan mol 1 : 1, perbandingan mol dapat dilihat dari tabel di bawah.<br />
NaOH HCl Perbandingan<br />
40<br />
35<br />
30<br />
25<br />
20 20<br />
25<br />
30<br />
35<br />
40 2 : 1<br />
1,4 : 1<br />
1 : 1<br />
1 : 1,4<br />
1 : 2<br />
Dari tabel diatas terlihat bahwa yang memiliki volume 1 : 1 adalah larutan NaOH dan HCl pada saat volumenya 30 ml. Disinilah diperoleh titik stiokiometri yaitu pada titik maksimum dengan ΔT = 3 °C.<br />
Sedangkan massa yang diperoleh pada titik itu adalah sebagai berikut:<br />
Mol NaOH = M x V = 1 x 0,03 = 0,03 mol<br />
Massa NaOH = n x Mr = 0,03 x 40 = 1,2 gr<br />
Mol HCl = M x V = 1x 0,03 = 0,03 mol<br />
Massa HCl = n x Mr = 0,03 x 36,5 = 1,095 gr<br />
Karena semua koefisien sama maka pereaksi maupun hasil reaksi sama. Perbandingan molnya sama.<br />
Massa NaCL = n x Mr = 0,03 x 58,5 = 1,755<br />
Massa H2O = n x Mr = 0,03 x 18 = 0,54<br />
Massa Pereaksi = Massa Hasil Reaksi<br />
Massa (NaOH + HCl) = Massa (NaCl + H2O)<br />
1,2 + 1,095 = 1,755 + 0,54<br />
2,295 gr = 2,295 gr<br />
Dari hasil perhitungan terbukti bahwa titik stiokiometri massa pereaksi sama dengan massa reaksi. Hasil ini berkaitan dengan hukum kekekalan massa yang merupakan dasar-dasar perhitungan dalam reaksi kimia pada ruang lingkup stiokiometri larutan.<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
Membuktikan suatu rumus suatu zat yaitu dengan metode variasi kontinu dengan stiokiometri CuSO4-NaOH dan stiokiometri NaOH-HCl.<br />
Dalam metode variasi kontinu dilakukan sederetan pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama, tetapi masing-masing kuantitas molar pereaksinya berubah-ubah (bervariasi)<br />
Untuk melakukan sederetan reaksi, diperlukan volume larutan yang bervariasi jjumlahnya. Dalam percobaan ini pereaksinya adalah larutan CuSO4, NaOH dan HCl.<br />
Volume reaksi yang berbeda-beda, maka setiap perubahan nilai dipakai untuk meramalkan stiokiometri sistem.<br />
Untuk mendapatkan jumlah mol digunakan rumus mol = molaritas (mol/l) x volume (l).<br />
Massa pereaksi sama dengan massa hashil reaksi dan dari hasil pengamatan di lihat bahwa terjadi variasi suhu.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Ahmad, Hiska. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Prektikum Kimia. Bandung ITB<br />
Dosen-dosen Kimia di Perguruan Tinggi Indonesia Wilayah Barat. 1994. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung : ITB<br />
Tim Kimia Dasar. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I dan II. Banjarmasin : UNLAM<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
LAMPIRAN<br />
Gambar percobaan Variasi Kontinu<br />
<br />
<br />
Mengukur larutan dalam gelas ukur. Memasukkan larutan ke dalam gelas kimia.<br />
<br />
<br />
Menyamakan temperaturnya dengan mencampurkan kedua larutan.<br />
memasukkan ke dalam air.<br />
<br />
<br />
Larutan setelah dicampur. Mengukur suhu larutan setelah dicampur<br />
<br />
<br />
FLOW CHART<br />
PERCOBAAN IV<br />
VARIASI KONTINU<br />
Stiokiometri Sistem CuSO4-NaOH<br />
Gelas Kimia I Gelas Kimia II<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Catatan: <br />
Mengulangi prosedur A dengan perbandingan volume sesuai tabel pengamatan<br />
Mencabut temperatur yang didapat dari percobaan tersebut<br />
Membuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap ΔT<br />
Membuat kesimpulan mengenai prosedur A<br />
<br />
Stiokiometri sistem asam kuat-basa kuat (NaOH-HCl)<br />
Gelas Kimia I Gelas Kimia II<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Catatan :<br />
Mengulangi prosedur B dengan komposisi volume larutan seperti tabel pengamatan<br />
Membuat grafik yangmenghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap ΔT sebagai koordinat<br />
Memberikan kesimpulan mengenai prosedur B<br />
Mengganti sistem dengan NaOH dan H2SO4 dengan konsentran yang sama dan memprediksikan perbandingan volume kedua larutan yang menghasilkan titik stiokiometri.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PERCOBAAN V<br />
<br />
Judul Percobaan : Analisis Melalui pengendapan<br />
Tujuan Percobaan :1. Mengendapkan Barium klorida dan menentukan persentase hasil dan barium kromat.<br />
2. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia.<br />
Hari/tanggal : Sabtu/ 11 Desember 2010<br />
Tempat : laboratorium kimia FKIP Unlam Banjarmasin<br />
<br />
<br />
DASAR TEORI<br />
Kelarutan zat sangat beragam, ada zat yang mudah larut dan ada pula zat yang sukar larut. Pada umumnya kelarutan bertambah pada kenaikan suhu, dan juga suatu larutan itu dipengaruhi oleh ph larutan.<br />
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu/larutan pada suhu tertentu.<br />
Suatu zat akan mengendap jika hasil kali konsentrasi lebih besar dari KSP (Konstanta hasil kali kelarutan) dan dinyatakan dalam mol -1, jadi kelarutan sama dengan kemolaran dari kelarutan jenuhnya. Dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbangan antara zat padat tak larut dengan larutannya.<br />
Pada percobaan ini, larutan Barium Klorida diendapkan dengan kalium kromat,dengan reaksi :<br />
BaCl2 + K2CrO4 BaCrO4 + 2KCl<br />
Endapan Barium kromat disaring, hasil teoritis Barium kromat dihitung dari endapan yang terbentuk,semua Barium klorida dianggap berubah menjadi hasil – hasil teoritis ditentukan dan stoikiometri reaksi.<br />
Konsentrasi kesetimbangan antara BaCl2 dan K2CrO4 dalam larutan jenuhdapat dikaitkan dengan kelarutan BaCrO4, yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi (perbandingan koefisien reaksinya). Secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (ksp) untuk elektrolit dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur, umumnya harga ksp semakin besar dalam konsentrasi ion – ion. Untuk zat yang sukar larut maka kelarutannya kecil.<br />
Setiap elektrolit mempunyai suatu besaran yang disebut diawal yaitu ksp atau hasil kali kelarutan. Ksp juga dapat didefinisikan sebagai hasil kali konsentrasi ion – ion suatu elektrolit dalam larutan yang tepat jenuh. Nilai ksp untuk elektrolit sejenis, semakin besar menunjukkan semakin mudah larut. Kelarutan (s) merupakan konsentrasi maksimum zat pelarut.<br />
Harga ksp dapat digunakan untuk menentukan kelrutan suatu zat. Sebaliknya, kelarutan suatu zat dapat digunakan untuk memenuhi harga ksp kelarutan maupun hasil kali kelarutan dapat dihitung dan larutan jenuhnya.<br />
Adanya ion sejenis dalam larutan menyebkan konsentrasi salah satu ion menjadi besar., sehingga ion yang lain menjadi lebih kecil. Hal ini menyebabkan hasil kali kelarutan sama dengan harga kspnya. Adanya penambahan ion sejenis (senama) pada pelarut akan memperkecil kelarutan. Penambahan tersebut menggeser kesetimbangan. Jika keadaan larutan elektrolit yang sukar larut ditambahkan larutan yang mempunyai ion yang sama, maka kesetimbangan akan bergeser dan arahnya akan bertambah atau bergeser kea rah zat yang mengendap. Hal ini sesuia dengan prinsip Chatelier,di man system pada keadaan seimbang menanggapi peningkatan satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan kea rah dimana pereaksi tersebut diberi aksi.<br />
Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut dipengaruhi oleh suhu. Perbedaan kelarutan suatu zat terhadap suhu ini menjadi dasar metode pemisahan campuran yang disebut dengan kristalisasi fraksional. Dengan metode ini, produk yang tidak murni mula – mula dilarutkan dalam sedikit pelarut panas (biasanya adalah pelarut yang kurang melarutkan produk yang diinginkan, tetapi banyak melarutkan pengotor). Pada saat larutan panas menjadi dingin, produk murni memisah dari campuran dan emninggalkan pengotor. Akhirnya, Kristal produk disaring dari larutan dingin dan dikeringkan.<br />
Sesuai dengan azas Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion akan menggeser kesetimbangan. Akibat dari pergeseran itu, maka zat yang larut menjadi berkurang, dapat disimpulkan bahwa ion senama memperlecil kelarutan.<br />
Bila sejumlah garam dapur dilarutkan ke dalam air dan ada sebagian yang tidak larut maka larutan tersebut merupakan larutan jenuh. Bila ke dalam larutan jenuh NaCl ditambahkan lahi sedikit Nacl, maka NaCl yang ditambahkan tersebut tidaj bisa melarut namun tetap sebagi endpan Kristal NaCl. Konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuh sama dengan kelrutannya. Besar kelrutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :<br />
Jenis pelarut<br />
Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa polar. Sehingga mudah larut dalam senyawa air yang juga merupakan senyawa polar.<br />
Senyawa non polar akan mudah larut dalam senyawa non polar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa non polar umunya tidal larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.<br />
Suhu <br />
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhu dinaikkan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antara molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehinnga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul – molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang tersebut dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.<br />
<br />
Analisis melalui pengendapan adalah suatu cara untuk menghitung persentase dari suatu zat yang mengendap. Suatu zat akan mengendap apabila hasil kali kelarutan ion – ionnya lebih besar dari pada harga ksp (tetapan hasil kali kelrutan). Nilai ksp untuk elektrolit sejenis semakin besar menunjukkan semakin mudah larut. Kelarutan sama dengan kemolaran dari larutan jenuhnya.<br />
Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil ksp dinyatakan sebagai berikut :<br />
KSp = (n-1)n-1 Sn<br />
Dimana n adalah jumlah ion elektrolit. Jika diketahui konsentarsinya, maka :<br />
AxBy X Ay++ Y Bx-<br />
Ksp AxBy = [Ay+] [Bx-]y<br />
[Ay+] [Bx-]y = ksp AxBy<br />
Larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan)<br />
[Ay+] [Bx-]y < ksp AxBy
Larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
[Ay+] [Bx-]y > ksp AxBy<br />
Larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan<br />
<br />
Adanya penambahan ion senama (sejenis) pada pelarut akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Kelrutan suatu elektrolit juga dipengaruhi oleh ph larutan. Keberadaan ion H+ akan mengikat anion, dan menyebabkan lebih banyak garam yang larut.<br />
Jika suatu endapan mempunyai hasil kali kelarutan yang rendah dan endapan tersebut terbentuk dari larutan yang agak pekat, maka kelewat jenuh nisbinya akan tinggi. Sebaliknya, kelewat jenuhan nisbunya rendah, maka jumlah inti yang terbebtuk juga kan rendah.<br />
<br />
ALAT DAN BAHAN<br />
<br />
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan adalah :<br />
Gelas piala/gelas kimia 250 ml 2 buah<br />
Pipet tetes 3 buah<br />
Hot plate 1 buah<br />
Batang pengaduk 1 buah<br />
Kaca arloji 1 buah<br />
Corong 1 buah<br />
Neraca analitik 1 buah<br />
Gelas ukur 2 buah<br />
Spatula 1 buah<br />
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :<br />
Serbuk/butiran BaCl2<br />
Aquades<br />
Larutan K2CrO4 0,2 M<br />
Kertas saring<br />
<br />
PROSEDUR KERJA<br />
Menimbang kira – kira 1 gr (0,8 sampai 1,2) BaCl2 dan memasukkan ke dalam gelas piala 250 ml. kemudian menambahkan 25 ml air suling, mengaduk – aduk sampai larutan homogen, sesudah itu memasukkan lagi K2CrO4 0,2 M sebanyak 25 ml, mengaduk – aduk dan mengamati endapan yang terbentuk.<br />
Menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4, apakah larutan terbentuk (jika endapan dan BaCrO4 masih terbentuk,menambahkan terus K2CrO4 sampai BaCrO4 tidak terbentuk lagi)<br />
Memanaskan sampai mendidih, mengangkat dari api dan menyaring selagi masih panas dengan kertas saring yang telah ditimbang massanya.<br />
Mengambil kertas saring beserta endapannya, mengeringkan, menimbang dan mencatat bobotnya.<br />
Menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan menentukan juga persentase hasilnya dengan rumus :<br />
<br />
% hasil BaCrO4 = <br />
<br />
HASIL PENGAMATAN<br />
<br />
No. Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1. Menimbang Bacl2 1,1297 gr<br />
2. Memasukkan BaCl2 1,1297 gr + 25 ml aquades kedalam gelas kimia Larutan homogen berwarna bening<br />
3. Menambahkan larutan BaCl2 dengan K2CrO4 sebanyak 25 ml Warna larutan berubah perlahan – lahan dari warna bening menjadi kuning susu<br />
4. Mengaduk larutan BaCrO4 dan mengamati apa yang terjadi Terbentuk endapan dari larutan BaCrO4<br />
5. Menambahkan terus tetes demi tetes K2CrO4 sampai tidak terbentuk lagi endapan (20 tetes) Endapan tidak terbentuk lagi, warna larutan pada bagian atsnya berubah menjadi kuning muda<br />
6. Menimbang kertas saring 0,5413 gr<br />
7. Memanaskan larutan BaCrO4 sampai mendidh, kemudian mengangkat dari api dan menyaringnya selagi panas Menghasilkan larutan berwarna bening (filtratnya) dan endapan (residunya) di atas kertas saring yang berwarna kuning<br />
<br />
Berat BaCl2 = 1,1297 gr<br />
Berat kertas saring = 0,5413 gr<br />
Berat kertas saring + endapan = 0,6944 gr<br />
Berat endapan BaCrO4 (hasil nyata) = 0,1531 gr<br />
Berat endapan BaCrO4 (hasil teoritis) = 1,35759 gr<br />
Persentase hasil BaCrO4 = 11,12 %.<br />
ANALISIS DATA<br />
<br />
Pada percobaan ini, serbuk BaCl2 ditimbang dan didapat hasil penimbangan sebanyak ± 1,1 gr. Kemudian BaCl2 tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia, dan untuk melarutkannya ditambahkan aquades sebanyak 25 ml, kemudian diaduk – aduk untuk menjadikan larutannya homogen. Larutan homogen merupakan penggabungan antara2 zat atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata. Berdasrkan hasil dari pencampuran ini, diperoleh larutan yang berwarna bening.<br />
Senyawa- senyawa ion yang yang terlarut di dalam air atu aquades, akan terurau menjadi partikel dasr pembentuknya yang berupa ion positif dan ion negative. Bila ke dalam system tersebut ditambhakan air atau aqyades, mak serbuk BaCl2 akan segera terionisasi dan sebaliknya bila air dalam larutan tersebut diupkan maka ion – ion akan segera membentuk butiran. Hal inilah yang menyebabkan ketika larutan BaCl2 tersebut dipanaskan membentuk endapan pada bagian dasarnya. Dalam peristiwa ini terjadi system kesetimbangan antara zat padat dengan ion – ionnya dalam larutan.<br />
Setelah larutan tadi homogeny, kemudian ditambahkan dengan larutan K2CrO4. Reaksi yang terjadi menyebabkan warna larutan berubah menjadi kuning keruh dan terdapat endapan di dasarnya. Kemudian mengujinya dengan tetesan K2CrO4 sebanyak 20 tetes sampai endapan tidak terbentuk lagi dan larutan pada bagian atasnya berwarna kuning muda. Penambahan ion CrO42- akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan menyebabkan bertambahnya BaCrO4 yang mengendap. Oleh karena itu penambahan dihentikan jika endapan tidak terbentuk lagi dan laritan bagian atas bening. Persamaan reaksinya :<br />
<br />
BaCl2 . 2 H2O + K2CrO4 BaCrO4 + 2 KCl + 2 H2O<br />
<br />
Endapan terjadi karena hasil kali ion – ion BaCrO4 lebih besar daripada hasil kali kelarutan (ksp) BaCrO4, sehingga menyebabkan kelebihan ion pada Ba2+ dan CrO42- akan bergabung membentuk endapan BaCrO4. Maksudnya, ion ba2+ dari BaCl2 dan ion CrO42- dari KrCrO4 akan bergabung membentuk endapan BaCrO4 dan hasil kali konsentrasi ion – ionnya tersebut akan lebih besar jika dibandingkan dengan kspnya, hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya pengendapan.<br />
[Ba2+][CrO42-] > Ksp BaCrO4<br />
Langkah selanjutnya adalah memanaskan larutan besarta endapannya dengan menggunakan hotplate. Setelah mendidih, larutan diangkat dan langsung disaring ketika msih panas dengan menggunakan kertas saring. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memisahkan antara larutan (filtrat) dan endapan (residu). Sedangkan tujuan dari pemansan larutan adalah agar didapat partikel – parikel yang besar sehinnga memudahkan dalam penyaringan. Pembesarn partikel terjadi karena terjadinya penumpukkan ion – ion pada partikel besar di mana ion – ion tersebut membantu partikel – partikel besar untuk mencapai kesetimbangan.<br />
Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas dimaksudkan agar tidak ada endapan yang tertinggal, karena apabila penyaringan dilakukan pada saat sudah dingin, akan banyak endapan tertinggal digelas kimia. Proses penyaringan dilakukan beberapa kali sampai endapan terpisah dari larutan. Setelah disaring, didapatkan larutan yang berwarna bening. Hal ini disebabkan karena larutan dan endapan sudah terpisah dan penyaringan dilakukan secara sempurna. Larutan yang didapatkan adalah larutan KCl. Sedangkan endapan yang tersaring di atas kertas saring berwarna kuning.<br />
Selanjutnya, kertas saring diambil beserta endapannya untuk dikeringkan selama satu malam. Pengeringan dilakukan untuk memisahkan air, sehingga molekul – molekul air yang yang terikat pada endapan terlepas,selain itu endapannya juga menjadi lebih murni.<br />
Endapan yang telah dikeringkan tersebut kemudian ditimbang bersama kertas saring, hasil penimbangan didapatkan bahwa beratnya 0,6944 gr dan berat nyata endapan BaCrO4adalah 1,375 gr dan presentase hasil yang didapatkan adalah 11,12 %. Presentase hasil yang didapatkan sangat jauh dari 100 %. Kemungkinan disebabkan adanya kesalahan pada saat penyaringan, di mana ada endapan atau sisanya yang masih tertinggal pada gelas kimia, sehingga menyebabkan hasil (berta nyata) yang didpatkan kurang dari berat nyata yang seharusnya. <br />
<br />
KESIMPULAN<br />
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah :<br />
Pengendapan Barium klorida didapat dari reaksi pengendapan Barium klorida dengan Kalium kromat dan menghasilkan endapan Barium kromat dan larutan Kalium klorida<br />
Pengendapan terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion – ion senyawanya lebih besar dari pada hasil kali kelarutannya.<br />
Penambahan ion CrO42- dan K2CrO4 akan menggeser kesetimbangan ke arah kiri dan menyebabkan endapan BaCrO4 terus terbentuk.<br />
Untuk memperoleh endapan murni BaCrO4, dilakukan penyaringan ketika larutan masih panas agar sisa – sisa endapan tidak tertinggal di dalam gelas kimia.<br />
Hasil teoritis Barium kromat dapat dihitung berdasarkan perbandingan mol dan koefiseian pada persamaan reaksi.<br />
Presentase hasil Barium kromat dapat dihitung menggunakan rumus berikut :<br />
<br />
% hasil baCrO4 = berat nyata x 100 %<br />
berat teorits<br />
Hasil presentase yang didapat jauh dari 100 % yaitu 11,12 %, disebabkan adanya kesalahan praktikan pada waktu percobaan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Achmad, Hiskia.1993.Penuntun Dasar – Dasar Praktikum Kimia.Jakarta :Depdikbud.<br />
<br />
Achmad, Hiskia. 1991.Stoikiometri Energetika Kimia.Bandung:PT. Citra Aditya Bakti.<br />
<br />
Respati.1986.Dasar – Dasar Ilmu Kimia.Yogyakarta:UGM.<br />
<br />
Rival, harizzul.1995.Asas Pemeriksaan Kimia.jakarta:UI.Press.<br />
<br />
Sudarmo, unggul.2007.Kimia Untuk SMA Kelas XI.Surakarta:Phibetta.<br />
<br />
Syukri,S.1999.Kimia Dasar I.bandung:ITB.<br />
<br />
Syahmani.2010.Panduan Praktikum Kimia Dasar.Banjarmasin:FKIP Unlam.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
LAMPIRAN<br />
<br />
-Berat nyata BACrO4<br />
Diketahui : berat kertas saring = 0,5413 gr<br />
Berat kertas saring + endapan = o,6944 gr<br />
Jadi, berat nyata endapan BaCrO4 adalah<br />
= (berat kertas saring + endapan) – berat kertas saring<br />
= 0,6944 – 0,5413<br />
=0,1531 gr<br />
-Berat teoritis endapan BaCrO4<br />
Diketahui : berat BaCl2 = 1,1297 gr<br />
Mr BaCl2 =208,24<br />
Mr BaCrO4 =253,34<br />
Persamaan reaksi :<br />
BaCl2 + K2CrO4 BaCrO4 + 2 KCl<br />
-Mol BaCl2 = massa BaCl2 <br />
Mr BaCl2<br />
= 1,1297<br />
208,24<br />
= 0,0054 mol<br />
Mol BaCrO4 = koefisien BaCrO4 X mol BaCl2<br />
koefisien BaCl2<br />
=1/1 x 0,0054 mol<br />
=0,0054 mol<br />
Berat teoritis BaCrO4 = mol BACrO4 X Mr BaCrO4<br />
= 0’0054 X 253,34<br />
= 1,357 gr<br />
-Persentase hasil BaCrO4<br />
Diketahui : berat nyata = 0,1531 gr<br />
berat teoritis = 1,375 gr<br />
persentase hasil BaCrO4 = berat nyata X 100%<br />
berat teoritis<br />
= 0,1531 X 100 %<br />
1,375<br />
= 11,12 %<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
* Pertanyaan<br />
Mengapa pada percobaan filtrate hasil penyaringan ada yang berwarna putih (bening) dan ada yang berwarna kekuningan ?<br />
Jawab :<br />
Karena kemungkinan ada kesalahn pada saat penyaringan, dan juga pada saat pemanasan. Sudah diangkat dari api sebelum mendidih sehingga partikel – partikelnya masih kecil ( belum menjadi besar ) dan bisa lolos melewati kertas saring. kemungkinan juga pada saat penambahan atau penetesan K2CrO4 endapan masih terbentuk (reaksi belum mencapai kesetimbangan) sehingga masih ada ion – ion kromat yang melarut, seharusnya K2CrO4 terus diteteskan sampai endapan tidak terbentuk lagi (sudah mencapai kesetimbangan). <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar – Gambar Percobaan Analisis Melalui Pengendapan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
FLOW CHART<br />
PERCOBAAN V<br />
ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN<br />
<br />
<br />
Menimbang <br />
Memasukkan ke dalam gelas piala 250 ml<br />
<br />
Menambahkan<br />
Mengaduk – aduk sampai larutan homogen<br />
<br />
<br />
<br />
Mencampurkan <br />
Mengaduk – aduk<br />
mengamati<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
menguji larutan hingga larutan dari BaCrO4 tidak terbentuk lagi<br />
<br />
<br />
- memanaskan sampai mendidih<br />
- mengangkat dari api<br />
<br />
menyaring dengan kertas saring yang telah ditimbang massanya<br />
<br />
<br />
- mengambil kertas saring dan endapan<br />
- mengeringkan<br />
<br />
- menimbang<br />
-mencatat bobotnya<br />
* menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan menentukan presentase hasilnya dengan rumus : % hasil BaCrO4 = berat nyata X 100 %<br />
berat teoritis<br />
<br />
PERCOBAAN VI<br />
<br />
Judul : Titrasi Asam Basa<br />
Tujuan : Menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa dengan menggunakan titrast asam basa dengan indicator dan pH meter<br />
Hari / Tanggal : sabtu / 11 desember 2010<br />
Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP unlam Banjarmasin<br />
<br />
<br />
I. DASAR TEORI<br />
Teori Asam Basa Menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan Lewis<br />
Teori Asam-Basa Arrhenius<br />
Dalam tahun 1887 Svante Arrhenius mempostulatkan bahwa bila molekul elektrolit dilarutkan dalam air, akan terbentuk ion-ion negative dan positif. Menjelang akhir abad ke-19 definisi asam dan basa dinyatakan dalam teori pengionan Arrhenius. Asam Arrhenius ialah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa Arrhenius ialah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion OH-. ( Keenan, 1984: 408)<br />
Asam<br />
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.<br />
HxZ xH+ (aq) + Zx- (aq)<br />
Contoh :<br />
Asam cuka (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) di dalam air mengion sebagai berikut.<br />
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H+ (aq)<br />
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)<br />
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata asam.<br />
<br />
Basa<br />
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa sifat, basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut.<br />
M(OH)x (aq) Mx+ (aq) + xOH- (aq)<br />
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.( Michael Purba, 2007: 172)<br />
Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry<br />
Pada tahun 1923, Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dalam waktu yang bersamaan, walaupun bekerja sendiri-sendiri, mengajukan konsep asam-basa berdasarkan pemindahan proton (H+). Menurut bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton, sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton. <br />
Asam Bronsted-Lowry = donor proton<br />
Basa Bronsted-Lowry = akseptor proton<br />
Perhatikan beberapa contoh berikut.<br />
HCl (benzene) + NH3 (benzene) NH4Cl (s)<br />
Asam Basa<br />
NH4+ (aq) + H2O (l) NH3 (aq) + H3O+ (aq)<br />
Asam Basa<br />
HSO4- (aq) + CO32- (aq) SO42- (aq) + HCO3- (aq)<br />
Asam Basa<br />
H2O (l) + NH3 (aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)<br />
Asam Basa <br />
Pada contoh-contoh di atas, terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton). Zat atau spesi seperti itu bersifat amfiprotik. <br />
Sifat amfiprotik dari air dapat menjelaskan sifat asam-basa suatu zat dalam air. Zat yang bersifat asam memberi proton kepada molekul air, sedangkan zat yang bersifat basa menarik proton dari molekul air.<br />
Konsep asam-basa dari Bronsted dan Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arrhenius karena:<br />
Konsep asam-basa daari Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.<br />
Asam dan basa dari Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul tetapi dapat juga berupa kation atau anion. Konsep asam-basa dari Bronsted dan Lowry dapat menjelaskan, misalnya, sifat asam dari NH4Cl. Dalam hal NH4Cl, yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.( Michael Purba, 2007: 195)<br />
<br />
Teori Asam-Basa Lewis<br />
Gilbert N. Lewis memberikan pengertian asam dan basa berdasarkan serah terima pasangan elektron sebagai berikut.<br />
Asam : Akseptor pasangan elektron<br />
Basa : Donor pasangan elektron<br />
NH3 + H+ NH4+<br />
Jadi, pada persamaan di atas, NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan elektron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan elektron. Semua asam - basa Arrhenius maupun asam-basa Bronsted-Lowry memenuhi pengertian asam basa Lewis.<br />
Konsep asam-basa Lewis dapat menjelaskan reaksi-reaksi yang bernuansa asam-basa meskipun tidak melibatkan proton (ion H+), misalnya reaksi antara oksida basa dengan oksida asam.<br />
Contoh :<br />
CaO + CO2 CaCO3 ( Michael Purba, 2007: 199)<br />
<br />
Titrasi Asam dan Basa<br />
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. ( Keenan, 1984: 422)<br />
Prinsip Titrasi Asam basa<br />
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.<br />
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.<br />
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.<br />
Titrasi Asam Basa Menggunakan Indikator<br />
Titrasi ini berdasarkan reaksi netralisasi asam dengan basa, pada titik ekivalen (sama tepat atau sesuai) dengan jumlah basa yang dipakai, untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indkator asam basa, yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung pada pH larutan. Macam indikator yang kita pilih harus sedemikian sehingga pH pada titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indikator, jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu terjadi perubahan warna maka titik akhir telah tercapai. Jadi, titik akhir titrasi adalah saat timbulnya perubahan warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi.<br />
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu larutan baku yaitu suatu larutan yang diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam basa yang mantap (konsentrasinya tidak berubah). Sebagai larutan baku primer dapat dipakai larutan asam oksalat. (Tim Kimia Dasar, 26: 2010)<br />
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein. Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.<br />
pH < 0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0<br />
Kondisi Sangat asam Asam atau mendekati netral Basa Sangat basa<br />
Warna Jingga Tidak berwarna pink keunguan Tidak berwarna<br />
Gambar <br />
<br />
Titrasi Asam Basa Menggunakan pH Meter<br />
pH meter adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan pH larutan sevara mudah, sederhana dan cepat pH meter juga dapat digunakan untuk mengikuti titrasi asam basa, dalam hal ini dapat dianggap suatu indikator tertentu. Pada dasarnya pH meter terdiri atas dua elektroda dan satu voltmeter untuk mengukur beda potensial (antara potensial dalam elektroda pertama dan potensial elektroda yang lain), salah satu elektroda disebut elektroda indikator yang peka terhadap keasaman disebut elektroda referensi. Respon pada elektroda indikator menyebabkan pergeseran pada voltmeter yang tertera terhadap skala pH. (Tim Kimia Dasar, 26: 2010)<br />
<br />
2.3 Perubahan pH pada Titrasi Asam-Basa (Kurva Titrasi)<br />
pH akan naik ketika suatu larutan asam ditetesi dengan larutan basa. Sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada titrasi asam dengan basa (atau sebaliknya) disebut kurva titrasi. Bentuk kurva titrasi bergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan. Ada tiga jenis titrasi, yaitu :<br />
Titrasi asam kuat dengan basa kuat,<br />
Titrasi asam lemah dengan basa kuat, dan<br />
Titrasi basa lemah dengan asam kuat.<br />
Titrasi asam lemah dengan basa lemah atau sebaliknya, tidak dianjurkan karena reaksinya berlangsung lambat dan tidak tuntas.<br />
Titrasi asam kuat dengan basa kuat<br />
Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat diberikan pada gambar di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan perubahan pH ketika larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M.<br />
<br />
<br />
Mengalirkan basa pada asam<br />
<br />
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kurva di atas adalah :<br />
Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, tetapi perubahan yang cukup drastis terjadi sekitar titik ekivalen. Kurva memperlihatkan bahwa sedikit sebelum dan sedikit sesudah titik ekivalen, terjadi perubahan pH dari sekitar 3 menjadi 12.<br />
pH naik seiring dengan penambahan NaOH tetes demi tetes.<br />
Titik ekivalen, pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi, adalah 7 (netral).<br />
Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan indikator metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein. Indikator-indikator itu mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Oleh karena perubahan warna indikator fenolftalein lebih tajam (lebih mudah diamati), maka indikator fenolftalein lebih sering digunakan.<br />
Titrasi asam lemah dengan basa kuat<br />
Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat, dalam hal ini larutan CH3COOH 0,1 M dengan larutan NaOH 0,1 M, ditunjukkan pada gambar di bawah ini.<br />
<br />
Mengalirkan alkali pada asam<br />
<br />
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.<br />
Permulaan kurva menunjukkan kenaikan pH yang relatif cepat tetapi mereda seiring dengan pembentukan larutan penyangga yang mengandung asam etanoat dan natrium etanoat.<br />
Titik ekivalen berada di atas 7, yaitu antara 8 – 10.<br />
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 4 satuan, yaitu dari pH ± 7 hingga pH ± 11.<br />
Titrasi basa lemah dengan asam kuat<br />
Perubahan pH pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, misalnya larutan NH3 0,1 M yang ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, ditunjukkan pada gambar di bawah ini.<br />
<br />
<br />
Mengalirkan asam pada basa<br />
<br />
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.<br />
Pada bagian permulaan kurva, pH menurun dengan cepat seiring dengan penambahan asam, tetapi kemudian kurva segera berubah dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini karena terbentuk larutan penyangga – sebagai akibat dari kelebihan amonia dan pembentukan amonium klorida.<br />
Titik ekivalen, pH larutan pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, berada di bawah 7.<br />
Lonjakan pH disekitar titik ekivalen juga lebih sempit, hanya sekitar 4 satuan, yaitu dari pH ± 7 hingga pH ± 3.<br />
Harus diperhatikan bahwa titik ekivalen sekarang sedikit bersifat asam (sedikit lebih kecil daripada pH 5), karena amonium klorida murni tidak netral. Karena itu, titik ekivalen tetap turun sedikit curam pada kurva. Hal itu akan menjadi sangat penting dalam pemilihan indikator yang tepat.<br />
<br />
II. ALAT DAN BAHAN<br />
Alat-alat yang digunakan :<br />
Buret 50 ml 1 buah<br />
Pipet tetes 4 buah<br />
Gelas kimia 2 buah<br />
Statif dan klem 1 buah<br />
Erlenmeyer 100 ml 2 buah<br />
Gelas ukur 4 buah<br />
pH meter tangan 1 buah<br />
Botol semprot 1 buah<br />
<br />
Bahan – bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah :<br />
<br />
Larutan NaOH 0,1 N<br />
Larutan CH3COOH 0,1 N<br />
Larutan HCl 0,1 N<br />
Larutan Asam Oksalat 0,1 N<br />
Indikator pp (fenolftalein)<br />
Larutan buffer pH 4 dan 7<br />
<br />
<br />
<br />
III. PROSEDUR KERJA<br />
<br />
Titrasi asam basa dengan menggunakan indicator<br />
<br />
Pembuatan larutan<br />
Membuat larutan baku primer asam oksalat ( H2C2O4. 2H2O ) 0,1 N ( Mr = 126,07 ) dan massa ekivalen = Mr/2 = 63,035 gr dengan menimbang 6,3035 gr dan melarutkan ke dalam aquadest pada labu ukur 1000 ml.<br />
Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 100 ml.<br />
Standarisasi larutan NaOH<br />
Standarisasi larutan NaOH yaitu menentukan konsentrasi NaOH yang dibuat, sesuai dengan hasil titrasi dengan larutan baku asam oksalat.<br />
Buret yang bersih dibilas dengan larutan NaOH yang dipakai sebanyak 3 kali, kemudian diisi dengan NaOH sampai batas.<br />
Memasukkan masing-masing 10 ml asam oksalat 0,1 M yang telah ditetesi 4 tetes indikator phenoftalein (pp) kedalam 2 labu titrasi (erlenmeyer 100 ml).<br />
Mencatat keadaan kolom buret yang berisi NaOH sebagai volume awal NaOH. Meneteskan NaOH ke dalam larutan asam oksalat dengan hati-hati setets demi setetes sambil menggoyang-goyangkan labu erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna yang paling awal (warna merah sangat muda). Mencatat volume akhir NaOH.<br />
Mencatat jumlah NaOH yang digunakan yaitu selisih antara keadaan akhir dan keadaan awal volume NaOH.<br />
Melakukan kegiatan di atas sebanyak dua kali dan mengambil rata-rata jumlah NaOH yang terpakai, kemudian menghitung konsentrasi larutan NaOH yang sebenarnya dengan rumus :<br />
<br />
keterangan :<br />
V = Volume<br />
N = Normalitas<br />
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)<br />
<br />
Menentukan konsentrasi asam dengan menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi<br />
Mengambil 10 ml asam lemah CH3COOH 0,1 N ke dalam labu erlenmeyer 100 ml dan menambah 4 tetes indikator pp.<br />
Mencatat volume awal NaOH pada buret yang merupakan sisa kegiatan 2 (dua).<br />
Meneteskan NaOH dari buret ke dalam labu erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna paling awal. Ketika meneteskan NaOH ke dalam labu, maka kita harus menggoyang-goyangkan labu tersebut. Mencatat volume akhir NaOH dan menghitung volume NaOH yang terpakai.<br />
Menghitung konsentrasi asam dan membuat kurva titrasi hubungan antara volume NaOH (absis) versus pH larutan (ordinat).<br />
Mengulangi kegiatan 1-3 untuk asam kuat HCl 0,1 M.<br />
<br />
Titrasi Asam Basa Dengan Menggunakan pH Meter.<br />
Memasukkan 20 ml HCl kedalam gelas kimia 200 ml.<br />
Mengukur pH dengan pH meter kemudian memasukkan 2 ml NaOH dengan buret.<br />
Mengaduk larutan kemudian mengukur pHnya, menjelang titik ekivalen basa yang ditambahkan hanya beberapa tetes, asisiten akan menjelaskan pengerjaan yang tepat. <br />
Mengulang kegiatan diatas untuk asam lemah CH3COOH 0,1 N.<br />
Membuat kurva titrasi dengan mengalurkan pH terhadap volume NaOH yang ditambahkan.<br />
<br />
Volume Penetrasi pH<br />
…<br />
…<br />
…<br />
…<br />
…<br />
…<br />
<br />
Cara penulisan volume penitrasi<br />
Skala akhir = a ml<br />
Skala mula-mula = b ml<br />
Volume Penetrasi = (a-b) ml<br />
Membuat kurva titrasi pada kertas grafik dengan mengalurkan pH terhadap volum NaOH yang ditambahkan. ( volume NaOH sebagai absis dan pH sebagai ordinat)<br />
<br />
IV. HASIL PENGAMATAN<br />
Titrasi asam basa dengan menggunakan indikator<br />
Standarisasi larutan NaOH<br />
No Perlakuan Hasil pengamatan<br />
1 -Membilas buret dengan NaOH sebanyak 3 kali.<br />
-Mengisi dengan NaOH sebanyak 25 ml <br />
-Warna larutan bening<br />
2 Memasukkan 10 ml H2C2O4. 2H2O kedalam 2 erlenmeyer ditambah dengan 2 tetes indikator pp -Warna larutan bening<br />
3 Meneteskan NaOH dari buret kedalam larutan asam oksalat dan menggoyang perlahan (larutan H2C2O4. 2H2O + 2 tetes indikator pp + tetesan NaOH) -Warna larutan berubah menjadi merah muda<br />
4 Mencatat jumlah NaOH yang digunakan -Erlenmeyer 1 = 8 ml<br />
-Erlenmeyer 2 = 6 ml<br />
Rata-rata volume NaOH yang digunakan 7 ml<br />
<br />
Menentukan konsentrasi asam dengan menggunakan larutan NaOH yang telah di standarisasi.<br />
CH3COOH<br />
No Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1 Mengambil 10 ml asam lemah CH3COOH 0,1 N kedalam erlenmeyer 100 ml dan menambahkan 2 tetes indikator pp -Warna larutan bening<br />
2 Mengisi NaOH kedalam buret -Warna larutan bening<br />
3 Larutan CH3COOH + 2 tetes indikator pp + tetesan larutan NaOH -Warna larutan berubah menjadi merah muda<br />
<br />
HCl<br />
No Perlakuan Hasil Pengamatan<br />
1 Mengambil 10 ml asam lemah HCl 0,1 N kedalam erlenmeyer 100 ml dan menambahkan 2 tetes indikator pp -Warna larutan bening<br />
2 Mengisi NaOH kedalam buret -Warna larutan bening<br />
3 Larutan HCl + 2 tetes indikator pp + tetesan larutan NaOH -Warna larutan berubah menjadi merah muda<br />
<br />
Asam Konsentrasi asam NaOH yang dipakai<br />
CH3COOH 1,34.10-3 N 4 ml<br />
HCl 0,07 N 7ml<br />
<br />
Titrasi asam basa dengan menggunakan pH-meter<br />
HCl<br />
Volume HCl 20 ml pH HCl 1.8<br />
Volume NaOH yang ditambah pH percobaan<br />
2 ml 1,9<br />
2,5 ml 1,9<br />
3 ml 2,0<br />
3,5 ml 2,0<br />
4,5 ml 2,1<br />
5,5 ml 2,2<br />
6,5 ml 2,1<br />
7,5 ml 2,1<br />
8,5 ml 2,2<br />
9,5 ml 2,3<br />
10,5 ml 2,4<br />
11,5 ml 2,6<br />
12,5 ml 3<br />
13,5 ml 11,2<br />
14,5 ml 11,9<br />
<br />
<br />
<br />
CH3COOH<br />
Volume CH3COOH 20 ml pH CH3COOH 3,6<br />
Volume NaOH yang ditambah pH percobaan<br />
1ml 4,4<br />
2 ml 4,8<br />
2,5 ml 4,9<br />
3 ml 5,1<br />
3,5 ml 5,2<br />
4 ml 5,4<br />
4,5 ml 5,5<br />
5 ml 5,9<br />
5,25 ml 6,3<br />
5,5 ml 7<br />
5,75 ml 11,1<br />
<br />
<br />
<br />
V. ANALISIS DATA<br />
Titrasi Asam Basa dengan menggunakan Indikator<br />
Standarisasi larutan NaOH<br />
Dalam praktikum laboratorium sering dilakukan standarisasi suatu larutan dari asam dan suatu larutan dari basa yang selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis sampel-sampel asam dan basa yang tidak diketahui. Tujuan dari standarisasi larutan adalah untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.<br />
Pada percobaan ini, larutan asam oksalat dicampur dengan larutan NaOH serta indikator PP. Untuk menambahkan larutan NaOH kedalam larutan asam oksalat harus dilakukan setetes demi setetes agar saat tercapainya titik akhir reaksi titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan yaitu warna larutan menjadi merah muda disebabkan oleh indikator PP (phenolftalein) yang diteteskan sebelum reaksi.<br />
Larutan NaOH dan asam oksalat pada saat titrasi berlangsung, titik ekivalennya tercapai tidak pada titik akhir reaksi karena terjadinya reaksi antara asam dan basa yang terhidrolisis sebagian akibat terjadi reaksi antara asam lemah dan basa kuat.<br />
Perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir titrasi adalah titik ekivalen yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa, sedangkan titik akhir titrasi yaitu titik dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator. <br />
Setelah melakukan standarisasi larutan NaOH, maka dengan menggunakan rumus berikut:<br />
V1.N1 = V2.N2<br />
Didapat konsentrasi NaOH sesuai hasil filtrasi dengn larutan baku asam oksalat yaitu 0,143 N.<br />
Menentukan konsentrasi asam dengan menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi.<br />
Titrasi NaOH terhadap CH3COOH<br />
Pada reaksi ini, terjadi reaksi antara basa kuat (NaOH) dengan asam lemah (CH3COOH) . Persamaan reaksi antara asam lemah dengan basa kuat sebagai berikut.<br />
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O<br />
Garam yang tersusun pada larutan ini akan terhidrolisis sebagian (hanya anion yang terhidrolisasi). Pada titrasi asam asetat dengan NaOH titik ekivalen tidaklah tepat pada titik akhir titrasi karena terjadi antara asam lemah dengan basa kuat, titik akhir titrasi tercapai ketika pH di atas 7 atau daerah basa.<br />
Hal ini terjadi karena konsentrasi OH- lebih banyak dibandingkan H+ yang dihasilkan oleh asam asetat jumlahnya sedikit karena tergolong asam yang sukar melepaskan ion H+ sedangkan NaOH termasuk basa kuat yang mudah melepaskan ion OH-.<br />
[H+] = Ka. Asam<br />
Basa<br />
Pada percobaan ini termasuk alkalimeter karena basa kuat menitrasi asam lemah. Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan adalah sebagai berikut.<br />
CH3COOH CH3COO- + H+<br />
CH3COONa Na+ + CH3COO-<br />
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O<br />
Pada reaksi pertama hampir semua asam asetat tidak terionisasi karena adanya pengaruh asetat yang beras dari ion natrium asetat. Pada reaksi kedua, natrium asetat tersebut mendesak ion asetat yang terjadi dalam reaksi pertama. Akibatnya reaksi pertama di atas bergeser kekiri sehingga harga pH bergantung pada asam dan garamnya. Basa NaOH dalam larutannya akan terionisasi menghasilkan OH- menurut reaksi:<br />
NaOH Na+ + OH-<br />
Dengan menambahkan indikator PP ke dalam larutan CH3COOH dan menambahkan larutan NaOH, maka larutan berubah menjadi warna pink. Hal ini terjadi karena PP secara khusus menentukan keberadaan basa, sehingga saat dicampur dengan ion OH-, struktur kimianya berubah, dan menentukan warna merah muda. Indikator PP dalam sistem hanya sedikit berpengaruh pada volume kesetaraan reaksi.<br />
Penambahan NaOH kedalam larutan CH3COOH menyebabkan bertambahnya NaOH kedalam larutan CH3COOH menyebabkan bertambahnya ion H+ maka asam asetat akan mengion lebih banyak sehingga perubahan pH sangat kecil tetapi setelah ekivalen, perubahan pH mendadak naik tajam, hal ini dikarenakan oleh pH larutan yang ditentukan oleh kelebihan ion OH-.<br />
Jadi reaksi antara CH3COOH dengan NaOH terjadi bukan hidrolisis sempurna, melainkan hidrolisis sebagian yaitu terjadi antara asam lemah dan basa kuat.<br />
Berdasarkan hasil pengamatan, didapat bahwa jumlah rata-rata NaOH yang terpakai adalah 7 ml. Dengan didapatnya volume rata-rata ini, maka kita dapat menghitung konsentrasi asamnya dengan menggunakan rumus :<br />
V1.N1 = V2.N2<br />
Jadi konsentrasi CH3COOH adalah 1,34.10-3 N.<br />
Titrasi NaOH dengan HCl<br />
Pada reaksi ini terjadi terjadi reaksi asam kuat dan basa kuat :<br />
HCl + NaOH NaCl + H2O<br />
Ketika larutan HCl ditambahkan indikator PP dan beberapa ml NaOH, maka terjadi perubahan warna pada larutan yaitu warnanya berubah menjadi merah muda dan tercapai titik ekivalen karena pada penambahan NaOH ini, HCl dan NaOH habis bereaksi dan pH larutan menjadi 7, dan ini sesuai dengan teori bahwa pereaksian larutan asam kuat dengan basa kuat menghasilkan garam yang bersifat netral dan pH-nya 7.<br />
Harga pH bergantung pada asam atau basa yang berlebih jumlahnya. Bila asam yang berlebih maka pH larutan menjadi rendah, sedangkan bila basa yang berlebih pH larutan menjadi tinggi. <br />
Titrasi antara HCl dengan NaOH tidak mengalami hidrolisis karena reaksi yang terjadi adalah antara asam kuat dan basa kuat. Asam kuat dengan basa kuat terurai sempurna dalam larutan berair. Oleh karena itu, pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari jumlah asam atau basa yang bereaksi. Hal ini menyebabkan titik akhir titrasi akan hampir berimpit dengan titik ekivalen.<br />
Berdasarkan hasil pengamatan, didapat bahwa jumlah NaOH yang terpakai untuk HCl adalah 4 ml. Dengan adanya volume ini, maka kita dapat mengetahui konsentrasi asam dengan rumus berikut.<br />
V1.N1 = V2.N2<br />
Jadi konsentrasi HCl yang didapat adalah 0,07 N.<br />
<br />
Titrasi Asam Basa dengan menggunakan PH meter<br />
Pada percobaan ini menggunakan pH meter untuk menentukan pH larutan, pada umumnya menggunakan pH meter lebih sulit dibandingkan titrasi dengan memakai indikator asam basa disebabkan memudahkan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan dan sangat praktis. Tetapi dengan menggunakan pH meter didapatkan nilai pH dengan ketelitian tinggi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan dengan menggunakan pH meter mungkin disebabkan karena pengukuran pH meter yang tidak tepat atau pengaruh penambahan ion H atau OH- pada saat penetralan sebelum pH meter ini digunakan.<br />
Untuk titrasi asam kuat HCl, rentang pH yang diperoleh apabila diteteskan sekitar 20 tetes adalah naik 0,1. Namun setelah titik ekivalen ketika penambahan NaOH sudah mencapai 14,5 L, rentang pH nya mencapai + 11, saat inilah titrasi dihentikan. Pada titik ekivalen, pH larutan mendekati normal, yaitu 7. Jadi titik ekivalen terjadi pada saat asam kuat dan basa kuat tepat habis bereaksi (tercapai kesetimbangan). Reaksinya tidak mengalami hidrolisis, karena asam kuat dan basa kuat terurai sempurna di dalam air.<br />
Untuk titrasi CH3COOH dan NaOH, rentang pH yang diperoleh setiap penambahan 5 tetes NaOH adalah naik 0,1. Namun pada saat menjelang titik ekivalen, rentang pHnya naik lumayan besar. Titik ekivalen diperoleh pada pH > 7, karena merupakan reaksi antara asam lemah dan basa kuat. Reaksi antara CH3COOH dan NaOH ini merupakan reaksi hidrolisis sebagian. Rentang pH pada titik ekivalen adalah 7 < pH < 10,5.
VI. KESIMPULAN
Sifat asam atau basa bisa ditunjukkan dengan angka yang dikenal sebagai pH atau pOH.
Tercapainya titik titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan, perubahan warna tersebut disebabkan oleh indicator metal merah, bromtimol biru, atau phenolftalien (pp). akan tetapi phenolftalien lebih sering di gunakan karena perubahan warna phenolftalien lebih muda diamati.
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan naik. Sebaliknya, jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam, maka pH larutan akan turun.
Semakin besar volume larutan, maka semakin besar pula pH dari larutan tersebut.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2003. Penuntun Dasar – Dasar Praktikum Kimia. Jakarta: Depdikbud.
Ahmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Jakarta: Depdikbud.
Anonim. 2008. Indikator Asam Basa (online). http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/SRIYANI(050679)/materi_5.html. Diakses tanggal 29 Desember 2010.
Clark, Jim. 2007. Kurva pH titrasi (online). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/kurva_ph_titrasi/. Diakses tanggal 29 Desember 2010.
Dosen-dosen kimia perguruan tinggi. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jakarta: HEDS.
Oxtoby, David W. 1999. Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
R.A. Day, Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Syahmani. 2010. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Banjarmasin: FKIP Unlam.
Syukri, S. 1994. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
LAMPIRAN
Perbandingan pH hasil percobaan dan pH hasil perhitungan
Volume HCl Ph
20 ml 1,8
Volume NaOH yang ditambah pH percobaan pH perhitungan
2 ml 1,9 1,1
2,5 ml 1,9 1,11
3 ml 2,0 1,13
3,5 ml 2,0 1,15
4,5 ml 2,1 1,21
5,5 ml 2,2 1,25
6,5 ml 2,1 1,31
7,5 ml 2,1 1,35
8,5 ml 2,2 1,4
9,5 ml 2,3 1,46
10,5 ml 2,4 1,50
11,5 ml 2,6 1,58
12,5 ml 3 1,63
13,5 ml 11,2 1,72
14,5 ml 11,9 1,85
Volume CH3COOH pH
20 ml 3,6
Volume NaOH yang ditambah pH percobaan pH perhitungan
1ml 4,4 3,72
2 ml 4,8 4,05
2,5 ml 4,9 4,16
3 ml 5,1 4,25
3,5 ml 5,2 4,33
4 ml 5,4 4,4
4,5 ml 5,5 4,47
5 ml 5,9 4,53
5,25 ml 6,3 4,55
5,5 ml 7 4,59
5,75 ml 11,1 4,61
PERHITUNGAN
Titrasi HCl oleh NaOH
Reaksi : HCl + NaOH → NaCl + H2O
Diketahui : V HCl = 20 mL
[HCl] = 0,1 M
[NaOH] = 0,1 M
Ditanya : a. pH mula-mula?
b. pH setelah penambahan?
Penyelesaian :
[H+] = M . α = 0,1 . 1 = 0,1 M
pH = - log [H+] = - log 0,1 = 1
1. Penambahan 2 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 2 mL = 0,2 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,2 mmol
Reaksi : 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
Sisa : 1,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
Volume Total = 20 + 2 = 22 mL
[H^+ ]= n/V= (1,8 mmol)/(22 mL)=0,08 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,08=1,1〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 2 mL NaOH adalah 1,1
Penambahan 2,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 2,5 mL = 0,25 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,25 mmol
Reaksi : 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol
Sisa : 1,75 mmol - 0,25 mmol 0,25 mmol
Volume Total = 20 + 2,5 = 22,5 mL
[H^+ ]= n/V= (1,72 mmol)/(22,5 mL)=0,077 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,077=1,11〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 2,5 mL NaOH adalah 1,11
Penambahan 3 ml NaOH
Mol HC = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 3 mL = 0,3 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,3 mmol
Reaksi : 0,3 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol
Sisa : 1,7 mmol - 0,3 mmol 0,3 mmol
Volume Total = 20 + 3 = 23 mL
[H^+ ]= n/V= (1 ,7mmol)/(23 mL)=0,074 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,074=1,13〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 3 mL NaOH adalah 1,13
Penambahan 3,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 3,5 mL = 0,35 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,35 mmol
Reaksi : 0,35 mmol 0,35 mmol 0,35 mmol 0,35 mmol
Sisa : 1,65 mmol - 0,35 mmol 0,35 mmol
Volume Total = 20 + 3,5 = 23,5 mL
[H^+ ]= n/V= (1,65 mmol)/(23,5 mL)=0,07 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,07=1,15〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 3,5 mL NaOH adalah 1,15
Penambahan 4,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 4,5 mL = 0,45 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,45 mmol
Reaksi : 0,45 mmol 0,45 mmol 0,45 mmol 0,45 mmol
Sisa : 1,9 mmol - 0,45 mmol 0,45 mmol
Volume Total = 20 + 4,5 = 24,5 mL
[H^+ ]= n/V= 01,9mmol/(24,5 mL)= 0,063M
pH= -log〖[H^+ ]= -〖log 0,063〗〖=1,21〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 4,5 mL NaOH adalah 1,21
Penambahan 5,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 5,5 mL = 0,55 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,55 mmol
Reaksi : 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol
Sisa : 1,45 mmol - 0,55 mmol 0,55 mmol
Volume Total = 20 + 5,5 = 25,5 mL
[H^+ ]= n/V= (1,45 mmol)/(25,5 mL)=0,057 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,057=1,25〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 5,5 mL NaOH adalah 1,25
Penambahan 6,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 6,5 mL = 0,65 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,65 mmol
Reaksi : 0,65 mmol 0,65 mmol 0,65 mmol 0,65 mmol
Sisa : 1,35 mmol - 0,65 mmol 0,65 mmol
Volume Total = 20 + 6,5 =26,5 mL
[H^+ ]= n/V= 1,35mmol/(26,5 mL)=0,05 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,05=1,31〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 6,5 mL NaOH adalah 1,31
Penambahan 7,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 7,5 mL = 0,75 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,75 mmol
Reaksi : 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol
Sisa : 1,25 mmol - 0,75 mmol 0,75 mmol
Volume Total = 20 + 7,5 = 27,5 mL
[H^+ ]= n/V= (1,25 mmol)/(27,5 mL)=0,045 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,045=1,35〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 7,5 mL NaOH adalah 1,35
Penambahan 8,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 8,5 mL = 0,85 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,85 mmol
Reaksi : 0,85mmol 0,85 mmol 0,85 mmol 0,85 mmol
Sisa : 1,15 mmol - 0,85 mmol 0,85 mmol
Volume Total = 20 +8,5 = 28,5 mL
[H^+ ]= n/V= 1,15mmol/28,5mL=0,04 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,04=1,4〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 8,5 mL NaOH adalah 1,4
Penambahan 9,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 9,5 mL = 0,95 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 0,95 mmol
Reaksi : 0,95 mmol 0,95 mmol 0,95 mmol 0,95 mmol
Sisa : 1,05 mmol - 0,95 mmol 0,95 mmol
Volume Total = 20 + 9,5 = 29,5 mL
[H^+ ]= n/V= (1,05 mmol)/(29,5 mL)= 0,035 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,035=1,46〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 9,5 mL NaOH adalah 1,46
Penambahan 10,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 10,5 mL = 1,05 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 10,5 mmol
Reaksi : 10,5 mmol 10,5 mmol 10,5 mmol 10,5 mmol
Sisa : 0,95 mmol - 10,5 mmol 10,5 mmol
Volume Total = 20 + 10,5 = 30,5 mL
[H^+ ]= n/V= (0,95 mmol)/(30,5 mL)=0,031 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,031 M=1,50〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 10,5 mL NaOH adalah 1,50
Penambahan 11,5 ml NaOH
Mol HC = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 11,5 mL = 1,15 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 1,15 mmol
Reaksi : 1,15 mmol 1,15 mmol 1,15 mmol 1,15 mmol
Sisa : 0,85 mmol - 1,15 mmol 1,15 mmol
Volume Total = 20 + 11,5 = 31,5 mL
[H^+ ]= n/V= (0,85 mmol)/(31,5 mL)=0,026 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖0,026=1,58〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 11,5 mL NaOH adalah 1,58
Penambahan 12,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 12,5 mL = 1,25 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 1,25 mmol
Reaksi : 1,25 mmol 1,25 mmol 1,25 mmol 1,25 mmol
Sisa : 0,75 mmol - 1,25 mmol 1,25 mmol
Volume Total = 20 + 12,5 = 32,5 mL
[H^+ ]= n/V= (0,75 mmol)/(32,5 mL)=0,023 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖 0,023=1,63〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 12,5 mL NaOH adalah 1,63
Penambahan 13,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 13,5 mL = 1,35 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 1,35 mmol
Reaksi : 1,35 mmol 1,35 mmol 1,35 mmol 1,35 mmol
Sisa : 0,65 mmol - 1,35 mmol 1,35 mmol
Volume Total = 20 + 13,5 = 33,5 mL
[H^+ ]= n/V= (0,65 mmol)/(33,5 mL)=0,019 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖 0,019=1,72〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 13,5 mL NaOH adalah 1,72
Penambahan 14,5 ml NaOH
Mol HCl = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 14,5 mL = 1,45 mmol
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 2 mmol 1,45 mmol
Reaksi : 1,45 mmol 1,45 mmol 1,45 mmol 1,45 mmol
Sisa : 0,5 mmol - 1,45 mmol 1,45 mmol
Volume Total = 20 + 14,5 = 34,5 mL
[H^+ ]= n/V= (0,5 mmol)/(34,5 mL)=0,014 M
pH= -log〖[H^+ ]= -log〖 0,014=1,85〗 〗
Jadi pH setelah penambahan 14,5 mL NaOH adalah 1,85
Titrasi CH3COOH oleh NaOH
Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Diketahui : V CH3COOH = 25 mL
[ CH3COOH] = 0,1 M
[NaOH] = 0,1 M
Ditanya : a. pH mula-mula?
b. pH setelah penambahan?
Penyelesaian :
[H+] = √(ka.Na)
= √10-5- 10-2
= √10-6
= 10-3
pH = - log [H+]
= - log 10-3
= 3
1. Penambahan 1 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 1 mL = 0,1 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,1 mmol
Reaksi : 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol
Sisa : 1,9 mmol - 0,1 mmol 0,1 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,9 mmol)/(0,1 mmol)=1,9.〖10〗^(-4)
pH = - log [H+] = - log 1,9 . 10-4 = 3,72
Jadi pH setelah penambahan 1 mL NaOH adalah 3,72
Penambahan 2 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 2 mL = 0,2 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,2 mmol
Reaksi : 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
Sisa : 1,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,8 mmol)/(0,2 mmol)=9.〖10〗^(-5)
pH = - log [H+] = - log 9 . 10-5 = 4,05
Jadi pH setelah penambahan 2 mL NaOH adalah 4,05
Penambahan 2,5 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 20 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 2,5 mL = 0,25 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,25 mmol
Reaksi : 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol
Sisa : 1,75 mmol - 0,25 mmol 0,25 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,75 mmol)/(0,25 mmol)=7.〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 7 . 10-5 = 4,16
Jadi pH setelah penambahan 2,5 mL NaOH adalah 4,16
Penambahan 3 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 3 mL = 0,3 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,3 mmol
Reaksi : 0,3 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol
Sisa : 1,7 mmol - 0,3 mmol 0,3 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,7 mmol)/(0,3 mmol)=5,6.〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 5,6 . 10-5 = 4,25
Jadi pH setelah penambahan 3 mL NaOH adalah 4,25
Penambahan 3,5 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 3,5 mL = 0,35 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,35 mmol
Reaksi : 0,35 mmol 0,35 mmol 0,35 mmol 0,35 mmol
Sisa : 1,65 mmol - 0,35 mmol 0,35 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,65 mmol)/(0,35 mmol)=4,7.〖10〗^(-5 ) M
pH = - log [H+] = - log 4,7 . 10-5 = 4,33
Jadi pH setelah penambahan 3,5 mL NaOH adalah 4,33
Penambahan 4 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 4 mL = 0,4 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,4 mmol
Reaksi : 0,4 mmol 0,4 mmol 0,4 mmol 0,4 mmol
Sisa : 1,6 mmol - 0,4 mmol 0,4 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,6 mmol)/(0,4 mmol)=4.〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 4 . 10-5 = 4,4
Jadi pH setelah penambahan 4 mL NaOH adalah 4,4
Penambahan ,54 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 4,5 mL = 0,45 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,45mmol
Reaksi : 0,45 mmol 0,45 mmol 0,45 mmol 0,45 mmol
Sisa : 1,55 mmol - 0,45 mmol 0,45 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,55 mmol)/(0,45 mmol)=3,4.〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 3,4. 10-5 = 4,47
Jadi pH setelah penambahan 4,5 mL NaOH adalah 4,47
Penambahan 5 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 5 mL = 0,5 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,5 mmol
Reaksi : 0,5 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol
Sisa : 1,5 mmol - 0,5 mmol 0,5 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,5 mmol)/(0,5 mmol)=3 .〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 3 . 10-5 = 4,53
Jadi pH setelah penambahan 5 mL NaOH adalah 4,53
Penambahan 5,25 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 5,25 mL = 0,525 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,525 mmol
Reaksi : 0,525 mmol 0,525 mmol 0,525 mmol 0,525 mmol
Sisa : 1,475 mmol - 0,525 mmol 0,525 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,475 mmol)/(0,525 mmol)=2,8 .〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 2,8 . 10-5 = 4,55
Jadi pH setelah penambahan 5,25 mL NaOH adalah 4.55
Penambahan 5,5 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 5,5 mL = 0,55 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,55 mmol
Reaksi : 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol
Sisa : 1,45 mmol - 0,55 mmol 0,55 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . 1,45mmol/(0,55 mmol)=2,6 .〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 2,6 . 10-5 = 4,59
Jadi pH setelah penambahan 5,5 mL NaOH adalah 4,59
Penambahan 5,75 ml NaOH
Mol CH3COOH = 0,1 M x 2 mL = 2 mmol
Mol NaOH = 0,1 M x 5,75 mL = 0,575 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 2 mmol 0,575 mmol
Reaksi : 0,575 mmol 0,575 mmol 0,575 mmol 0,575 mmol
Sisa : 1,425 mmol - 0,575 mmol 0,575 mmol
"[" "H" ^"+" "] = " Ka" ." [sisa asam]/[garam]
["H" ^"+" ]= Ka . ((mol sisa asam)⁄(Vtot larutan (L)))/((mol garam)⁄(Vtot larutan (L)))
["H" ^"+" ]= Ka . (mol sisa asam)/(mol garam)
["H" ^"+" ]= 〖10〗^(-5) . (1,425 mmol)/(0,575 mmol)=2,48 .〖10〗^(-5) M
pH = - log [H+] = - log 2,48 . 10-5 = 4,61
Jadi pH setelah penambahan 5,75 mL NaOH adalah 4,61
Gambar – gambar percobaan titrasi asam basa
Gambar yang kanan berhasil, yang kiri gagal
Gambar setelah titrasi dilakukan (larutan berwarna pink sangat muda)
FLOW CHART
PERCOBAAN VI
TITRASI ASAM BASA
Titrasi Asam Basa dengan menggunakan Indikator
Pembuatan Larutan
Menimbang
Melarutkan ke dalam labu ukur 1000 ml
Membuat larutan
Standarisasi larutan NaOH
Menggunakan NaOH sebagai pembilas buret yang akan dipakai sebanyak 3 kali
Mengisi buret sampai batas
Labu 1
Memasukkan ke dalam labu 1
Menggoyang-goyangkan sampai terjadi perubahan warna
Mencatat jumlah NaOH yang digunakan
Labu 2
Memasukkan ke dalam labu 2
Menggoyang-goyangkan sampai terjadi perubahan warna
Mencatat jumlah NaOH yang digunakan
Melakukan kegiatan di atas sebanyak 2 kali
Mengambil rata-rata jumlah NaOH yang terpakai
Menghitung konsentrasi larutan NaOH dengan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
Menentukan konsentrasi asam dengan menggunakan larutan NaOH yang telah di standarisasi
Memasukkan ke dalam Erlenmeyer100 ml Memasukkan
kedalam buret
Mencatat keadaan awalnya
Menentukan NaOH ke dalam larutan asam lemah
Mengamati perubahan yang terjadi
Menghitung konsentrasi asam dan membuat kurva titrasi hubungan antara volume NaOH (absis) versus pH larutan (ordinat)
Mengulangi kegiatan 1-3 untuk asam kuat HCl
Titrasi Asam Basa dengan menggunakan pH-meter
Memasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml Memasukkan
ke dalam buret
Mengukur pH dengan pH meter
Mengukur pH dengan pH meter
Meneteskan NaOH ke dalam larutan HCl
Mengaduk-ngaduk
Mengukur pH campuran
Menambahkan hanya beberapa tetes menjelang titik ekivalen basa
Mengukur pH-nya menjelang titik ekivalen Basa yang ditambahkan hanya beberapa tetes.
Membuat kurva titrasi pada kertas grafik dengan mengalurkan pH terhadap volume NaOH yang ditambahkan (volume NaOH sebagai absis dan pH sebagai ordinat).
PERCOBAAN VII
Judul : Kesetimbangan
Tujuan : 1.Mempelajari kesetimbangan Pe(SCN)3
2.Mempelajari dan mengamati pengaruh zat lain terhadap kesetimbangan Fe(SCN)3
Hari/tanggal : Senin/20 desember 2010
Tempat : Laboratorium kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
DASAR TEORI
Secara termodinamika reaksi kimia dapat dibagi atas 3 macam,yaitu:reaksi spontan,reaksi tak spontan dan reaksi kesetimbangan.Ketiga macam reaksi tersebut dikaitkan dengan perubahan energi bebas yang menyertainya.Reaksi 06 egatif untuk reaksi spontan,06 positif untuk reaksi tak spontan dan 06=0bmaka reaksi dalam kesetimbangan.
Dilihat dari cara berlangsungnya,reaksi kimia dibagi dua,yaitu:
Reaksi berkesudahan (reversible),yaitu reaksi yang berlangsung satu arah (->) artinya zat-zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan membentuk reaktan.<br />
Contoh:<br />
Fe (s) + 2 HCl (aq) FeCl2 (aq) + H2 (q)<br />
FeCl2 yang berbentuk jika direaksikan dengan gas H2 atau sebaliknya,tidak akan membentuk kembali menjadi logam besi (Fe) dan HCl.<br />
2. Reaksi dapat balik (reversible), reaksi dapat berlangsung dua arah ( ).<br />
Pada umumnya reaksi kimia adalah reaksi kesetimbangan. Kesetimbangan adalah keadaan yang terjadi jika laju reaksi ke kanan (maju) sama dengan laju reaksi ke kiri (balik). Reaksi kesetimbangan dapat dikenla dari sifat makroskopik yang konstan dalam system tertutup (ayau dapat dianggap sebagi system tertutup) pada temperature tertentu. Adalah bahan – bahan lain dalam larutan dapat mengganggu kesetimbangan larutan itu sendiri, misalnya ion – ion lain dan sebagainya.<br />
Kesetimbangan terbagi dua, yaitu kesetimbangan homogeny (hanya satu fasa). Contoh :<br />
- Kesetimbangan Sistem gas – gas<br />
2 SO2 (g) + O2 (g) 2 SO3 (g)<br />
- Kesetimbangan system larutan – larutan<br />
NH4 OH(aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)<br />
Yang kedua adalah kesetimbangan heterogen(lebih dari satu fasa).<br />
Contoh : <br />
-Kesetimbangan sistem pada gas-gas<br />
CaCO- (s) + Ca2O(s) + CO2(g)<br />
-Kesetimbangan sistem pada larutan<br />
BaSO(s) Ba2+ + SO42-<br />
- kesetimbangan system larutan padat gas<br />
Ca (HCO3) 2 (aq) CaCO3 (s) + H2O(i) + CO2(g)<br />
<br />
Hukum kesetimbangan (Hukum Guldberg dan Wange)<br />
“Dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap,maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa dimana masing-masing konsentrasi itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.”<br />
Dalam kesetimbangan,terdapat istilah kesetimbangan dinamis.Reaksi seakan-seakan terhenti,tetapi sebenarnya reaksi terus berjalan,hanya jumlah mol zat perliter yang diubah dengan mol zat perliter yang terbentuk.Kesetimbangan dinamis mempunyai ciri:<br />
1.Pada saat kesetimbangan reaksi tidak terhenti.<br />
2.Reaksi terus berlangsung dalam dua arah ( ) dengan laju yang sama.<br />
3.Laju reaksi maju(V1) sama dengan laju reaksi balik (V2) atau dapat di tulis V1=V2<br />
4.Pada saat setimbang jumlah masing-masing zat tidak berubah.<br />
Pada saat kesetimbangan,pertandingan konsentrasi hasil 1 reaksi dan pereaksi selalu tetap,pada temperatur yang tetap,berapapun konsentrasi hasil reaksi dan pereaksi selalu tetap,pada temperatur yang tetap,berapapun konsentrasi pereaksi yang dipakai.<br />
Tetapan Kesetimbangan <br />
Perbandingan antara konsentrasi hasil-hasil reaksi dengan pereaksi disebut tetapan kesetimbangan.Tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan dalam tetapan konsentrasi (Kc) dan tetapan kesetimbangan tekanan (Kp) adalah perbandingan komposisi hasil reaksi dengan pereaksi pada keadaan setimbang dalam suhu tertentu<br />
<br />
aW +bX cY + Dz<br />
<br />
Kc = [Y]2 [Z]4 Kp = (Py)c (P2)d<br />
[W]a [X]b (Pw)a (Px)b<br />
1.Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)<br />
Teatapan kesetimbangan konsentrasi beradasar konsentrasi zat,berlaku untuk zat-zat yang berfasa gas dan aqurus (larutan).Dalam menentukan tetapan kesetimbangan yang perlu diperhatikan adalah zat yang berfase solid (padat) dan liquid (cair) tidak disertakan dalam persamaan tetapan kesetimbangan.<br />
<br />
2.Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp) <br />
Tetapan kesetimbangan berdasar tekanan parsial,hanya berlaku untuk gas.<br />
3.Hubungan Kc dengan Kp<br />
Hubungan Kc dengan Kp dapat dirumuskan:<br />
<br />
∆n = jumlah koefisien kanan – jumlah koefisien kiri<br />
<br />
Pergeseran Kesetimbangan<br />
Menurut Le Chatelier :<br />
“Apabila dalam suatu sistem kesetimbangan diberi suatu aksi,masa sistem tersebut akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga aksi dari luar tersebut berpengaruh sekecil-kecilnya terhadap sistem.” <br />
<br />
Pada reaksi : A+B -> C+D<br />
Kemungkinan terjadinya pergeseran :<br />
-Dari kiri kekanan<br />
A bereaksi dengan B membentuk C dan D,sehingga jumlah mol A dan B membentuk C dan D,sehingga jumlah mol A dan B berkurang,sedangkan C dan D bertambah.<br />
-Dari kanan kekiri<br />
C dan D bereaksi membentuk A dan B,sehingga jumlah mol C dan d berkurang sedangkan A dan B bertambah.<br />
Pergeseran kesetimbangan terjadi karena hal-hal sebagai berikut:<br />
1.Perubahan konsentrasi<br />
Apabila salah satu konsentrasi zat diperbesar,maka kesetimbangan mengalami pergeseran yang berlawanan arah dengan zat tersebut.Bila konsentrasi diperkecil,kesetimbangan akan bergeser ke arah zat tersebut.<br />
2.Perubahan Tekanan<br />
Apabila tekanan dalam sistem kesetimbangan diperbesar,maka kesetimbangan bergeser kearah zat-zat yang mempunyai koefisien kecil.Apabila tekanan dalam sistem kesetimbangan diperkecil,maka kesetimbangan bergeser ke arah zat-zat yang mempunyai koefisien besar.jika jumlah koefisien reaksi kedua ruas sama besar,perubahan tekanan atau volume tidak mengeser kesetimbangan.<br />
3.Perubahan Volume<br />
Apabila volume dalam sistem kesetimbangan tersebut diperbesar,maka kesetimbangan bergeserke arah zat-zat yang mempunyai koefiseien besar.Apabila volume dalam sistem kesetimbangan tersebut diperkecil,maka kesetimbangan bergeser ke arah zat-zat yang mempunyai koefisien kecil.Untuk perubahan tekanan dan volume,jika koefisien zat-zat di kiri(pereaksi) dan kanan (hasil reaksi)sama,maka tidak terjadi pergeseran kestimbangan.<br />
<br />
ALAT DAN BAHAN<br />
Alat yang diperlukan:<br />
gelas kimia 2 buah<br />
pipet tetes 3 buah<br />
tabung reaksi 6 buah<br />
gelas ukur 10 ml 1 buah<br />
labu ukur 25 ml 1 buah<br />
rak tabung 1 buah<br />
kuvet 1 buah<br />
spectronic-20 1 buah<br />
<br />
Bahan yang digunakan:<br />
Larutan KSCN 0,002M<br />
Larutan KSCN pekat (40%) 1M<br />
Fe(NO3)2 0,2M<br />
Butiran Na2HPO4<br />
<br />
PROSEDUR KERJA<br />
Memasukkan 30 ml KSCN 0,002M kedalam gelas kimia, menambahkan 10 tetes larutan Fe(NO3)2 0,2M. Mengocok dengan baik dan mengamati warna larutan yang terjadi. Membagi larutan ini menjadi empat bagian yang sama dan memasukkan kedalam tabung reaksi:<br />
Tabung reaksi I sebagai pembanding <br />
Tabung reaksi II tambahkan 1 tetes KSCN pekat <br />
Tabung reaksi III tambahkan 3 tetes Fe(NO3)2 0,2M<br />
Tabung reaksi IV tambahkan sebutir Na2HPO4<br />
Menyediakan 6 tabung reaksi yang bersih dan kering, beri label I sampai VI kedalam 6 tabung reaksi ini. Memasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002M. Menambahkan kedalam tabung I dan II, masing-masing 5 ml Fe(NO3)2 0,2M. Tabung reaksi ini digunakan sebagai standar.<br />
Mengukur 10ml Fe(NO3)2 0,2M dan menambahkan air hingga volumenya menjadi 25 ml kocok hingga rata. Menghitung konsentrasi larutan hasil pengenceran ini. Mengambil 5 ml larutan ini dan memasukkan ledalam tabung reaksi III. Mengocok hingga rata.<br />
Mengukur 10 ml larutan Fe(NO3)2 0,2M dari prosedur 3 dan 4. Mengencerkan hingga 25 ml mengocok dengan baik dan mengambil 5 ml. Kemudian memasukkan kedalam tabung reaksi IV.<br />
Melakukan sama dengan cara dari prosedur 4 hingga tabung reaksi VI.<br />
Menyamakan intensitas warna dari tabung III sampai dengan VI terhadap tabung II dengan cara memasukkan tetes demi tetes larutan dari tabung I kemudian mengukur tinggi larutan dari tabung II hingga tabung VI dan mencatatnya.<br />
<br />
HASIL PENGAMATAN<br />
<br />
1. Pengaruh zat lain terhadap kesetimbangan Fe(NO3)2<br />
NO Variabel yang diamati Hasil pengamatan<br />
1 Memasukkan 30 ml KSCN 0,002M + 10 tetes larutan Fe(NO3)2 <br />
<br />
Mengocok dan mengamati warna larutan <br />
Membagi larutan menjadi 4 bagian :<br />
<br />
Tabung I sebagai pembanding<br />
<br />
Tabung II ditambahkan 1 tetes KSCN pekat<br />
<br />
<br />
Tabung III ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)2 0,2M<br />
<br />
Tabung IV menambahkan sebutir Na2HPO4<br />
<br />
<br />
Membandingkan warna setiap tabung reaksi dengan tabung I<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mengukur entensitas masing-masing tabung dengan spectronic-20 pada λ= 540 mm Warna awalnya bening, setelah di tetesi larutan Fe(NO3)2 0,2M sebanyak 10 tetes warnanya menjadi jingga<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Warnanya tetap<br />
<br />
Terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna jingga, dan lapisan bawah berwarna merah hati<br />
<br />
Berwarna jingga tua<br />
<br />
<br />
Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah membentuk endapan<br />
<br />
Tabung I dengan tabuna II: tabung II warnanya lebih pekat dari tabung I<br />
Tabung I dengan tabung III: tabung III warnanya lebih tua dari tabung I<br />
Tabung I dengan tabung IV: tabung IV membentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah membentuk endapan, sedangkan tabung I berwarna jingga <br />
<br />
Tabung I = 19,5% T<br />
Tabung II = 1,3% T<br />
Tabung III = 7,0% T<br />
Tabung IV = 60,6% T<br />
<br />
<br />
2. Bentuk kesetimbangan Fe(NO3)2<br />
NO Variabel yang diamati Hasil pengamatan<br />
Member label I sampai VI, lalu memasukkan masing-masing 5ml KSCN 0,002M <br />
Dalam tabung I dan II, masing-masing 5 ml Fe(NO3)2 0,2M Warnanya berubah menjadi jingga kecoklatan, karena Fe(NO3)2 berwarna jingga kecoklatan<br />
Mengukur 10ml Fe(NO3)2 0,2M, menambahkan air hingga volumenya menjadi 25 ml dan mengocok hingga rata Karena ditambahkan air , warnanya menjadi lebih muda yaitu jingga muda<br />
Mengambil 5 ml larutan tersebut dan memasukkan kedalam tabung reaksi III dan mengocok hingga rata Warnanya menjadi agak muda dibanding tabung I dan II<br />
Mengukur 10 ml Fe(NO3)2 0,2M, dan mengencerkan hingga 25ml, lalu mengocok dengan baik Warnanya kuning muda<br />
Mengambil 5ml dan kemudian memasukkan kedalam tabung IV Warnanya lebih muda lagi dari tabung I, II, dan III<br />
Mengukur 10ml larutan Fe(NO3)2 0,2M dan mengencerkan hingga 25 ml. mengocok dengan baik Warnanya kuning sangat muda<br />
Mengambil 5 ml dan kemudian memasukkan kedalam tabung V Warnanya lebih muda lagi dari tabung I, II, III, dan IV<br />
Mengukur 10ml larutan Fe(NO3)2 0,2M dan mengencerkan hingga 25 ml dan mengocok dengan baik Warnanya putih agak kekuning-kuningan<br />
Mengambil 5 ml kemudian memasukkan kedalam tabung VI Warnanya sangat muda di banding tabung I, II, III, IV, dan V <br />
Membandingkan keenam tabung larutan yang terjadi Dari tabung I sampai VI, warnanya semakin muda<br />
Mengukur tinggi larutan hingga tabung VI Tabung I = 7,9 cm<br />
Tabung II =8,0 cm<br />
Tabung III = 8,1 cm<br />
Tabung IV = 7,9 cm<br />
Tabung V = 7,9 cm<br />
Tabung VI = 7,8 cm<br />
Menyamakan entensitas warna dari tabung II sampai tabung VI terhadap tabung II dengan cara memasukkan tetes demi tetes larutan dari tabung I dan mengukur tinggi masing-masing larutan dari tabung II sampai VI Tabung II =8,0 cm<br />
Tabung III = 8,7 cm<br />
Tabung IV = 9,5 cm<br />
Tabung V = 9,8 cm<br />
Tabung VI = 10,0 cm<br />
<br />
ANALISIS DATA<br />
Berdasarkan pengamatan, dapat dijelaskan pengaruh konsentrasi terhadap suatu kesetimbangan. Tabung I digunakan sebagai pembanding campuran larutan KSCN 0,002M dan Fe(NO3)2 0,2M dengan warna larutan jingga. Persamaan reaksinya sebagai berikut :<br />
<br />
Fe(NO3)2 + 3KSCN Fe(SCN)3 + 3KNO3<br />
<br />
Perubahan warna yang awalnya larutan KSCN 0,002M berwarna bening setelah di tetesi Fe(NO3)2 sebanyak 10 tetes sehingga menghasilkan larutan yang berwarna jingga. Berdasarkan perubahan warna tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan reaksi pada saat awal adalah besar (maksimum). Selanjutnya kecepatan reaksi turun sejalan dengan semakin berkurangnya Fe3+ pada Fe(NO3)2. Hal ini terjadi pergeseran kesetimbangan ( kearah produk/kekanan ) yang berakibat bertambahnya [Fe(SCN)3 ]. Rreaksi yang menuju kekanan juga menurun. Sebaliknya, konsentrasi [Fe(SCN)3] mulai dengan nol kemudian naik setelah [Fe(SCN)3] terbentuk. Dapat dijelaskan suatu kecepatan reaksi kekanan dan kiri sama besar. Inilah yang termasuk sistem kesetimbangan.<br />
Selanjutnya membagi larutan menjadi 4 bagian yang sama, yang mana pada tabung I di gunakan sebagai pembanding dari tabung II sampai tabung IV. Pada tabung II ditambahkan 1 tetes KSCN pekat dengan transmitannya sebesar 1,3%. Sesuai dengan azas le chatelier maka kesetimbangan bergeser kekanan sehingga intensitas warna pada tabung II lebih pekat dari pada tabung I. pada tabung III larutan ditambahkan3 tetes Fe(NO3)2 0,2M menghasilkan warna jingga tua dengan transmitan 7,0%. Pada tabung I dengan transmitannya sebesar 19,5% dan pada tabung IV larutan ditambahkan sebutir Na2HPO4 terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah membentuk endapan dengan transmitan 60,6%. Sehingga pada pencapaian kesetimbangan, produk (FeSCN2+) juga melakukan reaksi balik, sehingga sebagian produk melawan pengaruh kenaikan jumlah salah satu reaktan dengan menggeser kesetimbangan kekiri dan menyebabkan pengurangan konsentrasi produksi.<br />
<br />
Tabung Reaksi Nilai Transmitan(%)<br />
II 1,3%<br />
III 7,0%<br />
I 19,5%<br />
IV 60,6%<br />
<br />
Berhubungan dengan intensitas warna, jelas terlihat pergeseran kearah pereaktan, mengakibatkan intensitas warna memudar dan menjadi bening dan nilai transmitannya bertambah. Semakin besar nilai transmitannya maka kepekatan larutan juga akan semakin berkurang.<br />
Pada percobaan kedua yaitu kesetimbangan Fe(NO3)2 yang dilakukan dengan cara memperbesar volume larutan dengan menambahkan larutan Fe(NO3)2 dengan aquades, didapat bahwa kesetimbangan konsentrasi larutan akan berkurang apabila volume larutan diperbesar. Pada tabung I berisi 5 ml KSCN ditambahkan Fe(NO3)2 sebelum di encerkan menghasilkan warna jingga kecoklatan. Pada pengenceran ditambahkan air kedalam 10ml Fe(NO3)2 sehingga volume menjadi 25 ml yang warnanya lebih muda yaitu jingga muda. Hasil pengenceran kemudian diambil 5 ml dan memasukkan kedalam tabung III yang berisi 5 ml KSCN, sehingga volume larutan menjadi 10 ml. Proses pengenceran ini dilakukan sampai tabung VI. Semakin banyak pengenceran yang dilakukan pada larutan yang diambil, maka warna larutan semakin memudar ( warna larutan pada tabung VI memiliki warna lebih pudar dibandingkan warna larutan pada tabung sebelumnya). Pengenceran ini sama halnya dengan memperbesar volume dan memperkecil konsentrasi ( jarak antar partikel dalam larutan makin renggang).<br />
Agar mendapat intensitas warna larutan yang sama dengan larutan tabung I dan II, maka perbandingan tinggi larutan masing-masing tabung mengalami penurunan dari tabung II sampai VI, dengan perbandingan tinggi larutan yang semakin besar pada tiap tabungnya.Sehingga keduanya memiliki hubungan berbanding terbalik.<br />
Selanjutnya menyamakan intensitas warna dari tabung II sampai VI dengan cara meneteskan tetes demi tetes larutan pada tabung I. Penyamaan warna larutan ini diperlukan tetes demi tetes larutan KSCN karena hanya memerlukan ion Fe3+ sedikit untuk menyamakan pada larutan standar. Sehingga pada tabung II sebagai standar merupakan suatu reaktan. Sedangkan pada tabung III sampai VI merupakan produk. Agar produk memiliki intensitas warna yang sama dengan reaktan, dilakukan penambahan konsentrasi pada produk sehingga kesetimbangan bergeser kekiri sehingga reaktan memperoleh keadaan setimbang.<br />
<br />
Tabung Tinggi larutan awal Tinggi larutan setimbang<br />
II 8,0 cm 8,0 cm<br />
III 8,1 cm 8,7 cm<br />
IV 7,9 cm 9,5 cm<br />
V 7,9 cm 9,8 cm<br />
VI 7,8 cm 10,0 cm<br />
<br />
Dapat dilihat dari perbandingan tinggi larutan adanya perbedaan konsentrasi larutan dari tiap-tiap tabung karena adanya pengenceran larutan Fe(NO3)2, sehingga untuk setiap tabung memerlukan ion Fe3+ yang berbeda-beda untuk menyamakan intensitas warna terhadap tabung II sehingga mengakibatkan perbedaan tinggi larutan antara tabung III sampai tabung VI. <br />
<br />
<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
Berdasarkan perubahan warna tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan reaksi pada saat awal adalah besar ( maksimum). Persamaan reaksinya sebagai berikut:<br />
Fe(NO3)2 + 3KSCN Fe(SCN)3 + 3KNO3<br />
Pada pencapaian kesetimbangan, produk (FeSCN2+) melakukan reaksi balik, sehingga sebagai produk melawan pengaruh kenaikan jumlah salah satu reaktan dengan menggeser kesetimbangan kearah kiri.<br />
Semakin banyak nilai transmitannya maka kepekatan larutan juga akan berkurang dan warna larutan semakin bening, sebaliknya jika nilai transmitannya rendah akan menambah kepekatan larutan.<br />
Pengenceran sama halnya dengan memperbesar volume dan memperkecil konsentrasi (jarak antar partikel dalam larutan makin renggang).<br />
Perbandingan tinggi larutan menunjukkan bahwa konsentasi larutan yang berbeda-beda dan membutuhan ion Fe3+ yang berbeda juga untuk mendapatkan kesetimbangan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-dasar Praktikum Kimia. Jakarta: Depdikbud<br />
Purba, Michael. 2006. Kimia 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga<br />
Syahmani. 2010. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Banjarmasin: <br />
FKIP-UNLAM<br />
<br />
Tim Kimia Dasar. 2007. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1 & 2. Banjarmasin: FKIP-UNLAM<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
LAMPIRAN<br />
Perhitungan <br />
Konsentrasi larutan standar<br />
<br />
Fe(NO3)2 Fe3+ + 3NO3-<br />
0,2M 0,2M 0,6M<br />
<br />
Mol Fe3+ = M . V<br />
= 0,2M . 5ml<br />
=1mmol<br />
KSCN K+ + SCN-<br />
0,002M 0,002M 0,002M<br />
<br />
Mol SCN- = M.V <br />
= 0,002M . 5 ml<br />
=0,01 mmol<br />
<br />
Fe3+ + SCN- Fe(NO3)2<br />
<br />
M = 1 mmol 0,01 mmol _<br />
R = 0,01 mmol 0,01 mmol 0,01M<br />
S = 0,99mmol _ 0,01M<br />
<br />
Pereaksi pembatas adalah SCN-<br />
Volume campuran = V Fe3+ + V SCN-<br />
= 5 ml + 5 ml = 10 ml<br />
Jadi, konsentrasi larutan standar = mol SCN-<br />
V total<br />
= 0,01 mmol<br />
10 ml<br />
= 0,001M<br />
<br />
Perbandingan tinggi larutan<br />
<br />
Tabung II = tinggi larutan standar = 8 = 1<br />
Tinggi larutan tabung II 8 <br />
<br />
Tabung III = tinggi larutan standar = 8 = 0,92<br />
Tinggi larutan tabung III 8,7 <br />
Tabung IV = tinggi larutan standar = 8 = 0,84<br />
Tinggi larutan tabung IV 9,5<br />
<br />
Tabung V = tinggi larutan standar = 8 = 0,82<br />
Tinggi larutan tabung V 9,8<br />
<br />
Tabung VI = tinggi larutan standar = 8 = 0,8<br />
Tinggi larutan tabung VI 10,0 <br />
<br />
Larutan tabung II sebagai standar<br />
<br />
Konsentrasi Fe(SCN)2+ pada saat setimbang <br />
<br />
Tabung III = perbandingan tinggi larutan x konsentrasi larutan standar<br />
= 0,92 x 0,001M<br />
= 0,00092M<br />
= 9,2 x 10-4M<br />
Tabung IV = perbandingan tinggi larutan x konsentrasi larutan standar<br />
= 0,84 x 0,001M<br />
= 0,00084M<br />
= 8,4 x 10-4M<br />
Tabung V = perbandingan tinggi larutan x konsentrasi larutan standar<br />
= 0,84 x 0,001M<br />
= 0,00082M<br />
= 8,2 x 10-4M<br />
Tabung VI = perbandingan tinggi larutan x konsentrasi larutan standar<br />
= 0,8 x 0,001M<br />
= 0,0008M<br />
= 8 x 10-4M<br />
<br />
Konsentrasi Fe3+ awal ( pada saat pengenceran) pada saat konsentrasi larutan Fe(NO3)2 pada saat pengenceran<br />
<br />
Tabung II = m1 . v1 = m2 . v2<br />
= 0,2 . 10 = m2 . 10<br />
m2 = 0,2M<br />
<br />
Tabung III = m1 . v1 = m2 . v2<br />
= 0,2 . 10 = m2 . 25<br />
m2 = 0,08M<br />
Tabung IV = m1 . v1 = m2 . v2<br />
= 0,08 . 10 = m2 . 25<br />
m2 = 0,032M<br />
<br />
Tabung V = m1 . v1 = m2 . v2<br />
= 0,032 . 10 = m2 . 25<br />
m2 = 0,0128M<br />
<br />
Tabung VI = m1 . v1 = m2 . v2<br />
= 0,0128 . 10 = m2 . 25<br />
m2 = 0,00512M<br />
<br />
Perhitungan ini untuk mendapatkan konsentrasi [Fe3+] awal dan memperoleh konsentrasi pengenceran Fe(NO3)2.<br />
<br />
Perhitungan konsentrasi [Fe3+] pada keadaan setimbang dengan cara :<br />
<br />
[Fe3+] setimbang= [Fe3+] awal – [FeSCN2+]<br />
<br />
Tabung III =<br />
[Fe3+] setimbang= 0,08 – 0,00092 =0,07908M<br />
<br />
Tabung IV =<br />
[Fe3+] setimbang= 0,032 – 0,00084 =0,03116M<br />
<br />
Tabung V =<br />
[Fe3+] setimbang= 0,0128 – 0,00082 =0,01198M<br />
<br />
Tabung VI =<br />
[Fe3+] setimbang= 0,00512 – 0,0008 =0,00432M<br />
<br />
Perhitungan konsentrasi [SCN-] pada saat setimbang dengan cara:<br />
<br />
[SCN-] setimbang = [SCN-] awal - [FeSCN2+] setimbang<br />
<br />
Tabung III = 0,002 – 0,00092 = 0,00108M<br />
Tabung IV = 0,002 – 0,00084 = 0,00116M<br />
Tabung III = 0,002 – 0,00082 = 0,00118M<br />
Tabung III = 0,002 – 0,00080 = 0,0012M<br />
Menghitung tetapan kesetimbangan<br />
<br />
Tabung II <br />
[Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-] = 0,2 . 0,001 .0,001<br />
= 2. 10-7M<br />
[Fe3+] [FeSCN2+] = 0,2 . 0,001<br />
[SCN-] 0,001<br />
= 0,2M<br />
[FeSCN2+] = 0,001 = 5M<br />
[Fe3+] [SCN-] 0,2 . 0,001<br />
<br />
Tabung III <br />
[Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-] = 0,07098 . 0,00092 .0,00108<br />
= 7,8 . 10-8M<br />
[Fe3+] [FeSCN2+] = 0,07098 . 0,00092<br />
[SCN-] 0,00108<br />
= 6,7 . 10-2M<br />
[FeSCN2+] = 0,00092 = 10,77M<br />
[Fe3+] [SCN-] 0,07098 . 0,00108<br />
<br />
Tabung IV <br />
[Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-] = 0,03116 . 0,00084 .0,00116<br />
= 3,1 . 10-8M<br />
[Fe3+] [FeSCN2+] = 0,03116. 0,00084<br />
[SCN-] 0,00116<br />
= 2,6 . 10-5M<br />
[FeSCN2+] = 0,00084 = 23,24M<br />
[Fe3+] [SCN-] 0,03116. 0,00116<br />
<br />
Tabung V <br />
[Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-] = 0,01198 . 0,00082 .0,00118<br />
= 1,1 . 10-8M<br />
[Fe3+] [FeSCN2+] = 0,01198. 0,00082<br />
[SCN-] 0,00118<br />
= 8,3 . 10-3M<br />
[FeSCN2+] = 0,00082 = 58M<br />
[Fe3+] [SCN-] 0,01198. 0,00118<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tabung VI <br />
[Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-] = 0,00432 . 0,0008 .0,0012<br />
= 4 . 10-9M<br />
[Fe3+] [FeSCN2+] = 0,00432. 0,0008<br />
[SCN-] 0,0012<br />
= 2,9 . 10-3M<br />
[FeSCN2+] = 0,0008 = 154,3M<br />
[Fe3+] [SCN-] 0,00432. 0,0012<br />
Catatan <br />
Pada tabung II <br />
[Fe3+] saat setimbang = 0,2M<br />
[FeSCN2+] saat setimbang = perbandingan tinggi x konsentrasi larutan standar<br />
= 1 x 0,001 = 0,001M<br />
[SCN-] saat setimbang = [SCN-] awal - [FeSCN2+] setimbang<br />
= 0,002 – 0,001 = 0,001M<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar – gambar percobaan kesetimbangan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
FLOW CHART<br />
PERCOBAAN VII<br />
KESETIMBANGAN<br />
<br />
<br />
Mengocok<br />
Mengamati warna larutan<br />
<br />
Membagi 4 larutan dengan bagian yang sama<br />
<br />
Memasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi<br />
<br />
tabung I tabung II tabung III tabung IV<br />
<br />
<br />
- Membandingkan warna setiap tabung reaksi dengan tabung I<br />
- Mengukur intensitas warna masing-masing tabung dengan spectronic – 20 pada λ= 540 nm<br />
- Memperkirakan pergeseran kesetimbangan untuk setiap tabung reaksi<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan ke dalam 6 tabung reaksi<br />
Member label 1 - 6<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan ke dalam tabung reaksi<br />
mengocok<br />
<br />
Mengambil 5 ml campuran ke tabung reaksi III<br />
mengocok<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan ke dalam tabung reaksi<br />
Mengocok<br />
<br />
<br />
<br />
Mengambil 5 ml campuran ke tabung reaksi IV<br />
<br />
mengocok<br />
<br />
Melakukan prosedur ini hingga tabung VI<br />
Membandingkan keenam larutan yang terjadi<br />
Menyamakan intensitas warna dari tabung III s/d VI terhdap tabung II dengan memasukkan tetes demi tetes larutan dari tabung I<br />
Mengukur tinggi larutan dari tabung II hingga tabung VI<br />
Mencatat hasilnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Percobaan VIII<br />
<br />
Judul : Kimia Koloid <br />
Tujuan : Menjelaskan sifat-sifat koloid<br />
Hari/Tanggal : Senin/ 20 Desember 2010<br />
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin<br />
<br />
DASAR TEORI<br />
Larutan koloid seperti pada larutan the, kopi, dan air pada perairan rawa/gambut, bila dibiarkandalam waktu yang lama, tidak akan tejadi proses pemisahan ataupun pengendapan. Bahkan dengan penyaringan/filtrasi, terkecuali dengan proses membran.<br />
Diameter dari partikel dalam larutan homogen/sejati selalu lebih kecil dari 1 mµ. bila ddiameter partikel-partikel dalam larutan berkisar antara 1-100 mµ. system larutan disebut koloid. Dan bila partikel-partikelnya 100 mµ, system larutan disebut campuran kasar atau dispersi.<br />
Ditinjau dari jenis partikelnya, ada 3 jenis koloid:<br />
Dispersi koloid.<br />
Terdiri atas zat-zat yang tidak larut dalam partikel-partikel yang terdiri dari gabungan banyak molekul.<br />
Misal: koloid Au, As2S3 dan minyak dalam air.<br />
Larutan Makromolekul.<br />
Berupa larutan dari zat-zat dengan bentuk molekul yang besar hingga mempunyai ukuran koloid.<br />
Misal: Protein, polivinil alcohol, larutan karet, atau polimer-polimer dalam pelarut organik.<br />
Asosiasi Koloid.<br />
Terdiri atas larutan zat-zat yang larut dengan berat molekul rendah tetapi membentuk agregat-agregat.<br />
Missal: sabun.<br />
Dispersi koloid bersifat heterogen, terdiri atas fase terdispersi dan fase pendispersinya. Baik terdispersi maupu pendispersinya dapat berupa zat padat, cair, dan gas hingga terbentuk 9 bentuk system dispersi. Dari jumlah ini direduksi menjadi 8 bentuk, karena gas selalu bercampur sempurna. Dari kedelapan jenis ini yang penting adalah bentuk sol, emilsi, dan gel.<br />
Aerosol merupakan sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas. Jika zat terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contohnya asap dan debu. Jika zar yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Contohnya kabut dan awan.<br />
Sol merupakan sistem koloid dari partikelpadat yang terdispersi dalam zat cair. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industry. Contohnya: air sungai (sol mlempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat.<br />
Emulsi yaitu sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. Syarat terjadinya emulsi ini adalah bahwa kedua zat cair tersebut tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air, yaitu: santan, susu, dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak, yaitu: mayonnaise, minyak bumi, dan minyak ikan.<br />
Gel merupakan koloid setengah kaku (antara padat dancair). Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang terdispersinya mengadsorbsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contohnya: agar-agar, lem kanji, selai gelatin, gel sabun, dan gel silika.<br />
<br />
ALAT DAN BAHAN<br />
Alat yang digunakan:<br />
Ph meter tangan = 1 buah<br />
Senter baterai = 1 buah<br />
Gelas kimia 500 ml = 2 buah<br />
Gelas kimia 200 ml = 3 buah<br />
Pengaduk gelas = 1 buah<br />
Pipet tetes = 2 buah<br />
Centrifuge = 1 buah<br />
Tabung centrifuge = 2 buah<br />
Gelas ukur 250 ml = 1 buah<br />
Gelas ukur 20 ml = 1 buah<br />
Gelas ukur 10 ml = 1 buah<br />
Pipet volume = 1 buah<br />
<br />
Bahan yang diperlukan:<br />
Serbuk tanah/debu yang di ayak<br />
Larutan / air gambut / air rawa<br />
Tawas<br />
Kanji 5%<br />
HCl pekat<br />
Akuades<br />
Larutan buffer ph 4 dan ph 7<br />
<br />
PROSEDUR KERJA<br />
Koloid artificial (Buatan)<br />
Membuat larutan koloid dengan cara: mengambil ± 15 gram serbuk tanah/debu, kemidian memasukkan kedalam beaker glass 500 ml dan menambahkan 400 ml akuades, mengaduk hingga membentuk larutan.<br />
Memisahkan antara bagian koloid dan endapan dengan cara mendekatirlarutan lalu memasukkan kedalam beaker glass 500 ml. larutan ini sebagai larutan induk<br />
Mengambil larutan (2) ±200 ml, lalu memasukkan kedalam beaker glass 200 ml.<br />
Melakukan penyinaran dengan senter baterai pada koloid tersebut. Mengamati jalannya sinar, apakah sinarnya menembus larutan, sinarnya diteruskan, diteruskan sebagian atau semua sinar diserap.<br />
Mengukur ph larutan (4), kemudian menurunkan pHnya sebanyak 2 satuan dengan cara menambahkan HCl pekat tetes demi tetes. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
Mengambil ±100 ml larutan induk, memasukkan kedalam beaker glass 100 ml, lalu menambahkan ±5 gram tawas, lalu mengaduk merata, membiarkan ±20 menit. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
Mengulangi langkah (5), tetapi menambahkan 15 ml kanji 5%.<br />
Mengambil 2 tabung centrifuge, mengisi masing-masing dengan larutan koloid hingga setengahnya. Melakukan sentrifius pada rpm 2000 ±15 menit. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
<br />
Koloid Natural (alami)<br />
Mengambil ±500 ml air gambut / air rawa yang berwarna cokelat / keruh. Larutan ini sebagai larutan induk.<br />
Melakukan hal yang sama pada larutan ini, seperti pada bagian A langkah 3-8.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
HASIL PENGAMATAN<br />
Koloid buatan.<br />
<br />
No. Variebel yang diamati Hasil pengamatan<br />
1 Mengambil 15,0178 gram serbuk tanah, memasukkan kedalam beaker glass 500 ml + 400 ml akuades.<br />
Larutan tanah<br />
<br />
2 Memisahkan antara koloid dan endapan dengan cara mendekatirlarutan, memasukkan kedalam beaker glass 500 ml.<br />
Larutan induk<br />
3 Mengambil larutan (2) ±200 ml dan memasukkanya kedalam beaker glass 200 ml<br />
Larutan induk 200 ml<br />
4 Mengamati jalannya sinar, apakah sinarnya menembus larutan, sinarnya diteruskan, diteruskan sebagian atau semua sinar diserap<br />
Sinarnya tidak menembus larutan<br />
5 Mengukur pH larutan (4), kemudian menurunkan pHnya sebanyak 2 satuan dengan cara menambahkan HCl pekat tetes demi tetes. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
<br />
Kalibrasi pH 4 = 4,5<br />
Kalibrasi pH 7 = 7,6<br />
pH larutan = 4,6<br />
1 tetes HCl = 3,5<br />
2 tetes HCl = 3,0<br />
3 tetes HCl = 2,9<br />
4 tetes HCl = 2,8<br />
Perbedaan larutan yaitu pada larutan induk lebih muda dari (larutan induk + HCl).<br />
Warna larutan lebih jernih dari sebelumnya dan terbentuk endapan (gumpalan<br />
6 Mengambil ±100 ml larutan induk, memasukkan kedalam beaker glass 100 ml, menambahkan ±5 gram tawas, mengaduk hingga rata. Membiarkan ±20 menit. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
<br />
7 Mengulangi langkah (5), tetapi menambahkan 5 ml kanji 5%.<br />
Warna larutan pada bagian atas lebih jernih dari yang dibawah, dibawah terbentuk endapan atau gumpalan.<br />
<br />
8 Mengambil 2 tabung centrifuge, mengisi masing-masing dangan larutan koloid hingga setengahnya. Melakukan sentrifius pada rpm 2000 ±15 menit. Mengamati perubahan yang terjadi<br />
<br />
Warna larutan induk di centrifuge lebih bening dari sebelumnya.<br />
Warna larutan pada campuran koloid+HCl yang dicentrifuge lebih jernih dari sebelumnya dan lebih jernih dari larutan induk yang di centrifuge<br />
9 Mengambil 2 tabung centrifuge, mengisi masing-masing dengan larutan induk + tawas dan larutan induk + kanji hingga berisi masing-masing setengahnya. Melakukan sentrifius pada rpm 2000 ± 15 menit. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
Larutan induk yang dicampur dengan larutan kanji 5% menghasilkan larutan yang lebih bersih daripada larutan yang dicampur dengan tawas.<br />
<br />
Koloid Natural (alami).<br />
No Variabel yang diamati Hasil pengamatan<br />
1 Memasukkan ± 500 ml air gambut Larutan berwarna cokelat.<br />
<br />
2 Mengambil air gambut ± 200 ml dan memasukkan kedalam beaker glass 200 ml.<br />
Larutan berwarna cokelat.<br />
<br />
3 Melakukan penyinaran dengan menggunakan senter pada larutan dan mengamati jalannya sinar.<br />
Sinarnya menembus larutan dan diteruskan.<br />
<br />
4 Mengukur pH<br />
Buffer pH 4<br />
Buffer pH 7<br />
pH air gambut <br />
4,4<br />
7,5<br />
4,9<br />
<br />
5 Menurunkan 2 satuan 2,9<br />
6 Meneteskan 1 tetes HCl pekat.<br />
3,4<br />
7 Meneteskan 1 tetes HCl pekat lagi.<br />
3,0<br />
8 Meneteskan 1 tetes HCl pekat lagi.<br />
2,9<br />
9 Mengamati perubahan yang terjadi, memasukkan air gambut kedalam tabung centrifuge Larutan yang dicampur HCl lebih jernih<br />
10 Memasukkan air gambut + HCl pekat kedalam tabung centrifuge sampai setengahnya.<br />
<br />
11 Melakukan centrifuge pada rpm 2000 ± 15 menit.<br />
<br />
12 Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
Air gambut<br />
Air gambut + HCl <br />
Warna larutan jernih.<br />
Warna larutan jernih.<br />
<br />
13 Menambahkan tawas kedalam air gambut (larutan induk). Dan mendiamkan selama ± 20 menit. Mengamati Larutan menjadi keruh<br />
14 Menambahkan kanji kedalam larutan induk. Dan mendiamkan selama ± 20 menit. Mengamati.<br />
<br />
15 Memasukkan air gambut + tawas kedalam tabung centrifuge sampai setengahnya kemudian melakukan sentrifius pada rpm 2000 ±15 menit.<br />
<br />
16 Memasukkan air gambut + kanji kedalam tabung centrifuge sampai setengahnya kemudian melakukan sentrifius pada rpm 2000 ±15 menit.<br />
<br />
17 Mengamati perubahan yang terjadi:<br />
Air gambut + tawas<br />
Air gambut + kanji <br />
Larutan menjadi jernih<br />
Larutan lebih jernih daripada larutan induk + tawas.<br />
<br />
<br />
ANALISIS DATA<br />
Koloid buatan<br />
Pada prosedur pertama, yaitu mengambil ± 15 gram serbuk tanah, memasukkan kedalam beaker glass 500 ml dan menambahkan 400 ml akuades, menghasilkan larutan tanah yang berendapan. Pada prosedur kedua, yaitu memisahkan antara larutan koloid (larrutan induk)dengan endapannya. Hal ini dimaksudkan supaya larutan tersebut mudah diamati. Kemudian mengambil ± 200 ml larutan tersebut dan melakukan penyinaran dengan menggunakan senter. Setelah diamati, ternyata sinarnya tidak menembus larutan. Hal ini disebabkan jarak antara partikel tanah dalam larutan tersebut rapat. Sehingga cahaya senter tidak dapat menembus larutan tersebut.<br />
Prosedur selanjutnya, yakni mengukur pH larutan dengan kalibrasi pH 4 dan pH 7 terlebih dahulu dan menghasilkan pH larutan 4,6. Selanjutnya menurunkan 2 satuan pHnya dengan cara menambahkan HCl pekat tetes demi tetes. Hal ini dilakukan supaya bisa dengan mudah mengetahui berapa HCl pekat yang dibutuhkan dalam proses ini. Dari proses ini didapat larutan berwarna lebih muda dari sebelumnya. Hal ini dukarenakan terjadinya peristiwa penyerapan molekul atau ion pada zat. <br />
Prosedur selanjutnya, memasukkan tawas dan menambahkan ± 100 ml larutan induk kemudian membiarkan ± 20 menit dan menghasilkan warna larutan lebih jernih dari sebelumnya, dan terbentuk endapan berupa gumpalan. Hal ini disebabkan adanya peristiwa penyerapan terhadap molekul ion pada zat sehingga air lebih jernih.<br />
Selanjutnya mengulangi langkah (5), tetapi ditambah kanji 5% dan menghasilkan warna larutan bagian atas lebih jernih yang disebabkan oleh adanya penyerapan molekul atau ion, pada zat bagian bawah menghasilkan endapan yang disebabkan oleh partikel koloid yang saling bertumbukan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar, kemudian mengendap.<br />
Pada prosedur terakhir yaitu mengisi 2 buah tabung centrifuge dengan larutan induk + tawas dan larutan induk + kanji hingga masing-masing berisi setengahnya.<br />
Lalu di memasukkan larutan tersebut kedalam centrifuge dan menghasilkan larutan yang lebih bersih disbanding larutan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyerapan sempurna terhadap molekul atau ion pada zat. Selain itu centrifuge juga berfungsi sebagai alat pembersih air.<br />
Koloid natural (alami)<br />
Pada prosedur pertama yaitu, mengambil ±500 ml air gambut (air rawa) yang berwarna cokelat dan larutan ini merupakan larutan induk.<br />
Prosedur kedua, yaitu mengambil ±200 ml larutan induk dan mengamati jalannya sina, menghasilkan sinarnya menembus larutan dan diteruskan. Hal ini disebabkan oleh jarak antar partikel dalam larutan terlalu jauh, sehingga cahaya dapat menembus larutan. Peristiwa ini sesuai dengan sifat koloid yaitu “Efek tyndall”.<br />
Efek tyndall tidak sama untuk setiap sinar yang mempunyai panjang gelombang berbeda. Sinar kuning misalnya, sinar tersebut lebih sedikit dihamburkan. Itulah sebabnya lampu berwarna kuning sering dipakai pada saat berkabut, dimana cahaya kuning lebih dapat menembus kabut dan terlihat oleh pemakai jalan.<br />
Pada prosedur selanjutnya, yaitu mengukur pH larutan dengan kalibrasipH 4 dan pH 7, terlebih dahulu dan didapatkan pH larutan sebesar 4,9. Selanjutnya menurunkan 2 satuan pH nya yang bertujuan sebagai batas (ukuran) dalam penambahan HCl. Dengan begitu kita dapat mengetahui berapa banyak tetesan HCl yang dibutuhkan.<br />
Selanjutnya, penambahan HCl pada air gambut dan menghasilkan larutan lebih jernih, hal ini disebabkan oleh adanya peristiwa penyerapan molekul atau ion terhadap zat. Peristiwa ini sesuai dengan sifat koloid yaitu “adsorpsi”. Adsorpsi yaitu kemampuan partikel koloid untuk menyerap berbagai zat pada permukaannya. <br />
Prosedur selanjutnaya, yaitu penambahan tawas pada air gambut (larutan induk) dan menghasilkan warna larutan yang lebih jernih yang disebabkan danya peristiwa penyerapan ion atau molekul terhadap zat. Sama dangan sebeelumnay, peristiwa ini sesuai dengan sifat koloid “adsorpsi”.<br />
Selanjutnya menambahkan kanji 5% kedalam air gambut, menghasilkan larutan keruh. Hal ini dikarenakan kanji termasuk koloid yang fase terdipersinya padat yang disebut sol.<br />
Prosedur terakhir memasukkan larutan tawas dan kanji kedalam tabung centrifuge hingga setengahnya.<br />
Lalu kedua tabung centrifuge yang telah diisi dengan larutan air rawa tersebut di centrifuge denagn alat centrifuge pada rpm 2000 ± 15 menit.<br />
Dan menghasilkan larutan lebih bersih daripada sebelumnya. Hal ini disebabkan terjadinya peristiwa penyerapan ion / molekul zat terdispersi dan ion ? molekul pendispersinya. Selain itu, centrifuge juga berfungsi sebagai alat pembersih air.<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
Pada campuran antara debu dan akuades, debu berperan sebagai fase terdispersi, dan akuades sebagai fase pendispersinya (medium disperse).<br />
Sinar pada larutan serbuk tanah tidak dapat menembus larutan. Hal ini disebabkan oleh jarak antarpartikel zat terdispersinya terlalu rapat. Larutan ini disebut Suspensi.<br />
Suspensi merupakan campuran kasar. Kedua zat suspense yang telah dicampur, lambat laun akan mengalami sedimentasi.<br />
Pada larutan air gambut, sinar dari senter dapat menembus larutan. Hal ini disebabkan oleh jarak antara partikel pada larutan jauh. Larutan ini disebut koloid.<br />
Pada saat campuran antara air gambutdan HCl pakat ditambahkan tawas, larutan ini berubah menjadi lebih jernih. Hal ini disebabkan sifat koloid bahwa koloid bermuatan, yaitu “adsorpsi”. Adsorpsi merupakan kemampuan partikel koloid untuk menyerap berbagai zat pada permukaanya.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Akhmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. PMIPA FKIP<br />
ITB: Bandung.<br />
Purba, Michael.2004. Kimia SMA kelas XI jilid 2. Erlangga: Jakarta.<br />
Syahmani. 2010. Panduan Praktikum Kimia Dasar. FKIP UNLAM: Banjarmasin. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran.<br />
Soal.<br />
Apa peranan tawas dan kanji pada percobaan ini?<br />
Jelaskan apa yang dimaksud dengan:<br />
Koagulan<br />
Flok<br />
Sol<br />
Emulsi<br />
Gel<br />
Mengapa gravitasi tidak berperan dalam proses pengendapan koloid? Bagaimana dengan peranan gaya sentrifugal?<br />
Berikan sifat-sifat fisik dan kimia larutan koloid berdasarkan percobaan yang telah dilakukan!<br />
Mengapa pada saat mencampurkan kanji, menggunakan air panas?<br />
<br />
Jawaban:<br />
Perananya yaitu sebagai pembersih air.<br />
Yang dimaksud dengan:<br />
koagulan yaitu penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabunga partikel koloid yang berbeda muatannya.<br />
Flok yaitu perlakuan koagulasi dalam proses pengolahan membrane bahan-bahan kimia untuk membentuk gumpalan.<br />
Sol yaitu sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair.<br />
Emulsi yaitu sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zar cair lain.<br />
Gel yaitu koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair)<br />
Karena, partikel zat pada campuran koloid heterogen dan merupakan sistem dua fase. Jadi, camputran kolid hamper dapat bercampur dengan sempurna. Peranan gaya sentrifugal yaitu mampu membuang warna dan bau pada suatu larutan.<br />
Sifat-sifat fisik dan kimia larutan koloid berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu:<br />
Efek tyndall<br />
Adsorpsi<br />
Koloid Liofil<br />
Sebab kanji termasuk sol, yaitu sisitem koloid dari partikel zat padatyang terdispersi dalam zat cair. Dan kanji alan lebih mudah bercampur dengan air, apabila air tersebut panas.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar pada saat dilakukan penyinaran<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar larutan induk + tawas dan larutan induk + kanji<br />
Pada percobaan koloid buatan<br />
<br />
Gambar alat centrifuge<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar larutan induk + tawas dan larutan induk + kanji<br />
Pada percobaan koloid alami<br />
<br />
<br />
<br />
FLOWCHART<br />
PercobaanVII<br />
“Kimia Koloid”<br />
<br />
Koloid Artifisial<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan kedalam beaker glass<br />
<br />
<br />
<br />
Memisahkan antara bagian koloid dan endapan dengan cara mendekatirlarutan, lalu memasukkan kedalam beaker glass 500 ml. larutan ini sebagai larutan induk.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan ke beaker glass 200 ml<br />
<br />
<br />
Melakukan penyinaran dengan senter baterai pada larutan koloid. Mengamati jalanya sinar, apakah sinarnya menembus larutan, sinarnya diteruskan , diteruskan sebagian atau semua sinar diserap.<br />
Mengukur pH larutan koloid tersebut, kemudian menurunkan pH nya sebanyak 2 satuan dengan cara menambahkan HCl pekat tetes demi tetes. Mengamati perubahan yang terjadi.<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan kedalam beaker glass 100 ml<br />
Mengaduk<br />
Membiarkan ±20 menit<br />
<br />
<br />
<br />
Mengamati perubahan yang terjadi<br />
Mengukur pH larutan koloid, kemudian menurunkan pHnya ebanyak 2 satuandengan cara menambahkan 15 ml kanji 5%<br />
<br />
Tabung Centrifuge 1 dan 2<br />
<br />
<br />
<br />
Melakukan sentrifius pada rpm 2000 ±15 menit<br />
<br />
<br />
Mengamati perubahan yang terjadi<br />
<br />
Koloid Natural (alami)<br />
<br />
<br />
<br />
Memasukkan kedalam beaker glass<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tabung Centrifuge 1 dan 2<br />
<br />
<br />
<br />
Melakukan sentrifius pada rpm 2000 ± 15 menit<br />
<br />
<br />
Mengamati perubahan yang terjadi.ariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2401171285384210212.post-45544128924274263592010-11-24T14:53:00.000-08:002010-11-24T14:53:52.989-08:00pengantar labPercobaan 1<br />
Judul : PENGENALAN ALAT – ALAT LABORATORIUM <br />
DAN FUNGSINYA<br />
Tujuan : Mengenali alat – alat laboraorium serta menggetahui<br />
fungsinya<br />
Hari / Tanggal : Sabtu / 15 Oktober 2010<br />
Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin <br />
<br />
<br />
1. Latar Belakang <br />
<br />
Laboratorium kimia merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk melakukan suatu percobaan dan penelitian yang disebut praktikum. Praktikum di laboratorium sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu-ilmu kimia secara nyata dan diperlukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melakukan suatu percobaan, kita tentunya harus mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Alat-alat yang digunakan tersebut disesuaikan dengan tujuan percobaan. Akan tetapi, selain kita sudah mengetahui masing-masing nama alat. Kita juga harus mengetahui fungsi alat-alat yang digunakan, bagaimana cara penggunaannya. Hal ini bertujuan agar praktikum yang kita lakukan bisa berjalan dengan lancar, baik, dan benar. Selain itu, kita juga harus berhati-hati serta penuh ketelitian dalam menggunakan alat-alat laboratorium, karena sebagian alat-alat laboratorium tersebut terbuat dari kaca,porselin, dan sejenisnya yang bersifat mudah pecah. Namun pembahasan ini akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.<br />
1. Tata Tertib dan Petunjuk umum Praktikum Kikia Dasar <br />
Ada beberapa tata tertib dan petunjuk umum praktikum kimia dasar yang harus dipatuhi dalam melakukan suatu praktikum di laboratorium sebagai berikut.<br />
a. Umum<br />
Bagi setiap praktikan disediakan Penuntun Praktikum. Apabila saat praktikum tiba, masuklah ke ruang laboratorium. Tanda tangani daftar hadir dan segera menuju ketempat kerja (meja masing-masing). Simpan tas dan kenakan jas lab. Bergegaslah untuk mendengarkan penjelasan asisten atau Pemimpin Praktikum sambil membawa buku Penuntun Praktikum dan Buku Catatan. Setelah itu kembalilah ketempat kerja, periksalah dan tanda tangani daftarvinvestaris alat. Hasil pengamatan segera dicatat dalm buku catatan. Data yang lain dapat ditanyakan kepada asisten atau Pemimpin Praktikum.<br />
Aspek yang dinilai dari pelaksanaan praktikum antara lain kesiapan, keterampilan, jawaban atas pertanyaan/ diskusi yang diberikan oleh asisten, kerapian dan pengaturan tempat kerja, kemampuan bekerja sendiri, kebenaran pencatatan data, ketaatan pada instruktur atau peraturan, penguasaan materi praktikum dan kemauan kerja.<br />
Setelah selesai bekerja, kembalikan semua peralatan yang di pinjam kepada Petugas Lab. Jangan tinggalkan lab sebelum petugas membubuhkan tanda tangan pada daftar investaris anda.<br />
Untuk percobaan tertentu (ditentukan oleh Pemimpin Praktikum), diminta dibuatkan laporan. Serahkan laporan pada saat percobaan berikutnya.<br />
b. Kebersihan Tempat Kerja<br />
Untuk setiap praktikan disediakan meja tertentu yang akan terus digunakan selama melakukan percobaan. Selama bekerja haruslah dijaga supaya meja tempat nbekerja tidak kotor, basah dan penuh dengan barang-barang yang tidak perlu. Janganlah sekali-kali meninggalkan meja yang kotor. Biasakan memeriksa apakah kran gas dan keran air telah tertutup. Tempat cuci tidak boleh diisi dengan barang-barang yang tidak larut. <br />
c. Ketertiban<br />
Di dalam laboratorium mahasiswa dilarang merokok, mengenakan topi, memakai sandal. Pada waktu praktikum semua mahasiswa diharuskan mengenakan jas lab lengan panjang.<br />
d. Absensi<br />
Jika sakit atau hal lain, mahasiswa tidak dapat datang pada suatu percobaan, maka hal tersebut hendaknya dilaporkan secepat mungkin kepada Pemimpin Praktikum, dengan membawa surat-surat yang perlu (surat dokter, dsb). Absen tanpa alasan yang syah dapat menyukarkan mahasiswa sendiri.<br />
e. Beberapa Teknik Pengerjaan<br />
Beberapa teknik pengerjaan dalam laboratorium, akan diterangkan kepada praktikum secara lisan, maupun dengan peragaan yang dilakukan oleh asisten.<br />
f. Investaris Alat-alat Praktikum<br />
Tiap meja praktikum dilengkapi dengan investaris alat-alat yang diperlukan untuk pokok tugas percobaan. Periksa kelengkapan dan keutuhan alat-alat investaris, dicocokkak daftarnya. Kerusakan atau pemecahan alat selama bekerja harus dilaporkan kepada asisten.<br />
<br />
g. Penuntun dan Catatan Praktikum<br />
Setiap praktikan harus menyediakan satu buku ukuran kwarto, untuk catatan praktikum. Sebelum menggunakan buku catatan tersebut, semua halaman harus diberi nomor. Suatu catatan laboratorium berisi:<br />
1. Prinsip, tujuan<br />
2. Pengamatan percobaan<br />
3. Perhitungan yang perlu dan singkat<br />
4. Jawaban pertanyaan, jika ada dalam petunjuk percobaan.<br />
h. Tugas Sebelum Praktikum<br />
Pada penuntun praktikum untuk setiap percobaan terdapat tugas sebelum praktikum yang harus dikerjakan dan diserahkan pada asisten sebelum melakukan percobaan.<br />
i. Tes Praktikum<br />
j. Laporan<br />
<br />
2. Intruksi Laboratorium<br />
Adapun beberapa intrusi yang harus di perhatikan yaitu sebagai berikut:<br />
1. Laboratorium sebagai tempat latihan dan kerja, menuntut kesungguhan yang tinggi.<br />
2. Mempersiapkan diri untuk setiap percobaan yang akan dilakukan, dengan membaca dan memahami petunjuk praktikum sebelum datang di Laboratorium. Mengikuti petunjuk secara menyeluruh dan kritis (intelegen). Penyimpangan hendaknya tidak ditutup-tutupi, melainkan dibicarakan/didiskusikan. Mencatat dan memperhatikan larangan-larangan.<br />
3. Bekerja sesuai dengan petunjuk. Jangan bekerja serampangan, terlebih lagi bekerja tanpa mengikuti petunjuk.<br />
4. Jika asam atau zat lain yang korosip memercik, segera dilap bagian yang terkena percikan dengan kain/kertas halus, lalu basuh/bilas dengan air banyak-banyak.<br />
5. Jangan menyentuh zat-zat kimia kecuali yang diintruksikan.<br />
6. Jangan menjilat atau mencicipi zat kimia yang tidak diintruksikan.<br />
7. Pada saat mengamati/mereaksikan suatu zat, jangan hadapkan ke arah muka/badan secara tegak. Untuk membaui, jangan hirup langsung, gas yang akan dicium baunya supaya didekatkan hidung kemulut bejana, kibas-kibaskan telapak tangan didekat mulut bejana, hisap dengan perlahan-lahan.<br />
8. Hati-hati jika memanaskan benda dari gelas, sebab gelas yang dingin dan yang panas tidak dapat dibedakan secara visual.<br />
9. Hati-hati dengan api. Pembakar yang tidak digunakansupaya dipadamkan apinya. Setiap pembakaran harus segera dipadamkan. Gunakan kain yang sudah dibasahi dengan air untuk menungkup api. Alat pemadam di laboratorium harus diketahui secara pastitempatnta dan cara menggunakannya.<br />
10. Laporkan setiap kecelakaan bagaimanapun kecilnya bentuk kecelakaan itu kepada asisten atau Pemimpin Praktikum yang sedang bertugas.<br />
11. Hati-hati dengan zat-zat yang berbahaya.<br />
12. Jangan membuang benda-benda padat kedalam wasbak cuci. Benda-benda padat (misalnya batang korek api, pasir, BaSO4, kertas saring, plastik, dsb) akan menyumbat pipa saluran pembuangan.<br />
13. Baca label atau etiket yang tertera pada botol atau wadah reagent. Baca sekali lagi etiket pada wadah sebelum mengambil isinya (zat).<br />
14. Ambil zat yang sesuai dengan yang diintruksikan. Janaan ambil berlebihan dan jangan pula terlalu sedikit dari mumlah yang telah diintruksikan. Jangan sekali-kali kembalikan zat atau reagent yang sudah diambil kedalam botol/wadah semula.<br />
15. Alat dan tempat percobaan harus selalu bersih, demikian juga wadah dan meja tempat reagent disimpan. Hindarkan percikan-percikan zat/reagent. Namun apabila terjadi percikan supaya segera dibersihkan dan jangan dibiarkan terlalu lama.<br />
16. Alat dan zat yang digunakan bersama jangan dibawa ketempat/meja sendiri, atau ketempat lain yang bukan tempatnya.<br />
17. Pada akhir praktikum. Tugas selanjutnya adalah:<br />
a. Membersihkan semua alat yang digunakan, lalu disimpan ditempat semula.<br />
b. Melaporkan atas kerusakan atau hilangnya alat yang menjadi tanggung jawab kita.<br />
c. Menutup semua kran gas yang sempat dibuka dan periksa baik-baik.<br />
d. Membersihkan meja kerja yang telah digunakan.<br />
e. Membasuh tangan dengan menggunakan sabun cuci.<br />
f. Menhghadap asisten untuk berdiskusi, melaporkan dan mendapatkan persetujuan perihal catatan praktikum.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
A. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium<br />
Seperti yang telah kita ketahui, dalam melakukan suatu percobaan tentunya memerlukan alat-alat praktikum. Adapun beberapa alat yang dapat kalian ketahui sebagai berikut dan akan di lampirkan pada sebuah tabel.<br />
No. Nama Alat Fungsi<br />
1 Plat Tetes Tempat mereaksikan zat dalam jumlah yang sangat kecil dan biasanya digunakan untuk uji iodium<br />
2 Lumpang/Mortal Tempat untuk menghaluskan zat padat dan mencampur padatan kimia<br />
3 Alu/Pastle Alat tumbuk yang digunakan untuk menghaluskan zat padat<br />
4 Kaca Arloji - Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel<br />
- Tempat saat menimbang bahan kimia<br />
- Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator<br />
5 Cawan Petri Tempat menimbang dan menyimpan bahan kimia<br />
6 Penjepit Besi Untuk mengambil atau membawa krusibel<br />
7 Sendok Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat kimia ketika melakukan reaksi-reaksi kimia<br />
8 Cawan Porselin Untuk proses peleburan dan pemanasan<br />
9 Corong Menyaring campuran kimia dengan gravitasi<br />
10 Pipet Tetes Mengambil cairan dalam skala tetesan kecil<br />
11 Tang Krusibel/Gegep Untuk mengambil dan membawa krusibel<br />
12 Penjepit Kayu Untuk menjepit tabung reaksi, mengambil alat yang tidak boleh diambil dengan tangan<br />
13 Spatula Mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan<br />
14 Gelas Ukur Mengukur larutan dalam skala makro<br />
15 Labu Ukur atau labu volumetri Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur<br />
16 Batang Pengaduk Mengaduk cairan didalam gelas kimia<br />
17 Termometer Untuk mengukur suhu larutan<br />
18 Gelas Kimia Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan larutan zat-zat kimia<br />
19 Labu bundar berleher pendek Memanaskan dan menyimpan larutan<br />
20 Labu bundar berleher panjang Memanaskan dan menyimpan larutan<br />
21 Tabung Reaksi Mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit<br />
22 Rak Tabung Reaksi Tempat meletakkan tabung reaksi<br />
23 Erlenmeyer Penghisap Untuk menampung cairan hasil titrasi<br />
24 Erlenmeyer Untuk menyimpan dan memanaskan larutan atau menampung filtrasi hasil penyaringan<br />
25 Kaki Tiga Memanaskan, menguapkan, membakar bahan, dan untuk menyangga spiritus<br />
26 Kasa Asbes Alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar<br />
27 Botol Reagen Menyimpan dan membuat zat<br />
28 Sel Volta Untuk mengaduk larutan<br />
29 Corong Butchner Untuk menyaring zat kimia atau larutan kimia<br />
30 Botol Semprot Untuk membilas peralatan kimia lain<br />
31 Pembakar Spiritus Memanaskan bahan kimia<br />
32 Sarung Tangan Untuk menutup tangan sewaktu melakukan praktikum atau dipakai ketika mengambil larutan<br />
33 Klem Untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi<br />
34 Statip dan Gelang besi Menegakkan buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya<br />
35 Corong pisah Untuk memisahkan larutan yang memiliki kelarutan yang berbeda, seperti dalam proses ekstraksi<br />
36 Buret Mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi<br />
37 Pipet Volume Baru Mengambil larutan dalam jumlah yang cukup besar dari pipet tetes<br />
38 Pipet Volume Lama Mengambil larutan kimia<br />
39 Desikator - Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air<br />
- Mengeringkan padatan<br />
40 Neraca Menimbang zat-zat kimia dengan ketelitian max 1 mg<br />
41 Sikat Tabung Membersihkan tabung<br />
<br />
Pada tabel diatas telah dijelaskan fungsi-fungsi dari alat-alat praktikum tersebut. Selain mengetahui alat-alat praktikum dan funsinya, dbawah ini akan dijelaskan sedikit tentang alat-alat tersebut.<br />
1. Plat Tetes<br />
<br />
Alat ini terbuat dari porselin.<br />
2. Alu dan Lumpang <br />
<br />
Alat ini dapat disebut juga dengan mortal dan pestle terbuat dari porselin, kaca atau batu granit.<br />
3. Kaca Arloji<br />
<br />
Alat ini terbuat dari kaca bening yang terdiri dari berbagai ukuran, diameter.<br />
<br />
<br />
<br />
4. Cawan Petri<br />
<br />
Cawan petri atau telepa petri merupakan sebuah alat yang berbentuk seperti gelas kimia yang berbanding sangat rendah yang terbuat dari kaca borosilikat yang tahan panas. Cawan petri selalu berpasangan, yanag ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877 yaitu Julius Richard Petri (1852-1921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman.<br />
5. Penjepit besi <br />
Alat ini terbuat dari besi atau baja<br />
6. Sendok<br />
Sendok merupakan sebuah alat yang terbuat dari porselin. Alat ini bukan sendok yang digunakan kita dalam sehari-hari, tetapi digunakan khusus untuk melakukan kegiatan selama di dalam laboratorium.<br />
7. Cawan Porselin<br />
Cawan porselin terbuat dari porselin yang berbentuk bundar<br />
8. Corong <br />
Corong bisa terbuat dari plastik ataupun kaca tahan panas, dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai yang terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek<br />
9. Pipet tetes <br />
<br />
Pipet tetes berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi dengan karet<br />
<br />
10. Tang Krusibel<br />
Alat ini terbuat dari besi dan baja<br />
11. Penjepit Kayu<br />
<br />
<br />
Penjepit kayu terbuat dari kayu<br />
12. Spatula<br />
<br />
Benda ini berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless atau alumunium<br />
13. Gelas Ukur<br />
<br />
Gelas ukur berupa gelas tinggi dengan skala disepanjang dindingnya terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai 10 ml sampai 2 L<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
14. Labu Ukur<br />
<br />
Labu ukur berupa labu dengan leher yang panjang dan tertutup, terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. Labu ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 ml sampai 5 L. Alat ini biasanya juga digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Kebanyakan labu volumetri mempunyai sumbat kaca asah atau polirtilena, tudung ulir atau tudung cungkil plastik (snap caps). <br />
15. Batang pengaduk<br />
<br />
Batang pengaduk terbuat dari kaca tahan panas<br />
16. Termometer<br />
<br />
Termometer merupakan sebuah alat yang terbuat dari kaca yang tahan panas<br />
17. Gelas kimia<br />
<br />
Gelas kimia (beaker) atau disebut juga dengan gelas piala merupakan sebuah alat yang berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200o C. Ukuran alat ini ada yang 50 ml, 100 ml, dan 2 L<br />
18. Labu Bundar Berleher Pendek <br />
Alat ini berupa labu dengan leher pendek dan tertutup. Terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena akan memuai, ukuran dari 1 ml sampai 2 ml<br />
19. Labu Bundar Berleher Panjang <br />
Alat ini berupa labu dengan bentuk leher panjang. Alasnya ada yang bundar dan ada juga yang rata. Alat ini terbuat dari kaca yang tahan panas pada suhu 120oC-300oC. Ukurannya mulai dari 250 ml sampai 2000 ml<br />
20. Tabung Reaksi<br />
<br />
Tabung reaksi yaitu berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Alat ini terbuat dari kaca borosilikat tahan panas dan terdiri dari berbagai ukuran<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
21. Rak Tabung Reaksi<br />
<br />
Alat ini terbuat dari kayu<br />
22. Erlenmeyer Penghisap<br />
Erlenmeyer penghisap berupa gelas yang diameternya semakin keatas semakin mengecil. Ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang kepompa vakum. Terbuat dari kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm. Ukurannya dari 100 ml sampai 2 L<br />
23. Erlenmeyer<br />
<br />
Erlenmeyer berupa gelas yang diameternya semakin keatas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 ml sampai 2 L<br />
24. Kaki Tiga<br />
<br />
Alat ini terbuat dari besi yang digunakan untuk menyangga alat-alat pada saat dipanaskan<br />
<br />
<br />
25. Kasa Asbes <br />
<br />
Kasa asbesyaitu kawat kasa yang dilapisi asbes<br />
26. Botol Reagen <br />
<br />
Alat initerbuat dari jenis kaca yang cukup tebal<br />
27. Sel volta<br />
Alat ini berupa magnet<br />
28. Corong Buchner<br />
<br />
Corong buchner biasanya terbuat dari porselin. Namun kadang ada juga yang terbuat dari kaca dan plastik. Dibagian atasnya terdapat sebuah silinder dengan dasar yang berpori-pori.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
29. Botol Semprot<br />
<br />
Botol semprot atu botol cucia merupakan botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Setiap praktikan hendaknya mempunyai botol cuci dengan kapasitas yang sesuai yang dapat mengalirkan air suling dari dalam ujung paruh yang disambung kebagian utama botol itu. Botol cuci digunakan bila diperlukan aliran air suling yang kecil dan terarah, seperti bila membilas dinding dalam bejana kaca untuk menjamin tidak adanya tetesan larutan sampel yang hilang.<br />
30. Pembakar spiritus<br />
<br />
Alat ini disebut juga dengan burner yang terbuat dari kaca<br />
31. Sarung tangan<br />
<br />
Alat ini terbuat dari karet yang biasanya digunakan para praktikan sebelum memulai sebuah percobaan sebagai alat pelindung keamanan dan keselamatan kerja<br />
<br />
<br />
<br />
32. Klem<br />
<br />
Alat ini terbuat dari besi atau baja yang digunakan untuk titrasi. Ada terdapat beberapa jenis klem yaitu;<br />
a. Klem manice yang terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk memegang peralatan gelas yang dipakai pada proses destilasi. Bagian belakangnya dihubungkan dengan statif menggunakan klem bosshead<br />
b. Klem bosshead yang terbuat dari besi atau laumunium yang berfungsi untuk menghubungkan statip dengan klem manice atau pemegang corong.<br />
33. Statip dan gelang besi. <br />
<br />
Kedua alat ini terbuat dari baja<br />
34. Corong pisah.<br />
Alat ini berupa corong yang bagian atasnya bulat dengan lubang pengisi terletak disebelah atas dan pada bagian bawahnya berkatup. Alat ini terbuat dari kaca. Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.<br />
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, ataupun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca atau teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.<br />
35. Buret.<br />
Alat ini merupakan peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya untuk mengalirkan aliran cairan yang akan dikeluarkan. Alat ini memiliki beberapa macam ukuran yaitu mulai dari 5 ml dan 10 ml dengan skala 0,01 ml, 25 ml, dan 50 ml dengan skala 0,05 ml.<br />
Ada dua jenis buret lain yang krannya terdiri dari sepotong karet yang ujungnya dilengkapi dengan pipa kaca, yang ujungnya dibuat runcing. Untuk mengatur larutan, dipasang penjepit Mohr atau kedalam karet dimasukkan kelereng kaca. <br />
Khusus untuk titrasi larutan panas, digunakan buret dengan kran disamping, agar panas larutan yang dititrasi tidak sampai kecairan dalam buret, sehingga tidak memoengaruhi volum larutan dalam buret. Buret yang sering digunakan, diberi skala sampai sepersepuluh mililiter. Apabila ujung atas buret tidak berbentuk corong, gunakan corong kaca bertangkai pendek.<br />
36. Pipet Volume. <br />
<br />
Pipet volume terdiri dari 2 macam, yaitu jenis yang lama dan yang baru.<br />
37. Desikator <br />
<br />
Desikator adalah sebuah bejana yaitu berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline, dan desikator biasanya terbuat dari kaca, namun kadang-kadang terbuat dari logam yang digunakan untuk menyetimbangkan objek dengan atmosfer terkontrol. Karena desikator biasanya terletak dalam ruang terbuka, temperatur umumnya akan mendekati temperatur kamar. Normalnya kelembaban udara seperti inilah yang diinginkan. Objek seperti botol timbang atau krus, dan zat-zat kimia cenderung menarik kelembaban dari udara. <br />
Desikator akan menyediakan kesempatan bagi bahan-bahan tersebut untuk berkesetimbangan dengan atmosfer yang kelembabannya rendah dan terkendali sehingga kesalahan yang disebabkan oleh penimbangan air bersama-sama dengan objek itu dapat dihindarkan.<br />
38. Neraca Analitik <br />
<br />
Neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium pengantar merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 g sampai dengan ± 0,0001 g (±0,1 mg). Ini merupakan ketidaktentuan dari hanya 1 bagian persejuta, sampai tahun 1950-1n kebanyakan dari neraca ini adalah neraca dua piring, yang juga dirujuk sebagai neraca lengan sama. <br />
Kemudian muncullah neraca piring tunggal atau lengan tak sama (kadang-kadang juga disebut neraca beban konstan), yang merupakan pengganti dari neraca dua piring. Sekarang neraca elektronik (juga disebut dengan neraca tenaga elektromagnetik) secara langsung menggantikan neraca mekanik, atau neraca piring tunggal.<br />
<br />
<br />
Neraca Dua-piring<br />
<br />
Lengan suatu neraca dua-piring berisi tiga ‘mata pisau” berbentuk prisma A, B, C. Ahli kimia dari Skotlandia yang bernama Joseph Black (1728-1799)Black (1728-1799) adalah orang pertama yang memperkenalkan penggunaan mata pisau, yang dibuat dari batu akik (agate), suatu bahan yang sangat getas dan keras. Baru setelah mata pisau digunakan, penimbangan anallitik dapat dilakukan dengan neraca dua-piring.<br />
Neraca Piring- Tunggal<br />
<br />
Neraca piring tunggal menggunakan menggunakan dua mata pisau bukannya 3, dan lengan neracanya tidak sama panjang. Sederet lengkap batu timbangan digantungkan pada lengan pendek, dan lengan panjang memiliki bobot pengimbang yang konstan (plus suatu piranti peredam) yang secara ketat diletakkan pada lengan itu. Jadi neraca yang kosong itu bermuatan Penuh.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
B. Teknik Dasar Pengunaan Alat-alat Laboratorium<br />
1. Penyaringan<br />
Endapan atau zat-zat yang tidak melarut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Di laboratorium, untuk menyaring diperlukan corong dan kertas saring. Corong dipasang pada tempat corong, atau corong dipasang dengan klem pada statif. Di bawah corong diletakkan gelas kimia, hingga ujung tangkai corong menyentuh dinding gelas.<br />
Corong yang sering digunakan adalah corong yang bersudut 60o C dan panjang tangkainya 10 cm. Kertas saring yang biasa digunakan adalah kertas saring berdiameter 9 dan 11 cm. Kertas saring dilipat setengah bagian, kemudian dilipat sekali lagi sehingga sisi lipatan tidak seluruhnya berimpit. Selanjutnya lipatan disobek sedikit. Kemudian kertas saring dibuka dan dipasang pada corong.<br />
2. Pengukuran Volum<br />
Gelas Ukur<br />
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volum larutan, jika diperlukan volum yang tidak terlalu tepat. Gelas ukur diberi skala dalam milimeter yang dibaca dari 0 sampai 10 ml, 0 sampai 25 ml, 0 sampai 50 ml atau lebih besar lagi, dari alas kebagian atas. Untuk pengukuran yang lebih teliti digunakan pipet atau buret.<br />
Pipet <br />
Mengisi pipet dengan larutan atau “memipet”, sebaiknya dengan cara menyedot larutan ke dalam pipet dengan bantuan balon-pipet atau alat penyedot yang lain. Mula-mula bilas gelas kimia atau tabung reaksi dengan larutan dengan larutan dari labu takar. Kemudian tuangkan larutan ke dalam gelas kimia atau tabung reaksi, untuk membilas pipet. Pipet 3 sampai 5 ml larutan, kemudian pegang pipet pada arah horizontal, lalu pipet diputar-putar sehingga semua bagian dalam pipet dibasahi larutan. Pegang pipet dengan ibu jari dan jari tengah. Gunakan jari telunjuk untuk menekan ujung atas pipet, tidak terlampau kuat tetapi seringan mungkin, cukup menjaga agar larutan tidak keluar. Sebelum ujung pipet dicelupkan kedalam larutan, tetesan cairan yang terdapat di ujung pipet ditiup keluar, atau tetesan cairan ini diusap dengan kertas saring. Jangan memasukkan pipet terlampau dalam di dalam larutan, dan ketika menyedot larutan, ujung pipet berada dalam larutan.<br />
Sedot larutan sampai kira-kira 1 cm diatas garis batas. Kemudian hentikan penyedotan dan menutupi ujung pipet dengan jari telunjuk. Pegang pipet pada arah vertikal dan garis batas volum berada pada ketinggian yang sama dengan mata. Kurangi tekanan jari telunjuk pada pipet, sehingga larutan mengalir keluar sampai dasar misniskus mencapai garis batas. Sentuhan ujung pipet pada suatu alat gelas untuk menyingkirkan tetesan yang terdapat di ujung pipet. Selanjutnya, larutan dikeluarkan melalui dinding bejana penampung, dengan kedudukan pipet vertikal dan ujung pipet menyentuh dinding bejana, selama kurang lebih 15 detik.<br />
3. Buret <br />
Buret yang sering digunakan, diberi skala sampai sepersepuluh milimeter. Apabila ujung atas buret tidak berbentuk corong, gunakan corong kaca bertangkai pendek. Letakkan selapis kertas antara dinding buret dan tangkai corong, agar udara dalam buret dapat keluar. Agar ujung buret dibawah kran di isi penuh cairan, alirkan larutan keluar dengan cepat dengan cara membuka kran sebesar mungkin.<br />
Isi buret sehingga permukaan cairan sedikit diatas garis nol. Dengan pengaduk yang dibungkus dengan kertas saring, keringkan dinding bagian dalam buret disebelah atas. Perhatikan agar ujung kertas tidak menyentuh permukaan larutan. Buka kran dan biarkan larutan mengalir sehingga permukaan larutan tepat pada garis skala.<br />
4. Neraca<br />
Berbagai macam neraca dapat di jumpai di laboratorium. Neraca yang digunakan di laboratorium yang perlu dipelihara dengan baik, dan digunakan dengan hati-hati.<br />
Ada aturan umum senantiasa harus diperhatikan:<br />
a. Neraca harus selalu dalam keadaan bersih.<br />
b. Perbaikan sekesil apapun harus dilakukan oleh petugas ahlinya.<br />
c. Zat kimia tidak boleh diletakkan langsung pada piring neraca, gunakan kertas, kaca arloji, atau botol timbang.<br />
d. Benda yang akan ditimbang, diletakkan di piring kiri, anak timbangan di piring kanan.<br />
e. Kecuali pada timbangan kasar, anak timbangan tidak dipegang dengan jari, gunakan selalu pinset.<br />
<br />
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penimbangan:<br />
Neraca berpiring satu<br />
a. Jangan meletakkan zat langsung pada piring neraca. Gunakan gelas kimia atau kaca arloji.<br />
b. Membersihkan bagian luar wadah yang mengandung cairan, sebelum ditempatkan pada piring neraca.<br />
c. Catat berat benda yang ditimbang sebelum di angkat.<br />
Neraca berpiring dua<br />
a. Atur sehingga ayunan kekiri dan kekanan sampai dari titik nol<br />
b. Letakkan zat yang akan ditimbang dipiring kiri, dan anak timbang dipiring kanan.Gunakan pinset untuk mengambil anak timbangan.<br />
c. Jangan meletakkan benda dipiring neraca selama neraca berayun<br />
d. Jika ayunan kekiri dan kekanan sudah sama dari titik nol, hitung jumlah anak timbangan pada pring, catat berat dan cek kembali jumlah anak timbangan ketika mengembalikannya ke kotak anak timbangan<br />
e. Tutup pintu neraca.<br />
5. Menggunakan pipet volumetrik<br />
Langkah-langkah dalam menggunakan pipet volumetrik sebagai berikut:<br />
a. Lumasi pangkal pipet dengan air sebelum memasukkannya ke bola karet. Dekatkan kedudukan kedua tangan anda untuk menghindari kemungkinan kecelakaan,<br />
b. Basahi bagian dalam pipet dengan sedikit cairan yang akan dialihkan. Buanglah cairan ini.<br />
c. Gunakan bola pipet (jangan dengan mulut) untuk menghisap cairan sampai diatas tanda tera. Lepaskan bola dan segera letakkan jari anda agar cairan tidak mengalir keluar, sampai dasar miniskus tepat pada tanda tera.<br />
d. Sentuhkan tetes terakhir pada ujung pipet kewadah penampung (erlenmayer atau piala). Jangan meniup kelebihan cairan sebab volume cairan yang tertinggal itu memang sudah diperhitungkan dalam kalibrasi pipet.<br />
6. Penggunaan batang pengaduk<br />
Sesuai namanya, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi, biasanya dalam beker. Disamping itu batang pengaduk digunakan dalam memindahkan larutan dari bejana satu ke bejana lain. Bila suatu larutan air dituang dari bibir suatu bejana seperti beker ada kecenderungan sejumlah cairan akan mengalir disepanjang dinding luar kaca itu. Ini dapat dicegah dengan menuangkan larutan itu melewati batang pengaduk, dimana batang tersebut dibuat bersentuhan dengan bibir bejana dan mengarahkan aliran cairan kedalam bejana penerima. <br />
Batang pengaduk juga berperan sebagai pegangan untuk ”rubber policmen” (sepotong selang karet yang satu ujungnya dilelehkan sehingga merekat menjadi satu, dan lewat ujung lain batang pengaduk dimasukkan kedalam selang; benda ini digunakan untuk menyelamatkan sejumlah kecil endapan yang menempel pada dinding dalam beker).<br />
7. Penggunaan labu ukur<br />
Mengisikan larutan yang akan di encerkan atau dipadatkan yang akan dilarutkan . tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok. Kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikan labu sampai larutan homogen.<br />
8. Penggunaan corong Butchner<br />
Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternyha sama dengan diameter corong.<br />
9. Penggunaan corong pisah<br />
Cara menggunakannya:<br />
Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan dalam lubang atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horizontal, kocok agar ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas keluarkan larutan bagian bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah keluar.<br />
10. Penggunaan desikator<br />
Cara menggunakannya:<br />
a. Dengan membuka tutup desikator dengan menggeserkannya kesamping<br />
b. Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama<br />
Keterangan:<br />
Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 100o C sampai warnanya kembali biru.<br />
<br />
11. Neraca analitik<br />
Cara menggunakan neraca analitik:<br />
a. Nol kan terlebih dahulu neraca tersebut<br />
b. Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan<br />
c. Baca nilai yang tertera pada layar neraca<br />
d. Setelah digunakan nolkan neraca tersebut.<br />
Di atas telah dijelaskan beberapa teknik dasar dalam penggunaan alat-alat laboratorium, tetapi tidak semua alat laboratorium. Hanya sebagian besar saja.<br />
C. Membersihkan Alat-alat<br />
Hasil eksperimen yang baik dapat dicapai antara lain menggunakan alat-alat yang bersih. Alat-alat ukur seperti labu ukur, gelas ukur, pipet dan buret yang kotor dapat mengakibatkan pengukuran yang salah. Botol-botol reagen, gelas kimia, labu erlenmeyer yang kotor yang digunakan untuk zat-zat atau larutan untuk eksperimen, akan menyebabkan pembuatan pereaksi untuk eksperimen itu terkotori, sehingga akn memperoleh data yang salah oleh eksperimen itu.<br />
Alat-alat laboratorium harus selalu disimpan dalam keadaan bersih. Biasakan membersihkan alat-alat segera setelah alat itu digunakan. Adalah mudah untuk membersihkan alat-alat yang baru saja dipakai. Alat-alat dari gelas dicuci dengan menggunakan detergen, kemudian dibilas dengan air keran. Dalam hal tertentu setelahdibilas dengan air kran perlu dibilas dengan air suling.<br />
Alat-alat volumetri seperti pipet dan buret harus bebas lemak. Membersihkan pipet dan buret yang berlemak dapat digunakan larutan kalium dikromat. Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 20 g K2Cr2O7 kedalam 30 ml air, kemudian tambahkan asam sulfat pekat sampai volume menjadi 100 ml. Buret dan pipet yang berlemak di rendam selama beberapa jam atau sampai semalam dalam larutan ini. Setelah dicuci dengan air kran kemudian dibilas dengan air suling.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
<br />
<br />
A. Kesimpulan<br />
Dari uraian yang sudah dijelaskan diatas kami dapat menyimpulkan sebagai berikut.<br />
1. Dalam melakukan suatu praktikum, kita harus mengetahui tata tertib dalam melakukan praktikum di laboratorium. Oleh karena itu, kita harus mematuhi tata tertib yang ada.<br />
2. Kita dapat mengetahui berbagai bentuk alat praktiku beserta fungsinya.<br />
3. Kita dapat mengetahui cara kerja dalam menggunakan alat-alat praktikum.<br />
4. Kita dapat membersihkan alat-alat praktikum dengan berbagai cara.<br />
<br />
B. Saran<br />
Kita sebagai mahasiswa harus mengenal semua alat-alat yang ada di laboratorium sehinga kita bisa menggunakannya dengan tepat dan cermat. Pengenalan alat laboratorium sangatlah penting oleh semua mahasiswa MIPA khususnya jurusan Kimia karena ilmu Kimia selalu berkaitan dengan hal eksperimen.ariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2401171285384210212.post-44566503744624319982010-11-24T14:47:00.000-08:002010-11-24T14:47:07.226-08:00Ringkasan kebudayaan islamKEBUDAYAAN ISLAM<br />
A. KEBUDAYAAN ISLAM <br />
SECARA umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.<br />
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.<br />
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. <br />
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :<br />
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)<br />
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yang lurus dan rapat itu adalah budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.<br />
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.<br />
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.<br />
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:<br />
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2)<br />
Dalam perniagaan umat Islam semaksimal mungkin memperhatikan untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.<br />
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.<br />
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan Jepang. <br />
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.<br />
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan Islam.<br />
B. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM <br />
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.<br />
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.<br />
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.<br />
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)<br />
<br />
<br />
PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN ISLAM <br />
Kebudayaan Islam berdasarkan pada beberapa prinsip: <br />
1. Tuhan dalam Islam hanya Allah saja, maka semua perintah Allah <br />
diperlakukan bagi seluruh manusia dimanapun mereka berada, hal tersebut <br />
melingkupi seluruh manusia baik sebagai subjek (melaksanakan perintah-<br />
perintah Allah) dan juga sebagai objek (semua perintah Allah dilaksanakan <br />
manusia). <br />
2. Pranata dunia baru yang diatur Islam merupakan pranata yang dipenuhi <br />
dengan perdamaian. Penjajahan, perseteruan di antara bangsa-bangsa di dunia <br />
harus dihapuskan. Mewujudkan suatu perdamaian harus bersifat umum dan <br />
transparan bagi seluruh manusia, perseorangan maupun kelompok. Peraturan <br />
perdamaian harus diberikan kepada semua orang tanpa pandang bulu, <br />
diharapkan secara keseluruhan diterima dengan sepenuh hati tanpa adanya <br />
paksaan. <br />
3. Hukum Islam mengenai berbagai macam bangsa dan negara. <br />
Penawaran perdamaian yang diberikan oleh negara Islam kepada <br />
negara-negara di seluruh dunia diterima dengan baik, hal itu berarti telah <br />
terwujud suatu Pax Islamica (Pranata Dunia Baru), maka semua negara yang <br />
ada didalamnya berhak memperoleh privilege, sehingga tata aturan yang <br />
meliputi berbagai macam bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, <br />
agama, pertahanan dan keamanan akan mendapatkan perlindungan dari <br />
negara Islam yang sudah terbentuk. <br />
<br />
<br />
<br />
4. Hukum yang berkaitan dengan perang.<br />
Hukum Islam dalam menyatakan perang tidak berada pada lembaga <br />
eksekutif, namun pada Mahkamah Agung yang akan membuktikan serangan <br />
atau ketidakadilan yang dilakukan negara Islam dan warga negaranya (Al <br />
Faruqi, 1982: 199). Mahkamah Agung dapat menerapkan hukuman baik yang <br />
berasal dari pengadilan maupun Allah bagi seseorang yang membunuh, <br />
merusak harta benda, menyerang pendeta, wanita dan anak-anak, kecuali <br />
apabila mereka secara langsung ikut dalam peperangan. <br />
Islam mewajibkan orang Islam agar selalu siap berkorban jiwa raga <br />
untuk membela kebenaran dan keadilan. Seorang muslim yang syahid dalam <br />
medan perang pahalanya sorga. Meninggal bagi seseorang yang berjihad di <br />
jalan Allah itu merupakan penghormatan yang paling tinggi yang dapat <br />
dicapai manusia. <br />
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 169 dan surat At Taubah <br />
ayat 88, artinya: “Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur dalam <br />
peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak, bahkan mereka tetap hidup dan <br />
mendapat rezeki dari Tuhannya”, “Tapi Rasul dan orang-orang beriman yang <br />
bersamanya berjuang, baik dengan harta maupun jiwa raga mereka. Itulah <br />
orang-orang yang memperoleh kebaikan dan mereka itulah orang-orang yang <br />
berbahagia” (Departemen Agama, 1989: 105, 294).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
A. SIMPULAN <br />
Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.<br />
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu(i) . Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, sistem religi, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan peralatan(ii).<br />
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar untuk berubah.ariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2401171285384210212.post-63129419451790766582010-11-05T09:36:00.000-07:002010-11-05T09:36:09.703-07:00makalah bumi dalam alam semestaMAKALAH ILMU KEALAMAN DASAR<br />
<br />
“Bumi Dalam Semesta”<br />
<br />
<br />
DOSEN PEMBIMBING: <br />
Arif Sholahudin, S. Pd, M.Si<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
KELOMPOK I B<br />
ANGGOTA KELOMPOK:<br />
Aan Aji Priyambodo (A1C310237)<br />
Emilia Santi (A1310238)<br />
Farida Olfah (A1C310206)<br />
Linda (A1C310215)<br />
Hj. Neily Rahmi (A1C310221)<br />
<br />
<br />
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA<br />
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA<br />
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN<br />
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT<br />
BANJARMASIN<br />
2010<br />
KATA PENGANTAR<br />
<br />
<br />
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kepada kita jalan kemudahan, kesehatan lahir dan batin dan telah memberikan nilai guna kepada kita semua atas berbagai ilmu yang bermanfaat.<br />
Alhamdulillah, dengan dengan hidayah dan ridho Allah, kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat membawa wawasan pada pembacanya, khususnya teman-teman mahasiswa. Makalah ini berisi tentang “ BUMI DALAM ALAM SEMESTA “<br />
Penyusun juga meucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangan penyusun harapkan dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Banjarmasin, 12 Oktober 2010<br />
<br />
<br />
<br />
Penyusun<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR ISI<br />
<br />
KATA PENGANTAR i<br />
DAFTAR ISI ii<br />
BAB I PENDAHULUAN 1<br />
1.1 Latar Belakang 1<br />
1.2 Tujuan 2<br />
BAB II MATERI BEMBAHASAN 3<br />
2.1 BUMI DALAM ALAM SEMESTA 3<br />
2.1.1 Pembentukkan Alam Semesta 3<br />
2.1.2 Pembentukkan Tata Surya 5<br />
2.2 Bumi Sebagai Planet 7<br />
2.3 Sturuktur Bumi 8<br />
2.4 Pembentukan Benua Dan Samudera 11<br />
BAB III PENUTUP 13<br />
Kesimpulan 13<br />
DAFTAR PUSTAKA 15<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB 1<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
1.1 LATAR BELAKANG<br />
Terjadinya alam semesta hanya Allah SWT yang tahu. Bagi manusia alam semesta masih merupakan misteri, masih merupakan peristiwa yang gaib dan penuh rahasia. Namun walaupun demikian para ahli ilmu pengetahuan alam masih terus mengadakan penelitian-penelitian untuk mengungkap tabir misteri tersebut. Apa, mengapa, bagaimana dan kapan terjadi alam semesta ini. Oleh karena manusia dengan mempergunakan segala kemampuannya, mempergunakan teknologi canggih terus berusaha untuk mengungkapkann misteri alam semesta ini <br />
Pada awalnya, manusia menganggap bahwa bumi ini mempunyai kedudukan yang istimewa di alam semesta ini, karena melihat bahwa matahari terbit di sebelah timur, pada tengah hari ada di atas kepala kita dan terbenam di sebenam barat. Hal ini berarti matahari mengitari bumi. Anggapan ini pula yang mendasari hipotesis “Geosentris” dari Ptolomeus.<br />
Pandangan geosentris berubah, setelah Copernicus mengemukaan teori “Heliosentris”, yang mengemukaan bahwa sebenarnya bumi tidak memiliki kedudukan istimewa di alam semesta ini. Bumi adalah salah satu planet,yang bersama planet-planet lain bergerak mengitari bumi. Meskipun sejak abad 18 manusia sudah menyadari bahwa bumi adalah sebuah planet yang bergerak mengitari matahari, kesadaran ini baru muncul dengan kuat pada para kedua abad ke-20. Pada masa ini penerbanagn pesawat ruang angkasa semakin maju. Gambar-gambar bumi yang dilihat dari angkasa hasil pemotretan pesawat-pesawat angkasa ini membuat kesadaran yang muncul menjadi makin berkembang.<br />
Kebanyakan dari kita bertanya tentang bagaimana alam semesta berasal,kemana bergeraknya dan bagaimana hukum-hukum mempertahankan keteraturan dan keseimbangan selalu menjadi topik yang menarik.Para ilmuwan dan pakar membahas subyek ini dengan tiada henti dan telah menghasilkan beberapa teori. Teori ini berlaku sampai awal bad ke-20 ialah bahwa alam semesta mempunyai ukuran yang tidak terbatas,ada tanpa awal,dan bahwa terus ada untuk selama-lamanya. Menurut pandangan ini,yang disebut “model alam semesta statis”,alam semesta tidak mempunyai awal ataupun akhir. <br />
<br />
1. 2 Tujuan <br />
Makalah Bumi dalam alam semesta ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:<br />
a.Untuk mengetahui proses terbentuknya alam semesta dan tata surya.<br />
b.Untuk mengetahui bumi sebagai planet yang mempunyai kelebihan dan bermanfaat bagi manusia.<br />
c.Untuk mengetahui struktur bumi.<br />
d.Untuk mengetahui pembentukan benua dan samudera.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
MATERI PEMBAHASAN<br />
<br />
<br />
<br />
2.1 Pembentukan Alam Semesta Dan Tata Surya<br />
<br />
2.1.1 Pembentukan Alam Semesta<br />
Alam semesta yang kita ketahui sekarang ini awal mulanya berasal dari gas yang berserakan secara teratur di angkasa kemudian menjadi kabut (menjadi kumpulan-kumpulan kosmos). Dalam pengertian alam semesta mencakup tentang Mikrokosmos dan Makrokosmos.<br />
Pengertian alam semesta itu sendiri mencakup tentang mikrokosmos dan makrokomos, para ahli astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk tuhan yang berakal budi dan sebagai penghuni alam semesta selalu tergoda oleh rasa ingin tahunya, untuk mencari penjelasan tentang makna dari hal-hal yang di amati. Dengan diperolehnya berbagai pesan dan beraneka ragam cahaya dari benda-benda langit yang sampai di bumi, timbullah beberapa teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya alam semesta. Teori tersebut di kelompokkan menjadi:<br />
1). Teori Keadaan Tetap (steady-state theory)<br />
Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan, bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi. Teori ini menyatakan bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk tumbuh, menjadi tua dan akhirnya mati. Jadi, teori ini beranggapan bahwa alam semsta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya. <br />
Dengan di ketahuinya kecepatan radial galaksi-galaksi dengan bumi dari pemotretan hasil satelit, maka disimpulkan bahwa makin jauh jarak galaksi terhadap bumi, makin cepat galaksi tersebut menjauhi bumi. Hal ini sesuai dengan garis spectra yang menuju ke panjang gelombang yang lebih besar yaitu kearah merah yang di sebut dengan pergeseran merah. Hasil penemuan itulah yang menguatkan teori bahwa alam semesta selalu berekspansi dan berkontraksi.Siklus tersebut diduga berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun dalam masa ekspansi, terbentuklah galaksi serta bintang-bintangnya.Ekspansi ini di dukung oleh adanya tenaga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen dan akhirnya akan membentuk berbagai unsur lain yang lebih kompleks. Sedangkan masa kontraksi galaksi dan bintang yang terbentuk, meredum dan unsur-unsur yang terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi. Dengan demikian harus ada ledakan yang memulai adanya pengembangan.<br />
<br />
2). Teori Ledakan Dahsyat (Big Bang Theory)<br />
Teori ini menyatakan bahwa alam semsta ini berasal dari kondisi super padat dan panas yang kemudian meledak, mengembang sekitar 13.700 juta tahun yang lalu. Teori ledakan ini bertolak dari asumsi adanya suatu masa yang sangat besar sekali dan mempunyai berat jenis yang sangat besar, meladak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Massa itu kemudian berserak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.<br />
Setelah berjuta-juta tahun, masa yang berserak itu berbentuk kelompok galaksi yang ada sekarang. Mereka terus bergerak menjauhi titik pusatnya. Teori ini didukungan oleh kenyataan dari pengamatan bahwa galaksi itu memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Menurut teori ini ada beberapa masa yang penting selama terjadinya alam semesta, yakni:<br />
a. Masa batas dinding planck yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43 detik berdasarkan hasil perhitungan Panck.<br />
b. Masa Jify yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik, dengan jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatnnya 1055 kali kerapatan air.<br />
c. Masa Quark yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik. Pada masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih da tidak berstruktur serta diikuti dengan terbentuknya hadron yang mempunyai kerapatan 109 ton tiap sentimeter kubik.<br />
d. Masa pembentukan Lipton yaitu masa pada saat alam semsta berumur 10- detik.<br />
e. Masa radiasi yaitu masa alama semesta berumur 1 detik sampai satu juta kemudian pada saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium mempunyai suhu 109 derajat Kelvin. Pada saat usia alam semesta berumur 105 sampai 106 tahun mepunyai suhu 3000 derajat Kelvin.<br />
f. Masa pembentukan Galaksi yaitu pada usia alam semesta 108-109 tahun. Pada saat usia ini galaksi masih berupa kabut Pilin yang berputar membentuk piringan raksasa.<br />
g. Masa pembentukan tata surya yaitu pada usia 4,6 x 109 tahun.<br />
<br />
3). Teori Creatio Continua<br />
Dikemukakan oleh Fred hoyle, Bindi dan Gold. Teori ini menyatakan bahwa saat siciptakan alam semesta ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada,alam semesta tidak pernah bermula dan tidak pernah berakhir.<br />
<br />
2.1.2 Pembentukkan Tata Surya<br />
<br />
<br />
Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusat dari benda-benda lain seperti planet, satelit, meteor – meteor, komet – komet, debu dan gas antar planet yang beredar mengililinginya. Keseleruhan system ini bergerak mengililingi pusat galaksi. Bagaimana tata surya terbentuk? Banyak teori tentang asal usul tata surya dikemukakan orang, tetapi belum ada satu pun yang dapat diterima oleh semua pihak. Diantara teori itu antara lain :<br />
1). Hipotesis Nebuler/debu<br />
Hipotesis ini dikemukakan oleh Kant dan Laplace pada tahun 1796. Ia yakin bahwa system tata surya terbentuk dari kondensasi awan panas. Pada proses kondensasi tersebut sebagian terpisah dan merupakan cincin yang mengililingi pusat. Pusatnya itu menjadi sebuah bintang atau matahari. Bagian yang mengililingi pusat tersebut, dengan cara yang sama berkondensasi membentuk suatu formula yang serupa dengan terbentuknya matahari tadi. Setelah mendingin, benda – benda ini akan menjadi planet - planet seperti bumi dalam benda yang mengililinginya.<br />
2). Hipotesis Planettesimal<br />
Dikemukakan oleh Chamberlain dan Moulton. Hipotesis ini bertitik tolak dari pemikiran hipotesis nebular yang menyatakan bahwa sistem tata surya terbentuk dari kabut gas yang sangat besar, berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada asumsi bahwa terbentuknya planet itu tidak harus dari satu badan, tetapi diasumsikan adnya bintang besar lain yang sedang lewat didekat bintang yang merupakan bagian dari tata surya kita. Kabut gas dari bintang lain itu, sebagian berpngaruh oleh daya tarik matahari kita dan setelah mendingin terbentuklah benda – benda yang disebut planettesimal.<br />
3). Teori Tidal/ pasang surut<br />
Hipotesis ini dikemukakan oleh James dan Harold Jeffreys pada tahun 1919.menurut teori ini, ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari dan kemudian menghilang. Pada saat itu, sebagian matahari tertarik dan lepas. Dari bagian matahari yang lepas inilah kemmudian terbentuk planet – planet.<br />
4). Hipotesis Bintang Kembar<br />
Hipotesis ini berpendapat bahwa kemungkinan matahari terdahulu merupakan sepasang bintang kembar. Oleh sesuatu sebab, salah satu bintang meledak dan akibat gaya tarik gravitasi, bintang yang satunya sekarang menjadi matahari. Pecahan tersebut tetap berada disekitar dan beredar mengililinginya.<br />
5). Teori G.P. Kuiper<br />
Dikemukakan oleh G.P. Kuiper pada tahun 1950. G.P Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan yang ditemui di tata surya dan menyuarakan penyempurnaan atas teori-teori yang telah dikemukakan yang mengandalkan matahari serta semua planet-planet berasal dari gas purba yang ada di ruang angkasa.<br />
<br />
2.2 Bumi Sebagai Planet<br />
<br />
Bumi adalah planet ketiga dari 8 planet dalam tata surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6milyar tahun jarak antara bumi dengan matahari adalah 149,6 juta kilometer atau 1 AU (ing: ASTRONOMICAL UNIT).<br />
Bumi kita tidak bulat sempurna, melainkan pepat pada kutub – kutubnya dan menggelembung pada equatornya. Jari- jari dikutub bumi adalah 6.356,8 Km sedangkan pada equator jari- jari nya 6.378,2 Km. pepat nya bola bumi ini disebabkan pada saat baru terbentuk bumi belum terlalu padat dan rotasinya membuat menggelembung pada bagian yang tegak lurus sumbu rotasi, yaitu bagian equator.<br />
Ciri bumi dapat juga ditunjukkan oleh nilai massa jenisnya. Dengan mengetahui masa jenis bumi kita dapat mempekirakan bahan-bahan penyusun bumi khususnya bagian dalam bumi. Kita telah mengetahui massa dan jari-jari bumi. Jika kita anggap bumi berbebtuk bola, maka volum bumi dapat kita hitung dengan rumus volum bola (4/3)R2, dengan R adalah jari-jari bumi. Massa jenis rata-rata bumi kira-kira 5.500 kg/m3 atau 5,5 massa jenis air (1000 kg/m3).<br />
Selain memiliki massa jenis bumi juga melakukan rotasi. Rotasi adalah perputaran bumi berputar pada porosnya. Waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi satu kali dmengitari porosnya adalah 1 hari atau 24 jam (tepatnya adalah 23 jam 56 menit 4,09 detik). Arah rotasi bumi adalah “arah timur” yaitu dari barat ke timur.<br />
Rotasi bumi terhadap porosnya menyebabkan :<br />
a) Pergantian siang dan malam hari.<br />
b) Gerak semu harian benda langit.<br />
c) Penggembungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi.<br />
d) Perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya. <br />
Bumi juga melakukan Revolusi yaitu gerak bumi mengitari matahari. Arah revolusi sama dengan arah rotasi, yaitu berlawan dengan arah jarum jam.Arah revolusi bumi ini diciptakan sebagai “arah timur”, yaitu gerak dari timur ke barat. Satu kali revollusi bumi (disebut periode revolusi bumi) memerlukan waktu 362,25 hari (tepatnya 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik).<br />
Revolusi bumi mengitari matahari menyebabkan :<br />
a) Pergantian musim<br />
b) Perubahan lamanya siang dan malam<br />
c) Gerak semu tahunan matahari<br />
d) Terlihatnya bintang yang berbeda dari bulan ke bulan.<br />
<br />
2.3 Struktur Bumi<br />
<br />
Komposisi dan Struktur<br />
<br />
<br />
<br />
Bumi adalah sebuah planet kebumian, yang artinya terbuat dari batuan, berbeda dibandingkan gas raksasa seperti Jupiter. Planet ini adalah yang ter besar dari empat planet kebumian,dalam kedua arti , massa dan ukuran.dari ke empat panet kebumian, juga memiliki kepadatan tertinggi, gravitasi permukaan terbesar, medan magnet terkuat dan rotasi paling cepat. Bumi juga merupakan satu-satunya planet kebumian yang memiliki lempeng tektonik yang aktif.<br />
<br />
Bentuk <br />
Bentuk planet bumi sangat mirip dengan bulatan gepeng (ablate spheroid). Sebuah bualtan yang tertekan ceper pada orientasi kutub-kutub yang menyebabkan buncitan pada khatulistiwa. Buncitan ini terjadi karena rotasi bumi,menyebabkan ukuran diameter khatulistiwa 43 km lebih besar dibandingkan diameter dari kutub ke kutub. Diameter rata-rata dari bulatan bumi adalah 112.742 km, atau kira-kira 40.000km/π. Karena satuan meter pada awalnya didefinidikan sebagai1/10.000.000 jarak antara khatulistiwa ke kutub utara melalui kota Paris, Prancis.<br />
Proses alam endogen/tenaga bumi yang berasal dari dalam bumi. Tenaga alam endogen bersifat membangun permukaaan bumi ini.Tenaga alam eksogen berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Jadi kedua tenaga itulah yang membuat berbagai macam relief di muka bumi ini seperi yang kita tahu bahwa pemukaan bumi yang kita huni ini terdiri atas berbagai bentukan seperti gunung,lembah,bukit,danau,sungai,dsd. Adanya bentukan-bentukan tersebut menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Bentukan-bentukan tersebut dikenal sebagai relief bumi.<br />
<br />
Lapisan bumi<br />
Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :<br />
1). Kerak bumi<br />
<br />
<br />
<br />
Kerak bumi adalah lapisan terluar dari bumi yang terbagi dua kategori, yaitu kerak samudera dan kerak benua. Kerak samudera memiliki ketabalan sekitar 5-10 km, sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan 20-70 km. penyusun kerak samudera yang utama adalah batuan basalt, sedangkan penyusun utama kerak benua adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt. Kerak bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km. temperature kerak meningkat seiring kedalamannya . pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200-400o C. kerak dan bagian mantel yang relative padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan bagian atmosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergrak. Temperaturnya meningkat 30oC setiap km, namun gradian panas bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih dalam.<br />
<br />
2). Mantel bumi<br />
<br />
<br />
Mantel bumi terletak di antara kerak dan ini bumi. Mantel bumi merupakan batuan yang mengandung magnesium dan silikon. Suhu pada bagian mantel bagian atas ± 1500oC-300oC.<br />
3). Inti Bumi<br />
Lapisan ini bumi dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapidan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sebesar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya 4.500oC.<br />
Berdasarkan susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:<br />
a). Atmosfer<br />
<br />
<br />
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. gerakan udara dalam atmosfer terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta perputaran bumi. Perputaran bumi ini akn mengakibatkan bergeraknya masa udara, sehingga terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam atmosfer yang dapat menimbukan arus angin.<br />
b). Litosfer<br />
Adalah lapisan kulit bumi paling luar yang berupa batuan padat.litosfer tersusun dalm dua lapisan, yaitu kerak dan selubung yang tebalnya 50-100 km. litosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapat menimbulkan pergeseran benua.<br />
c). Hidrosfer <br />
Air adalah senyawa gabungan dua atom hydrogen dengan satu atom oksigen menjadi H2O. sekitar 71% permukaan bumi merupakan wilayah parairan. Lapisan air yang menyelimuti permukaan bumi disebut hidrosfer.<br />
d). Biosfer <br />
Biosfer merupakan sistem kehidupan paling besar karena terdidri dari gabungan ekosistem yang ada di planet bumi. System ini mencakup semua makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan utuh. Secara etimologi, biosfer berasal dari dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Dengan demikian dapt di artikan biosfer adalah lapisan tempat tinggal makhluk hidup. <br />
<br />
2.4 Pembentukan Benua dan Samudera<br />
<br />
Benua dan samudera terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Dahulu bentuk benua dan samudera tidak seperti sekarang ini. Setelah melalui proses yang maka terbentuklah benua seperti pada saat ini.<br />
Ada seorang ilmuwan asal Jerman yang bernama Alfred Wagener yang mengemukakan teori tentang pembentukan benua. Menurut Alfred Wagener, sebelum jaman Carbon (± 300 juta tahun lalu), semua benua yang ada sekarang ini trgabung menjadi satu yang disebut benua Pangea. Benua pangea kemudian terpecah menjadi dua benua, yaitu benua Laurasia (di bagian utara) dan benua Gondwana (di bagian selatan). Proses pecahnya benua Pangea ini terjadi sekitar135 juta tahun yang lalu. Selanjutnya benua Laurasia bagian barat bergerak ke utara menjauhi benua Gondwana yang akhirnya membentuk benua Amerika utara. Sedangkan benua Gondwana di selatan terpecah menjadi beberapa benua, yaitu sebagai berikut :<br />
1). Bagian barat bergeser terus kea rah barat menjadi benua Amerika Selatan.<br />
2). Bagian timur bergerak ke timur menjadi benua Afrika.<br />
3). Bagian yang lebih kecil di bagian timur terus bergerak kea rah timur laut dan menjadi India.<br />
4). Satu bagian lagi terpecah menjadi dua,yaitu bagian timur terus bergerak ke arah timur laut, dan pechn bagn barat terus bergerak ke arah selatan.<br />
Pekembangan selanjutnya, Amerika utara bergabung menjadi satu dengan Amerika Selatan, Eurasia menjadi benua Eropa dan benua Asia. Bagian selatan yang bergerak ke selatan menjadi benua Antartika dan bagian dari bagian selatan yang bergerak ke timur laut menjadi benua Australia. Teori Waneger disebut juga Teori Pergeseran Benua. Teori ini didsarkan pada fakta-fakta sebagai berikut.<br />
1) Lekukan atau bentuk pantai di Afrika Timur, Amerika utara, dan Amerika Selatan dengan pantai Barat Eropa dan hamper sama.<br />
2) Daratan Tanh Hijau (Greenland) menjauh dari Eropa sejauh ± 36 cm setiap tahun.<br />
3) Tanah di Amerika Selatan, Afrika, India, Australia dan Antartika menunjukan persamaan sifat.<br />
4) Pulau Madagaskar dalam geraknya ke arah barat terhambat oleh Afrika.<br />
5) Posisi benua dan samudera.<br />
Samudera atau lautan berasal dari bahasa sansekerta yaitu laut yang luas dan merupakan massa air asin yng sambung menyambung meliputi permukaan bumi yang yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar. Lapisan air asin ini dapat mengisi cekungan di daratan maupun di lekukan yang besar di permukaan bumi. Lapisan air yang menyelimuti lekukan- lakukan permukaan bumi tersebut membentuk massa air luas yang dikenal dengan samudera atau lautan dengan massa air yang sempit disebut dengan laut.<br />
Perairan laut yang besar dikenal dengan samudera tersebar pada 4 samudera antara lain :<br />
1). Samudera Hindia;<br />
2). Samudera Pasifik;<br />
3). Samudera Atlantik,dan<br />
4). Samudera Arktik.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
<br />
Kesimpulan<br />
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa keseluruhan alam semsta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejab. Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang”, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 13,7 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tidak ada yang disebut sebagi materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi,energi,bahkan waktu belum ada dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi,energy, dan waktu.<br />
Bumi dikatakan sebagai planet karena mengorbit mengelilingi matahari (berevolusi), mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat), telah mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri di daerah sekitar orbitnya.<br />
Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :<br />
a) Kerak bumi merupakan kulit bumi bagian luar.<br />
b) Selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi.<br />
c) Inti bumi yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900-5200 km.<br />
Benua adalah daratan yang sangat luas. Pada awalnya bumi terbentuk seluruh benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh pergeseran kerak bumi.<br />
Semudera atau lautan adalah laut yang luas dan merupakn massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSAKA<br />
<br />
<br />
Wadiyatmoko, K.2004.Geografi SMA.Jakarta:Erlangga<br />
Perkin, Otho E, et al.1981.Work-a Text in Earth Science,edisi revisi.New York:Globe Book Company, Inc<br />
Google.http:/google.bumi dan alam semesta.diakses 08 Oktober 2010<br />
Wikipedia,http:/id.wikipedia.alam semesta dan tata surya.diakses 08 Oktober 2010<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
15ariedhttp://www.blogger.com/profile/08327312170169320936noreply@blogger.com2