Rabu, 24 November 2010

pengantar lab

Percobaan 1
Judul : PENGENALAN ALAT – ALAT LABORATORIUM
DAN FUNGSINYA
Tujuan : Mengenali alat – alat laboraorium serta menggetahui
fungsinya
Hari / Tanggal : Sabtu / 15 Oktober 2010
Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin


1. Latar Belakang

Laboratorium kimia merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk melakukan suatu percobaan dan penelitian yang disebut praktikum. Praktikum di laboratorium sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu-ilmu kimia secara nyata dan diperlukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melakukan suatu percobaan, kita tentunya harus mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Alat-alat yang digunakan tersebut disesuaikan dengan tujuan percobaan. Akan tetapi, selain kita sudah mengetahui masing-masing nama alat. Kita juga harus mengetahui fungsi alat-alat yang digunakan, bagaimana cara penggunaannya. Hal ini bertujuan agar praktikum yang kita lakukan bisa berjalan dengan lancar, baik, dan benar. Selain itu, kita juga harus berhati-hati serta penuh ketelitian dalam menggunakan alat-alat laboratorium, karena sebagian alat-alat laboratorium tersebut terbuat dari kaca,porselin, dan sejenisnya yang bersifat mudah pecah. Namun pembahasan ini akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.
1. Tata Tertib dan Petunjuk umum Praktikum Kikia Dasar
Ada beberapa tata tertib dan petunjuk umum praktikum kimia dasar yang harus dipatuhi dalam melakukan suatu praktikum di laboratorium sebagai berikut.
a. Umum
Bagi setiap praktikan disediakan Penuntun Praktikum. Apabila saat praktikum tiba, masuklah ke ruang laboratorium. Tanda tangani daftar hadir dan segera menuju ketempat kerja (meja masing-masing). Simpan tas dan kenakan jas lab. Bergegaslah untuk mendengarkan penjelasan asisten atau Pemimpin Praktikum sambil membawa buku Penuntun Praktikum dan Buku Catatan. Setelah itu kembalilah ketempat kerja, periksalah dan tanda tangani daftarvinvestaris alat. Hasil pengamatan segera dicatat dalm buku catatan. Data yang lain dapat ditanyakan kepada asisten atau Pemimpin Praktikum.
Aspek yang dinilai dari pelaksanaan praktikum antara lain kesiapan, keterampilan, jawaban atas pertanyaan/ diskusi yang diberikan oleh asisten, kerapian dan pengaturan tempat kerja, kemampuan bekerja sendiri, kebenaran pencatatan data, ketaatan pada instruktur atau peraturan, penguasaan materi praktikum dan kemauan kerja.
Setelah selesai bekerja, kembalikan semua peralatan yang di pinjam kepada Petugas Lab. Jangan tinggalkan lab sebelum petugas membubuhkan tanda tangan pada daftar investaris anda.
Untuk percobaan tertentu (ditentukan oleh Pemimpin Praktikum), diminta dibuatkan laporan. Serahkan laporan pada saat percobaan berikutnya.
b. Kebersihan Tempat Kerja
Untuk setiap praktikan disediakan meja tertentu yang akan terus digunakan selama melakukan percobaan. Selama bekerja haruslah dijaga supaya meja tempat nbekerja tidak kotor, basah dan penuh dengan barang-barang yang tidak perlu. Janganlah sekali-kali meninggalkan meja yang kotor. Biasakan memeriksa apakah kran gas dan keran air telah tertutup. Tempat cuci tidak boleh diisi dengan barang-barang yang tidak larut.
c. Ketertiban
Di dalam laboratorium mahasiswa dilarang merokok, mengenakan topi, memakai sandal. Pada waktu praktikum semua mahasiswa diharuskan mengenakan jas lab lengan panjang.
d. Absensi
Jika sakit atau hal lain, mahasiswa tidak dapat datang pada suatu percobaan, maka hal tersebut hendaknya dilaporkan secepat mungkin kepada Pemimpin Praktikum, dengan membawa surat-surat yang perlu (surat dokter, dsb). Absen tanpa alasan yang syah dapat menyukarkan mahasiswa sendiri.
e. Beberapa Teknik Pengerjaan
Beberapa teknik pengerjaan dalam laboratorium, akan diterangkan kepada praktikum secara lisan, maupun dengan peragaan yang dilakukan oleh asisten.
f. Investaris Alat-alat Praktikum
Tiap meja praktikum dilengkapi dengan investaris alat-alat yang diperlukan untuk pokok tugas percobaan. Periksa kelengkapan dan keutuhan alat-alat investaris, dicocokkak daftarnya. Kerusakan atau pemecahan alat selama bekerja harus dilaporkan kepada asisten.

g. Penuntun dan Catatan Praktikum
Setiap praktikan harus menyediakan satu buku ukuran kwarto, untuk catatan praktikum. Sebelum menggunakan buku catatan tersebut, semua halaman harus diberi nomor. Suatu catatan laboratorium berisi:
1. Prinsip, tujuan
2. Pengamatan percobaan
3. Perhitungan yang perlu dan singkat
4. Jawaban pertanyaan, jika ada dalam petunjuk percobaan.
h. Tugas Sebelum Praktikum
Pada penuntun praktikum untuk setiap percobaan terdapat tugas sebelum praktikum yang harus dikerjakan dan diserahkan pada asisten sebelum melakukan percobaan.
i. Tes Praktikum
j. Laporan

2. Intruksi Laboratorium
Adapun beberapa intrusi yang harus di perhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Laboratorium sebagai tempat latihan dan kerja, menuntut kesungguhan yang tinggi.
2. Mempersiapkan diri untuk setiap percobaan yang akan dilakukan, dengan membaca dan memahami petunjuk praktikum sebelum datang di Laboratorium. Mengikuti petunjuk secara menyeluruh dan kritis (intelegen). Penyimpangan hendaknya tidak ditutup-tutupi, melainkan dibicarakan/didiskusikan. Mencatat dan memperhatikan larangan-larangan.
3. Bekerja sesuai dengan petunjuk. Jangan bekerja serampangan, terlebih lagi bekerja tanpa mengikuti petunjuk.
4. Jika asam atau zat lain yang korosip memercik, segera dilap bagian yang terkena percikan dengan kain/kertas halus, lalu basuh/bilas dengan air banyak-banyak.
5. Jangan menyentuh zat-zat kimia kecuali yang diintruksikan.
6. Jangan menjilat atau mencicipi zat kimia yang tidak diintruksikan.
7. Pada saat mengamati/mereaksikan suatu zat, jangan hadapkan ke arah muka/badan secara tegak. Untuk membaui, jangan hirup langsung, gas yang akan dicium baunya supaya didekatkan hidung kemulut bejana, kibas-kibaskan telapak tangan didekat mulut bejana, hisap dengan perlahan-lahan.
8. Hati-hati jika memanaskan benda dari gelas, sebab gelas yang dingin dan yang panas tidak dapat dibedakan secara visual.
9. Hati-hati dengan api. Pembakar yang tidak digunakansupaya dipadamkan apinya. Setiap pembakaran harus segera dipadamkan. Gunakan kain yang sudah dibasahi dengan air untuk menungkup api. Alat pemadam di laboratorium harus diketahui secara pastitempatnta dan cara menggunakannya.
10. Laporkan setiap kecelakaan bagaimanapun kecilnya bentuk kecelakaan itu kepada asisten atau Pemimpin Praktikum yang sedang bertugas.
11. Hati-hati dengan zat-zat yang berbahaya.
12. Jangan membuang benda-benda padat kedalam wasbak cuci. Benda-benda padat (misalnya batang korek api, pasir, BaSO4, kertas saring, plastik, dsb) akan menyumbat pipa saluran pembuangan.
13. Baca label atau etiket yang tertera pada botol atau wadah reagent. Baca sekali lagi etiket pada wadah sebelum mengambil isinya (zat).
14. Ambil zat yang sesuai dengan yang diintruksikan. Janaan ambil berlebihan dan jangan pula terlalu sedikit dari mumlah yang telah diintruksikan. Jangan sekali-kali kembalikan zat atau reagent yang sudah diambil kedalam botol/wadah semula.
15. Alat dan tempat percobaan harus selalu bersih, demikian juga wadah dan meja tempat reagent disimpan. Hindarkan percikan-percikan zat/reagent. Namun apabila terjadi percikan supaya segera dibersihkan dan jangan dibiarkan terlalu lama.
16. Alat dan zat yang digunakan bersama jangan dibawa ketempat/meja sendiri, atau ketempat lain yang bukan tempatnya.
17. Pada akhir praktikum. Tugas selanjutnya adalah:
a. Membersihkan semua alat yang digunakan, lalu disimpan ditempat semula.
b. Melaporkan atas kerusakan atau hilangnya alat yang menjadi tanggung jawab kita.
c. Menutup semua kran gas yang sempat dibuka dan periksa baik-baik.
d. Membersihkan meja kerja yang telah digunakan.
e. Membasuh tangan dengan menggunakan sabun cuci.
f. Menhghadap asisten untuk berdiskusi, melaporkan dan mendapatkan persetujuan perihal catatan praktikum.




A. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium
Seperti yang telah kita ketahui, dalam melakukan suatu percobaan tentunya memerlukan alat-alat praktikum. Adapun beberapa alat yang dapat kalian ketahui sebagai berikut dan akan di lampirkan pada sebuah tabel.
No. Nama Alat Fungsi
1 Plat Tetes Tempat mereaksikan zat dalam jumlah yang sangat kecil dan biasanya digunakan untuk uji iodium
2 Lumpang/Mortal Tempat untuk menghaluskan zat padat dan mencampur padatan kimia
3 Alu/Pastle Alat tumbuk yang digunakan untuk menghaluskan zat padat
4 Kaca Arloji - Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel
- Tempat saat menimbang bahan kimia
- Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
5 Cawan Petri Tempat menimbang dan menyimpan bahan kimia
6 Penjepit Besi Untuk mengambil atau membawa krusibel
7 Sendok Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat kimia ketika melakukan reaksi-reaksi kimia
8 Cawan Porselin Untuk proses peleburan dan pemanasan
9 Corong Menyaring campuran kimia dengan gravitasi
10 Pipet Tetes Mengambil cairan dalam skala tetesan kecil
11 Tang Krusibel/Gegep Untuk mengambil dan membawa krusibel
12 Penjepit Kayu Untuk menjepit tabung reaksi, mengambil alat yang tidak boleh diambil dengan tangan
13 Spatula Mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan
14 Gelas Ukur Mengukur larutan dalam skala makro
15 Labu Ukur atau labu volumetri Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur
16 Batang Pengaduk Mengaduk cairan didalam gelas kimia
17 Termometer Untuk mengukur suhu larutan
18 Gelas Kimia Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan larutan zat-zat kimia
19 Labu bundar berleher pendek Memanaskan dan menyimpan larutan
20 Labu bundar berleher panjang Memanaskan dan menyimpan larutan
21 Tabung Reaksi Mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit
22 Rak Tabung Reaksi Tempat meletakkan tabung reaksi
23 Erlenmeyer Penghisap Untuk menampung cairan hasil titrasi
24 Erlenmeyer Untuk menyimpan dan memanaskan larutan atau menampung filtrasi hasil penyaringan
25 Kaki Tiga Memanaskan, menguapkan, membakar bahan, dan untuk menyangga spiritus
26 Kasa Asbes Alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar
27 Botol Reagen Menyimpan dan membuat zat
28 Sel Volta Untuk mengaduk larutan
29 Corong Butchner Untuk menyaring zat kimia atau larutan kimia
30 Botol Semprot Untuk membilas peralatan kimia lain
31 Pembakar Spiritus Memanaskan bahan kimia
32 Sarung Tangan Untuk menutup tangan sewaktu melakukan praktikum atau dipakai ketika mengambil larutan
33 Klem Untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi
34 Statip dan Gelang besi Menegakkan buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya
35 Corong pisah Untuk memisahkan larutan yang memiliki kelarutan yang berbeda, seperti dalam proses ekstraksi
36 Buret Mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi
37 Pipet Volume Baru Mengambil larutan dalam jumlah yang cukup besar dari pipet tetes
38 Pipet Volume Lama Mengambil larutan kimia
39 Desikator - Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air
- Mengeringkan padatan
40 Neraca Menimbang zat-zat kimia dengan ketelitian max 1 mg
41 Sikat Tabung Membersihkan tabung

Pada tabel diatas telah dijelaskan fungsi-fungsi dari alat-alat praktikum tersebut. Selain mengetahui alat-alat praktikum dan funsinya, dbawah ini akan dijelaskan sedikit tentang alat-alat tersebut.
1. Plat Tetes

Alat ini terbuat dari porselin.
2. Alu dan Lumpang

Alat ini dapat disebut juga dengan mortal dan pestle terbuat dari porselin, kaca atau batu granit.
3. Kaca Arloji

Alat ini terbuat dari kaca bening yang terdiri dari berbagai ukuran, diameter.



4. Cawan Petri

Cawan petri atau telepa petri merupakan sebuah alat yang berbentuk seperti gelas kimia yang berbanding sangat rendah yang terbuat dari kaca borosilikat yang tahan panas. Cawan petri selalu berpasangan, yanag ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877 yaitu Julius Richard Petri (1852-1921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman.
5. Penjepit besi
Alat ini terbuat dari besi atau baja
6. Sendok
Sendok merupakan sebuah alat yang terbuat dari porselin. Alat ini bukan sendok yang digunakan kita dalam sehari-hari, tetapi digunakan khusus untuk melakukan kegiatan selama di dalam laboratorium.
7. Cawan Porselin
Cawan porselin terbuat dari porselin yang berbentuk bundar
8. Corong
Corong bisa terbuat dari plastik ataupun kaca tahan panas, dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai yang terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek
9. Pipet tetes

Pipet tetes berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi dengan karet

10. Tang Krusibel
Alat ini terbuat dari besi dan baja
11. Penjepit Kayu


Penjepit kayu terbuat dari kayu
12. Spatula

Benda ini berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless atau alumunium
13. Gelas Ukur

Gelas ukur berupa gelas tinggi dengan skala disepanjang dindingnya terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai 10 ml sampai 2 L






14. Labu Ukur

Labu ukur berupa labu dengan leher yang panjang dan tertutup, terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. Labu ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 ml sampai 5 L. Alat ini biasanya juga digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Kebanyakan labu volumetri mempunyai sumbat kaca asah atau polirtilena, tudung ulir atau tudung cungkil plastik (snap caps).
15. Batang pengaduk

Batang pengaduk terbuat dari kaca tahan panas
16. Termometer

Termometer merupakan sebuah alat yang terbuat dari kaca yang tahan panas
17. Gelas kimia

Gelas kimia (beaker) atau disebut juga dengan gelas piala merupakan sebuah alat yang berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200o C. Ukuran alat ini ada yang 50 ml, 100 ml, dan 2 L
18. Labu Bundar Berleher Pendek
Alat ini berupa labu dengan leher pendek dan tertutup. Terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena akan memuai, ukuran dari 1 ml sampai 2 ml
19. Labu Bundar Berleher Panjang
Alat ini berupa labu dengan bentuk leher panjang. Alasnya ada yang bundar dan ada juga yang rata. Alat ini terbuat dari kaca yang tahan panas pada suhu 120oC-300oC. Ukurannya mulai dari 250 ml sampai 2000 ml
20. Tabung Reaksi

Tabung reaksi yaitu berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Alat ini terbuat dari kaca borosilikat tahan panas dan terdiri dari berbagai ukuran





21. Rak Tabung Reaksi

Alat ini terbuat dari kayu
22. Erlenmeyer Penghisap
Erlenmeyer penghisap berupa gelas yang diameternya semakin keatas semakin mengecil. Ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang kepompa vakum. Terbuat dari kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm. Ukurannya dari 100 ml sampai 2 L
23. Erlenmeyer

Erlenmeyer berupa gelas yang diameternya semakin keatas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 ml sampai 2 L
24. Kaki Tiga

Alat ini terbuat dari besi yang digunakan untuk menyangga alat-alat pada saat dipanaskan


25. Kasa Asbes

Kasa asbesyaitu kawat kasa yang dilapisi asbes
26. Botol Reagen

Alat initerbuat dari jenis kaca yang cukup tebal
27. Sel volta
Alat ini berupa magnet
28. Corong Buchner

Corong buchner biasanya terbuat dari porselin. Namun kadang ada juga yang terbuat dari kaca dan plastik. Dibagian atasnya terdapat sebuah silinder dengan dasar yang berpori-pori.




29. Botol Semprot

Botol semprot atu botol cucia merupakan botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Setiap praktikan hendaknya mempunyai botol cuci dengan kapasitas yang sesuai yang dapat mengalirkan air suling dari dalam ujung paruh yang disambung kebagian utama botol itu. Botol cuci digunakan bila diperlukan aliran air suling yang kecil dan terarah, seperti bila membilas dinding dalam bejana kaca untuk menjamin tidak adanya tetesan larutan sampel yang hilang.
30. Pembakar spiritus

Alat ini disebut juga dengan burner yang terbuat dari kaca
31. Sarung tangan

Alat ini terbuat dari karet yang biasanya digunakan para praktikan sebelum memulai sebuah percobaan sebagai alat pelindung keamanan dan keselamatan kerja



32. Klem

Alat ini terbuat dari besi atau baja yang digunakan untuk titrasi. Ada terdapat beberapa jenis klem yaitu;
a. Klem manice yang terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk memegang peralatan gelas yang dipakai pada proses destilasi. Bagian belakangnya dihubungkan dengan statif menggunakan klem bosshead
b. Klem bosshead yang terbuat dari besi atau laumunium yang berfungsi untuk menghubungkan statip dengan klem manice atau pemegang corong.
33. Statip dan gelang besi.

Kedua alat ini terbuat dari baja
34. Corong pisah.
Alat ini berupa corong yang bagian atasnya bulat dengan lubang pengisi terletak disebelah atas dan pada bagian bawahnya berkatup. Alat ini terbuat dari kaca. Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, ataupun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca atau teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
35. Buret.
Alat ini merupakan peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya untuk mengalirkan aliran cairan yang akan dikeluarkan. Alat ini memiliki beberapa macam ukuran yaitu mulai dari 5 ml dan 10 ml dengan skala 0,01 ml, 25 ml, dan 50 ml dengan skala 0,05 ml.
Ada dua jenis buret lain yang krannya terdiri dari sepotong karet yang ujungnya dilengkapi dengan pipa kaca, yang ujungnya dibuat runcing. Untuk mengatur larutan, dipasang penjepit Mohr atau kedalam karet dimasukkan kelereng kaca.
Khusus untuk titrasi larutan panas, digunakan buret dengan kran disamping, agar panas larutan yang dititrasi tidak sampai kecairan dalam buret, sehingga tidak memoengaruhi volum larutan dalam buret. Buret yang sering digunakan, diberi skala sampai sepersepuluh mililiter. Apabila ujung atas buret tidak berbentuk corong, gunakan corong kaca bertangkai pendek.
36. Pipet Volume.

Pipet volume terdiri dari 2 macam, yaitu jenis yang lama dan yang baru.
37. Desikator

Desikator adalah sebuah bejana yaitu berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline, dan desikator biasanya terbuat dari kaca, namun kadang-kadang terbuat dari logam yang digunakan untuk menyetimbangkan objek dengan atmosfer terkontrol. Karena desikator biasanya terletak dalam ruang terbuka, temperatur umumnya akan mendekati temperatur kamar. Normalnya kelembaban udara seperti inilah yang diinginkan. Objek seperti botol timbang atau krus, dan zat-zat kimia cenderung menarik kelembaban dari udara.
Desikator akan menyediakan kesempatan bagi bahan-bahan tersebut untuk berkesetimbangan dengan atmosfer yang kelembabannya rendah dan terkendali sehingga kesalahan yang disebabkan oleh penimbangan air bersama-sama dengan objek itu dapat dihindarkan.
38. Neraca Analitik

Neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium pengantar merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 g sampai dengan ± 0,0001 g (±0,1 mg). Ini merupakan ketidaktentuan dari hanya 1 bagian persejuta, sampai tahun 1950-1n kebanyakan dari neraca ini adalah neraca dua piring, yang juga dirujuk sebagai neraca lengan sama.
Kemudian muncullah neraca piring tunggal atau lengan tak sama (kadang-kadang juga disebut neraca beban konstan), yang merupakan pengganti dari neraca dua piring. Sekarang neraca elektronik (juga disebut dengan neraca tenaga elektromagnetik) secara langsung menggantikan neraca mekanik, atau neraca piring tunggal.


Neraca Dua-piring

Lengan suatu neraca dua-piring berisi tiga ‘mata pisau” berbentuk prisma A, B, C. Ahli kimia dari Skotlandia yang bernama Joseph Black (1728-1799)Black (1728-1799) adalah orang pertama yang memperkenalkan penggunaan mata pisau, yang dibuat dari batu akik (agate), suatu bahan yang sangat getas dan keras. Baru setelah mata pisau digunakan, penimbangan anallitik dapat dilakukan dengan neraca dua-piring.
Neraca Piring- Tunggal

Neraca piring tunggal menggunakan menggunakan dua mata pisau bukannya 3, dan lengan neracanya tidak sama panjang. Sederet lengkap batu timbangan digantungkan pada lengan pendek, dan lengan panjang memiliki bobot pengimbang yang konstan (plus suatu piranti peredam) yang secara ketat diletakkan pada lengan itu. Jadi neraca yang kosong itu bermuatan Penuh.





B. Teknik Dasar Pengunaan Alat-alat Laboratorium
1. Penyaringan
Endapan atau zat-zat yang tidak melarut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Di laboratorium, untuk menyaring diperlukan corong dan kertas saring. Corong dipasang pada tempat corong, atau corong dipasang dengan klem pada statif. Di bawah corong diletakkan gelas kimia, hingga ujung tangkai corong menyentuh dinding gelas.
Corong yang sering digunakan adalah corong yang bersudut 60o C dan panjang tangkainya 10 cm. Kertas saring yang biasa digunakan adalah kertas saring berdiameter 9 dan 11 cm. Kertas saring dilipat setengah bagian, kemudian dilipat sekali lagi sehingga sisi lipatan tidak seluruhnya berimpit. Selanjutnya lipatan disobek sedikit. Kemudian kertas saring dibuka dan dipasang pada corong.
2. Pengukuran Volum
Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volum larutan, jika diperlukan volum yang tidak terlalu tepat. Gelas ukur diberi skala dalam milimeter yang dibaca dari 0 sampai 10 ml, 0 sampai 25 ml, 0 sampai 50 ml atau lebih besar lagi, dari alas kebagian atas. Untuk pengukuran yang lebih teliti digunakan pipet atau buret.
Pipet
Mengisi pipet dengan larutan atau “memipet”, sebaiknya dengan cara menyedot larutan ke dalam pipet dengan bantuan balon-pipet atau alat penyedot yang lain. Mula-mula bilas gelas kimia atau tabung reaksi dengan larutan dengan larutan dari labu takar. Kemudian tuangkan larutan ke dalam gelas kimia atau tabung reaksi, untuk membilas pipet. Pipet 3 sampai 5 ml larutan, kemudian pegang pipet pada arah horizontal, lalu pipet diputar-putar sehingga semua bagian dalam pipet dibasahi larutan. Pegang pipet dengan ibu jari dan jari tengah. Gunakan jari telunjuk untuk menekan ujung atas pipet, tidak terlampau kuat tetapi seringan mungkin, cukup menjaga agar larutan tidak keluar. Sebelum ujung pipet dicelupkan kedalam larutan, tetesan cairan yang terdapat di ujung pipet ditiup keluar, atau tetesan cairan ini diusap dengan kertas saring. Jangan memasukkan pipet terlampau dalam di dalam larutan, dan ketika menyedot larutan, ujung pipet berada dalam larutan.
Sedot larutan sampai kira-kira 1 cm diatas garis batas. Kemudian hentikan penyedotan dan menutupi ujung pipet dengan jari telunjuk. Pegang pipet pada arah vertikal dan garis batas volum berada pada ketinggian yang sama dengan mata. Kurangi tekanan jari telunjuk pada pipet, sehingga larutan mengalir keluar sampai dasar misniskus mencapai garis batas. Sentuhan ujung pipet pada suatu alat gelas untuk menyingkirkan tetesan yang terdapat di ujung pipet. Selanjutnya, larutan dikeluarkan melalui dinding bejana penampung, dengan kedudukan pipet vertikal dan ujung pipet menyentuh dinding bejana, selama kurang lebih 15 detik.
3. Buret
Buret yang sering digunakan, diberi skala sampai sepersepuluh milimeter. Apabila ujung atas buret tidak berbentuk corong, gunakan corong kaca bertangkai pendek. Letakkan selapis kertas antara dinding buret dan tangkai corong, agar udara dalam buret dapat keluar. Agar ujung buret dibawah kran di isi penuh cairan, alirkan larutan keluar dengan cepat dengan cara membuka kran sebesar mungkin.
Isi buret sehingga permukaan cairan sedikit diatas garis nol. Dengan pengaduk yang dibungkus dengan kertas saring, keringkan dinding bagian dalam buret disebelah atas. Perhatikan agar ujung kertas tidak menyentuh permukaan larutan. Buka kran dan biarkan larutan mengalir sehingga permukaan larutan tepat pada garis skala.
4. Neraca
Berbagai macam neraca dapat di jumpai di laboratorium. Neraca yang digunakan di laboratorium yang perlu dipelihara dengan baik, dan digunakan dengan hati-hati.
Ada aturan umum senantiasa harus diperhatikan:
a. Neraca harus selalu dalam keadaan bersih.
b. Perbaikan sekesil apapun harus dilakukan oleh petugas ahlinya.
c. Zat kimia tidak boleh diletakkan langsung pada piring neraca, gunakan kertas, kaca arloji, atau botol timbang.
d. Benda yang akan ditimbang, diletakkan di piring kiri, anak timbangan di piring kanan.
e. Kecuali pada timbangan kasar, anak timbangan tidak dipegang dengan jari, gunakan selalu pinset.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penimbangan:
Neraca berpiring satu
a. Jangan meletakkan zat langsung pada piring neraca. Gunakan gelas kimia atau kaca arloji.
b. Membersihkan bagian luar wadah yang mengandung cairan, sebelum ditempatkan pada piring neraca.
c. Catat berat benda yang ditimbang sebelum di angkat.
Neraca berpiring dua
a. Atur sehingga ayunan kekiri dan kekanan sampai dari titik nol
b. Letakkan zat yang akan ditimbang dipiring kiri, dan anak timbang dipiring kanan.Gunakan pinset untuk mengambil anak timbangan.
c. Jangan meletakkan benda dipiring neraca selama neraca berayun
d. Jika ayunan kekiri dan kekanan sudah sama dari titik nol, hitung jumlah anak timbangan pada pring, catat berat dan cek kembali jumlah anak timbangan ketika mengembalikannya ke kotak anak timbangan
e. Tutup pintu neraca.
5. Menggunakan pipet volumetrik
Langkah-langkah dalam menggunakan pipet volumetrik sebagai berikut:
a. Lumasi pangkal pipet dengan air sebelum memasukkannya ke bola karet. Dekatkan kedudukan kedua tangan anda untuk menghindari kemungkinan kecelakaan,
b. Basahi bagian dalam pipet dengan sedikit cairan yang akan dialihkan. Buanglah cairan ini.
c. Gunakan bola pipet (jangan dengan mulut) untuk menghisap cairan sampai diatas tanda tera. Lepaskan bola dan segera letakkan jari anda agar cairan tidak mengalir keluar, sampai dasar miniskus tepat pada tanda tera.
d. Sentuhkan tetes terakhir pada ujung pipet kewadah penampung (erlenmayer atau piala). Jangan meniup kelebihan cairan sebab volume cairan yang tertinggal itu memang sudah diperhitungkan dalam kalibrasi pipet.
6. Penggunaan batang pengaduk
Sesuai namanya, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi, biasanya dalam beker. Disamping itu batang pengaduk digunakan dalam memindahkan larutan dari bejana satu ke bejana lain. Bila suatu larutan air dituang dari bibir suatu bejana seperti beker ada kecenderungan sejumlah cairan akan mengalir disepanjang dinding luar kaca itu. Ini dapat dicegah dengan menuangkan larutan itu melewati batang pengaduk, dimana batang tersebut dibuat bersentuhan dengan bibir bejana dan mengarahkan aliran cairan kedalam bejana penerima.
Batang pengaduk juga berperan sebagai pegangan untuk ”rubber policmen” (sepotong selang karet yang satu ujungnya dilelehkan sehingga merekat menjadi satu, dan lewat ujung lain batang pengaduk dimasukkan kedalam selang; benda ini digunakan untuk menyelamatkan sejumlah kecil endapan yang menempel pada dinding dalam beker).
7. Penggunaan labu ukur
Mengisikan larutan yang akan di encerkan atau dipadatkan yang akan dilarutkan . tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok. Kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikan labu sampai larutan homogen.
8. Penggunaan corong Butchner
Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternyha sama dengan diameter corong.
9. Penggunaan corong pisah
Cara menggunakannya:
Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan dalam lubang atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horizontal, kocok agar ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas keluarkan larutan bagian bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah keluar.
10. Penggunaan desikator
Cara menggunakannya:
a. Dengan membuka tutup desikator dengan menggeserkannya kesamping
b. Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama
Keterangan:
Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 100o C sampai warnanya kembali biru.

11. Neraca analitik
Cara menggunakan neraca analitik:
a. Nol kan terlebih dahulu neraca tersebut
b. Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
c. Baca nilai yang tertera pada layar neraca
d. Setelah digunakan nolkan neraca tersebut.
Di atas telah dijelaskan beberapa teknik dasar dalam penggunaan alat-alat laboratorium, tetapi tidak semua alat laboratorium. Hanya sebagian besar saja.
C. Membersihkan Alat-alat
Hasil eksperimen yang baik dapat dicapai antara lain menggunakan alat-alat yang bersih. Alat-alat ukur seperti labu ukur, gelas ukur, pipet dan buret yang kotor dapat mengakibatkan pengukuran yang salah. Botol-botol reagen, gelas kimia, labu erlenmeyer yang kotor yang digunakan untuk zat-zat atau larutan untuk eksperimen, akan menyebabkan pembuatan pereaksi untuk eksperimen itu terkotori, sehingga akn memperoleh data yang salah oleh eksperimen itu.
Alat-alat laboratorium harus selalu disimpan dalam keadaan bersih. Biasakan membersihkan alat-alat segera setelah alat itu digunakan. Adalah mudah untuk membersihkan alat-alat yang baru saja dipakai. Alat-alat dari gelas dicuci dengan menggunakan detergen, kemudian dibilas dengan air keran. Dalam hal tertentu setelahdibilas dengan air kran perlu dibilas dengan air suling.
Alat-alat volumetri seperti pipet dan buret harus bebas lemak. Membersihkan pipet dan buret yang berlemak dapat digunakan larutan kalium dikromat. Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 20 g K2Cr2O7 kedalam 30 ml air, kemudian tambahkan asam sulfat pekat sampai volume menjadi 100 ml. Buret dan pipet yang berlemak di rendam selama beberapa jam atau sampai semalam dalam larutan ini. Setelah dicuci dengan air kran kemudian dibilas dengan air suling.







BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari uraian yang sudah dijelaskan diatas kami dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Dalam melakukan suatu praktikum, kita harus mengetahui tata tertib dalam melakukan praktikum di laboratorium. Oleh karena itu, kita harus mematuhi tata tertib yang ada.
2. Kita dapat mengetahui berbagai bentuk alat praktiku beserta fungsinya.
3. Kita dapat mengetahui cara kerja dalam menggunakan alat-alat praktikum.
4. Kita dapat membersihkan alat-alat praktikum dengan berbagai cara.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa harus mengenal semua alat-alat yang ada di laboratorium sehinga kita bisa menggunakannya dengan tepat dan cermat. Pengenalan alat laboratorium sangatlah penting oleh semua mahasiswa MIPA khususnya jurusan Kimia karena ilmu Kimia selalu berkaitan dengan hal eksperimen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar